Mohon tunggu...
Deni Lesmana
Deni Lesmana Mohon Tunggu... Dosen - Belajar dar semesta

Belajar dari semesta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengajar Atau Mendidik?

2 Mei 2014   05:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menyimak istilah pengunaan kata  mendidik dan mengajar dalam proses pembelajaran membuat penulis tertarik untuk melihat lebih jauh dua kata tersebut yang sepertinya mirip karena sering digunakan untuk hal yang sama oleh para penulis ataupun oleh para akademik. Dengan pertolongan kamus KBBI dan berbagi sumber literatur. Penulis melihat ada perbedaan diantara keduanya khusus dari makna yang terkandungnya.

Pertama, mengajar. Setidaknya memberikan makna memberikan pelajaran. Biasanya dalam bentuk ilmu atau memberikan pengetahuan kepada murid yang biasanya dilakukan oleh guru. Dari maknanya tersebut, jelas mengajar adalah cara mentranfer pengetahuan dari seseorang kepada seseorang dengan tujuan agar ia tahu atau berpengetahuan.

Adapun yang kedua, mendidik. Berasal dari kata didik dengan imbuhan awal men yang mempunyai makna memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari makna tersebut tergambar tujuan mendidik bukan sebatas memberikan seseorang menjadi agar menjadi tahu namun lebih dari itu yaitu faham dan dapat beramal dengan pengetahunnya itu.

Menyimak dua kata di atas, setidaknya kita dapat pahami sejauhmana perbedaan dua kata tersebut yang biasanya kita maknai secara sama dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Berangkat dari perbedaan antara dua makna itu, setidaknya akan muncul pertanyaan mendasar sekaligus menjadi pertanyaan besar bagi seorang guru. Apakah seorang guru sudah mengajar dengan cara mendidik?

Artinya seorang guru dalam mengajar tidak hanya berperan sebagai seorang pengajar, namun ia dituntut untuk menjadi seorang pendidik. Setidaknya dalam dunia pendidikan minimal ada tiga unsur yang harus diperhatikan seorang guru agar bisa menjadi seorang pendidik, yaitu transfer of knowloge (pengetahuan) , transfer of vilue (Nilai), dan transfer of culture (Budaya). Ketiga unsur inilah minimal yang harus menjadi patokan seorang guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dikelas. Dengan demikian berarti seorang guru tidak hanya memberikan ilmu yang berputar dalam tataran teori, yang kemudian dievalusia dengan standar kognitif belaka yang berbuah angka-angka. Bukanlah seorang murid akan menjadi kebanggan seorang guru dan orang tua jika ia tidak hanya pintar namun ia mempunyai kepribadian yang baik pula.

Keterbatasan waktu memang menjadi hal yang menyulitkan kepada setiap guru untuk bisa lebih leluasa dalam berelaborasi dengan materinya. Namun setidaknya hal ini bukanlah tanpa solusi. Guru masih bisa melakukan kegiatan penanaman nilai dan keperibadian dalam materinya dari setiap apa yang ia sampaikan, penekankan tugas yang bersifat pengembangan kepribadian yang jujur dan bertanggung jawab setidaknya akan memberikan solusi bagi setiap guru dalam mengajarkan anak didiknya untuk memberikan pengalaman belajar yang berpusat kepada kemulaian akhlak.

Hakikatnya persolan ini bukalah persolan baru dalam dunia pendidikan. Banyak ahli di dunia pendidikan di kita yang menyebutkan bahwa pendidikan akan bermakna jika output yang dihasilkan mencerminkan kepribadian yang mulia. Hal ini mengingat Indonesia bukan lah Negara yang kurang akan sumber daya manusia yang pintar.  Namun Indoensia dewasa ini sedang memerlukan SDM yang lebih dari itu, yaitu manusia cerdas, bertanggung jawab, jujur, amanah, bermasyarakat. Hal itu akan diperoleh jika. Pendidikan sebagai poros perubahan bangsa menyadari bahwa jalannya pendidikan secara teknis harus dikembalikan dan disesuaikan lagi kepada tujuan pendidikan indonesia.

Tujuan pendidikan Indoensia sendiri sudah begitu filosofis dan “jitu”, tidak ada lagi yang meragukan lagi konsepnya. Namun tidaklah cukup kita mempnyai tujuan yang ideal, namun kita “keteteran” dalam menjalankanya. Sehingga sekarang masalahnya adalah bagaimana menjalankan tujuan itu agar bisa dilaksankan dalam tataran teknis dilapanga efektif dan efesien. Tentu ini membutuhkan kerjasama dari semua elemen yang terlibat. Termasuk faktor penting dalam dunia pendidikan, yaitu guru. Yaitu bagamana merubah MENTAL MENGAJAR menjadi MENTAL MENDIDIK.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun