Alhamdulillah, beberapa waktu lalu sukses buka puasa bareng sahabat dekat. Bertiga saja, nyaris tak ke mana-mana, karena tidak kita lakukan di kafe atau resto apapun. Ini berarti, kita tidak perlu menunggu antrian panjang untuk bisa duduk di tempat itu. Namanya jam buka puasa, kafe dan resto pasti penuh dipadati pengunjung. Kali ini kita buka bersama di rumah Umi, bersama ibu dan kakaknya. Makanan sudah disiapkan, dan alhamdulillah… nggak perlu bayar :p (waduh, jadi malu hati sebetulnya, kok ya tidak ikut urunan. Tapi... anggap saja ini memberi kesempatan kepada tuan rumah untuk beramal, memberi makan kepada orang yang berbuka puasa ;)) Aku ke rumah Umi sepulang kerja, sudah sore, tentunya. Sempat khawatir dengan potensi macet di seputar kampus Unpar Ciumbuleuit -yang kabarnya sedang menyelenggarakan orientasi mahasiswa baru-, tapi ternyata alhamdulillah, perjalanan relatif lancar sampai tujuan. Setelah memarkir kendaraanku, aku bingung lagi. Sudah beberapa kali sebetulnya ke rumah Umi yang terletak di kawasan padat Ciumbuleuit itu, tapi biasanya selalu dijemput dari parkiran, dan jalan bareng ke rumahnya, nggak pernah sendiri. Tapi kali ini? Masa sih minta dijemput lagi? Merepotkan saja. Hm… bismillah deh. Setelah konfirmasi telfon-telfonan ke nomor telkomselnya Umi untuk menanyakan arah yang tepat, alhamdulillah… akhirnya nyampe juga. Aku sampai ke lokasi di saat-saat terakhir jelang maghrib. Jadi ingat satu kisah seru telkomsel-nya Umi nih... Beberapa waktu lalu aku nelfon ke nomor lokal rumahnya (ingin pakai pulsa lokal), dan diterima sang ibu yang mengatakan bahwa Umi tidak di rumah. Hm... baiklah, akhirnya kutelfon juga nomor telkomselnya, dan mendengar pesan yang mengatakan bahwa pemanggilan ke nomor tersebut sedang dialihkan ke nomor lain. Tunggu punya tunggu, eh, yang ngangkat telfon ibunya lagi. Rupanya pemanggilan telfon dialihkan ke rumah. Bilang apa dong aku sama ibunya, lha wong tadi sudah nelfon dan sudah tahu Umi nggak di rumah. Kok ya nelfon lagi. Nekaaattt!!! :p [caption id="" align="alignleft" width="288" caption="Ita dan Umi. Mau pose apa candid nih...? "][/caption] Selama sesi buka bersama itu juga, banyak sekali kisah seru masa kini dan masa lalu yang diungkap. Mulai cerita seputar kerjaan masing-masing, kisah masa lalu dan masa kini, terbahas tuntas. Seiring dengan terbahasnya juga makanan yang terhidang, sedikit demi sedikit. Maklumlah, tiga gadis makan, jatahnya nggak seberapa banyak juga sih. Ibu dan kakaknya Umi memilih untuk 'private dinner' di ruang sebelah, membiarkan kami bercerita seru saling bersambung, saling menimpali. Sebelum pulang, kita dibekali masing-masing sekantung makanan. “Untuk sahur…” kata sang ibu. Wah… Alhamdulillah (kebetulan di rumah belum masak nasi untuk sahur. huhuy…!) Dan akhirnya kita harus pulang. Sungguh indah nikmat Ilahi yang kusyukuri. Nikmatnya silaturahim, waktu, kesehatan, keimanan, segalanya dari Allah. Semoga Dia menambah segala nikmat yang kurasa, yang (kurasa) kupunya, yang dipinjamkan-Nya sementara hidup di dunia. Semoga berkesempatan bersilaturahim kembali di kesempatan lain. Amiin. Telkomsel Ramadhanku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H