Idul Adha tahun ini tidak banyak yang kulakukan, kujalani sendiri saja, seperti tidak ada perayaan apa-apa. Aku tidak menyiapkan penganan istimewa karena memang tak ada siapapun untuk berbagi. Dua kakak sedang berada di luar kota, tentu saja beserta keponakan. Sedangkan kakak yang lain juga asyik sendiri dengan keluarganya. Aku sendiri yang biasanya punya kegiatan dan ikut bertugas mengelola hewan kurban di sekolah, tahun ini 'dibebastugaskan' karena kuota panitia sudah memenuhi jumlah yang diperlukan. Jadilah be-te sendiri :p Sempat keluar rumah sebentar untuk belanja di salah satu supermarket (nggak banget ya? Idul Adha kok belanja... :p) Lalu pulang disambut hujan deras, dan berakhir di depan TV, menonton berita (di Metro TV). Tapi sungguh membuat hati teriris melihatnya. Beberapa sapi diberitakan lepas dan mengamuk. Berita pertama tentang seekor sapi hitam besar dengan tanduk yang gagah. Dia beringas ketika hendak disiapkan untuk disembelih. Sapi itu berlarian di antara pohon pisang, menumbangkan dua di antaranya, seperti main kejar-kejaran dengan beberapa orang yang hendak menangkapnya. Tapi akhirnya sapi itu berhasil ditaklukkan oleh warga dengan menarik tali pengikat lehernya. Setelahnya, sapi itu disembelih...! Ada berita tentang seekor sapi lain yang juga lepas dan berlarian dengan garang. Siapapun yang mendekat terancam diserangnya. Setelah terpojok di dekat rumah seorang warga, tali lehernya tersangkut di pohon.  Sapi itu akhirnya berhasil dilumpuhkan. Sapi terpaksa disembelih di depan rumah warga tersebut sebelum dia sempat melarikan diri lagi. Seekor sapi lain. Kali ini sapi putih berpunuk. Dia lepas di jalanan perumahan. Warga yang menghadangnya dikejar dan berusaha diterjangnya dengan galak. Kamera dari video amatir yang digunakan untuk merekam kejadian itu pun sempat bergoyang tak jelas karena sang kamerawan sibuk berlari menyelamatkan diri. Warga berkerumun di sebuah tempat berpagar, yang memisahkan mereka dari sapi yang sedang marah itu. Seorang warga berinisiatif untuk melumpuhkan sapi itu dengan senapan laras panjang miliknya. Sapi itu pun ditembak. Telak. Dia roboh, dan aku tak tahu lagi kelanjutannya, apakah sapi itu berhasil disembelih sebelum mati atau tidak. Tragis sekali nasibnya. Berita yang tak kalah tragis terjadi di Jakarta, Duren Sawit tepatnya. Seorang jagal terlukai oleh pisau yang dibawanya sendiri. Dia tertusuk sedalam 15 cm oleh pisau yang diselipkan di pinggangnya saat dia hendak merebahkan seekor sapi sebelum disembelih. Dia tiba-tiba terjatuh dengan perut berdarah. Dia segera dilarikan ke rumah sakit dan mendapat perawatan intensif. [caption id="attachment_142177" align="aligncenter" width="300" caption="Prosesi kurban beberapa waktu lalu-dok.pribadi"][/caption] Fenomena apa ini? Begitu banyak sapi-sapi yang lepas dan melarikan diri. Apakah sapi-sapi itu tidak pasrah saat mereka hendak dikurbankan? Rasanya sangat berbeda kondisinya dengan dulu ketika aku masih kecil. Menonton prosesi penyembelihan kambing dan sapi kurban sangat bisa dilakukan dalam jarak dekat, karena kambing-kambing dan sapi yang yang hendak dikurbankan cenderung jinak dan pasrah. Apakah hal ini merupakan representasi karakter umat di zamannya? Yang lembut dan bersahabat di masa lalu, dan berubah beringas di masa kini? Wallahu a'lam. Untuk menambah lengkapnya kumpulan berita kurban tahun ini, di Pekalongan ditemukan adanya bayi sapi (yang ikut mati) di dalam perut salah satu sapi kurban. Ah... bukankah binatang kurban semestinya seekor pejantan? Mana mungkin seekor pejantan bisa hamil? Fenomena apa lagi ini? Sungguh tragis  dan bikin miris rasanya berita kurban di tahun ini...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H