Mohon tunggu...
Diah Utami
Diah Utami Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat

Warga dunia biasa yang masih suka hilang timbul semangat menulis dan berceritanya. Berharap bisa menebar sepercik hikmah di ruang maya kompasiana. Semoga berkah terlimpah untuk kita, baik yang menulis maupun membaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hiro dan Lucero, Bantuan Saat Dibutuhkan

13 Januari 2018   20:08 Diperbarui: 13 Januari 2018   21:16 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemampuan berbahasa Jepangnya sudah tak perlu diragukan lagi. Mulai dari bahasa gaul sampai bahasa tersantun, sudah dia kuasai, Sementara aku? Bahasa komunikasi standar saja aku masih bicara dengan terbata. Tapi ... aku harus berani mencoba, dan berusaha supaya tidak gagal. Jangan sampai deh mempermalukan diri sendiri. Bismillah...

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dalam waktu yang hampir bersamaan, divisi mahasiswa asing di Universitas Gunma juga memintaku untuk melakukan presentasi serupa di sebuah Sekolah Dasar lain di bagian utara kota tempat tinggalku, di sebuah Sekolah Dasar bernama Fuji. Kupikir, karena persiapannya punya kemiripan, aku iyakan saja kedua tawaran itu. (heh... nekaat...!!!)

Kupersiapkan naskah untuk kedua presentasi itu. Cuma sedikit perbedaan yang kubuat. Presentasi yang akan kulakukan tandem difokuskan pada murid-murid kelas 6 yang memang sudah mempelajari geografi dunia, sedangkan presentasi di SD Fuji lebih umum, ditujukan untuk seluruh sekolah! Waw.... Isinya lebih-kurang tentang kondisi penduduk Indonesia, iklim, situasi sekolah, beberapa kebiasaan khusus, dst dst.

Sebelum naskah itu kupresentasikan di depan forum, tentu aku banyak melakukan konsultasi dengan tutorku, seorang mahasiswa sastra Inggris berkebangsaan Jepang yang kurasakan sangat banyak memberikan bantuan untukku. 

Dalam pertemuan formal setiap pekan, dia banyak memberikan input tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan dan kebiasaaan orang Jepang, membuatku tambah pintar! 

Sedangkan di hari-hari menjelang presentasi pentingku, dia mau meluangkan waktu lebih lama, bahkan pada hari lain yang bukan merupakan jadwal pertemuan kami. Sungguh merupakan bentuk kepedulian, bantuan yang tepat pada saat kuperlukan. 

Pada malam sebelum presentasiku di SD Fuji, dia dan Lucero, seorang teman berkebangsaan Peru yang sudah 5 tahun tinggal di Jepang (sudah seperti orang Jepang saja), datang ke apartemenku dan ikut membantu menyempurnakan naskah yang sudah diedit berulang kali. 

Aku pun didaulat untuk melakukan latihan presentasi untuk menguji ketepatan pengucapan, intonasi, maupun kecepatan bicaraku. Namun pada saat itu aku belum punya hard copy-nya sama sekali. 

Aku hanya punya laptop untuk keperluan pengetikan di rumah, tapi tak punya printer. Biasanya aku toh bisa dengan mudahnya membuat print out naskah apapun di lab. komputer kampus. Gratis! Tapi memang terbatas pada jam kerja saja, dari jam 8 hingga 5 sore. 

Dan malam itu, menjelang jam 8 malam, aku harus membuat naskah tersebut dalam bentuk print out, segera! Aku akan dijemput salah seorang karyawan kantor universitas untuk diantar ke SD Fuji pada jam 6 pagi, dan tak akan sempat untuk mencetak naskah itu di lab.komputer kampus sebelum berangkat. 

Aku menelfon seorang teman yang kutahu mempunyai printer di rumahnya. Rencananya, aku hendak mendatangi rumahnya dan mencetak naskah itu di sana, tapi ternyata dia sedang berlibur di Okinawa!! Aku mulai panik, tapi tutorku ternyata punya solusi. Dia katakan bahwa aku bisa menggunakan lab.komputer kampus, yang baru akan tutup pada jam 8 malam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun