Mohon tunggu...
Diah Utami
Diah Utami Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat

Warga dunia biasa yang masih suka hilang timbul semangat menulis dan berceritanya. Berharap bisa menebar sepercik hikmah di ruang maya kompasiana. Semoga berkah terlimpah untuk kita, baik yang menulis maupun membaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Sosok Tomihiro Hoshino

4 Maret 2018   23:09 Diperbarui: 11 Maret 2018   21:33 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover buku 'Here So Close But I Didn't Know' (dokpri).

Usaha kerasnya membuahkan hasil. Setelah beliau mampu menulis deretan huruf katakana(yang kelak diperbesar dan dipajang di lobi entri museum pribadinya), beliau kemudian melanjutkan eksplorasinya dengan menggambar beragam bunga-bungaan yang terdapat di sekitar tempat tinggalnya. Ibu ataupun istrinyalah yang membantunya mencampur warna, kemudian meletakkan kuas di mulutnya, namun kemudian Hoshino-san sendirilah yang menyelesaikan gambar-gambar indah dengan filosofinya yang dalam.

Nabataki/Columbines

Even a flower,

When praised,

Begins to look nicer,

Someone said so,

I remember.

Then I began to wonder

With fear,

If the flowers

Were looking at my painting

Sungguh indah. Banyak dari karyanya kemudian dijadikan kartupos bergambar, kalender, maupun poster yang tentu saja diperjual-belikan. Tidak hanya untuk menangguk dana untuk perawatan museumnya, namun lebih pada nilai filosofisnya, kupikir. Menyebarkan buah pikiran cemerlang dari seorang pelukis dan pujangga istimewa, jauh lebih berharga daripada sekedar mengeruk yen semata.

Iris

Why can you bloom so beautifully

Though you take root in the black soil and suck up filthy ditch water?

Why do I think about ugly things

Though I'm surrounded by the love

of many people?

Sesuatu yang kupelajari darinya, sungguh berharga. Kadang pikiran serupa itu bahkan tak muncul di kepala kita, manusia sempurna dengan segala kemampuannya. Seringkali kita tak melihat detil dan hal-hal kecil serta esensi penciptaan kita. Tak jarang pula kita kurang menyukuri segala apa yang kita punya, yang sudah dianugerahkan oleh Allah Yang Maha Pemurah kepada kita. Astaghfirullaah al'adziim.

Hoshino Tomihiro memberi pelajaran berharga, bukan hanya karena dia tak berhenti berjuang dan berkarya dalam cacatnya, tapi karena pemikiran serta filosofinya yang mendalam tentang hidup dan segala esensinya. Tak akan malu aku untuk belajar darinya, walau bagaimanapun kondisi fisiknya, apapun suku bangsa maupun agamanya, ada hikmah besar yang bisa kupelajari dari beliau.

NOTE

hiragana: adalah suatu cara penulisan bahasa Jepang dan mewakili sebutan sukukata. 

katakana: adalah salah satu daripada tiga cara penulisan bahasa Jepang. Katakana biasanya digunakan untuk menulis kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diserap ke dalam bahasa Jepang

kanji: adalah aksara Tionghoa yang digunakan dalam bahasa Jepang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun