''Kau yang menjengukku ketika aku duduk lesu di lantai trotoar jalan sudirman Menghadap dan menatap tong yang penuh berisi surat-surat gadaiku Dan disitulah tanggung jawabku tumpah pada arloji seiko, sepatu lotto, kaos oblong dors, Celana tira, kalung platina dan radio empat ban merk telesonic Aku tidak sinting... Kau yang melihatku ketika aku lari dengan kaki kesemutan Mengejar perempuan malam sudirman Tinggalkan kau yang nampak bengong disekap angin malam yang membacok tulang Aku tidak sinting... Kau yang menyaksikan ketika aku mabuk dan ngecapruk hingga hampir disergap petugas pertahanan sipil, lantaran saban waktu lupa diri berteriak pidato seperti Kenedy atau presiden Regent yang kampanye Dan disitulah dendamku tumbuh subur pada Jhoni Walker, ekspoji enbi, napoleon, martini putaw, manson columbus dan arak tradisional kencing kuda.. Aku tidak sinting... Kau yang menangis terisak ketika aku dikandangi di sel polresta, lantaran kelakuanku dituduh mengganggu kamtibmas Serta ketika mabuk aku pernah menampar seorang perempuan setengah tua Yang demi Tuhan aku tak mengira kalau dia istri perwira polisi.. Aku tidak sinting, tetapi celaka Apalagi sinting pasti akan lebih celaka Aku tidak sinting, tetapi celaka Apalagi sinting pasti akan lebih celaka ''(penggalan lirik lagu: Doel Sumbang).. ''Usai sudah ku putar lagu kesayangan ku, lewat telepon genggamku... Ku putar bolak-balik sampai lantang aku mengeja kata demi kata. Sudahlah, mungkin bukan hal yang terlalu penting untuk dijelaskan..! bahkan kecoa pun kan mati terdampar ketika mendengarku bernyanyi.. Memang tak ada yang spesial dengan kata-kata dari lagu itu. tapi entah setan apa yang membawaku kesana hingga 'mati kutu' rasanya aku mendengar penggalan kata demi katanya.. 'Abaikan sejenak lagu itu, mari bermain dengan indahnya hati ketika kita dituntut menyayangi seseorang yg memang patut kita kemas dengan indahnya sapa,peluk dan tawa. Saling berbagi saat itulah kasih sayang terasa penuh makna,..bagaimana tidak.?! kehangatan saling memahami menciptakan ikatan bathin yang sangat besar. 'Namun..Ketika kasih sayang terbelanggu,tercabik,terdampar dilautan kegelisahan menabrak karang yang terpampang jelas dihadapan kita,apa jadinya teman?..rasanya menyayat,seolah teriris dan jatuh. Kadang berpikir untuk menjelma menjadi seekor serigala berkeliaran yang setiap malam berharap ada mangsa segar untuk kita cabik-cabik dan buang begitu saja di semak belukar.. Sementara di satu sisi kita dihadapkan dengan berbagai pilihan 'berhenti atau tak mereka anggap sebagai manusia bahkan anak sekalipun mereka kan campakan'.. Oooh..gusti.. Kenapa pilihan sebarat itu menjadi jurang pemisah ketulusan kita..! Padahal aku baru saja memulai bermain dengan kejernihan situasi hati dunia dan akhirat. Tak bisa ku tata lagi kata-kata rayu untuk meyakinkan orang tua mu.. Kadang ketika rindu mendera,dg sadar kulihat wallpaper itu,foto itu,kenangan kita. Asaku bangkit,ototku mengencang,rasanya ingin ku bawa kau pergi jauh dari tanah sunda ini. Merajut canda derita berdua..tapi, itu tak mungkin.tak mungkin kita lakukan hal durhaka itu.aku tau persis kealimanmu menjaga nama baik keluarga mesti kebahagiaanmu terenggut kejamnya aturan keluarga kecilmu.. ahhhhh.. Aku tidak sinting.. Aku hanya sedang celaka.. Saat ini mulai kutanam keyakinan itu,keyakinan akan takdir gusti yang menjadikan situasi sesulit ini.. Pergilah.. Pria yang dulu pernah menjadikanmu jatuh & cinta mungkin telah berganti sikap arif..rangkulah dia,sandarkan kepala indahmu ke bahunya.. aku yakin keluargamu berlapang dada menerima kedatangannya,karena dia orang lain yang akan menjadi saudaramu.. Ketahuilah 'Aku tidak sinting..Tetapi celaka.. *kisahku tak berujung denganmu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H