Mohon tunggu...
D. Denny K.
D. Denny K. Mohon Tunggu... karyawan swasta -

impossible - i'm possible

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tanda Tanya Dibawah Telapak Kaki Sang Bunda...

16 Oktober 2010   14:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:23 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

'kepala ini masih mengemban berjuta-juta tanda tanya.. Tanda tanya bertitik besar dibawah telapak kaki sang bunda.. 'Mengapa?..apa bedanya?..tak pantaskah?..dari segi apa?..apa ga boleh?..kalau saudara kenapa?..bagaimana dengan aku?..tega kah?..dan lagi..dan lagi..dan lagi..(sampai aku muak dengan diriku sendiri..) Arrrgghhhh..!!! Sudahlah.. 'Sungguh teriakan merdu itu mengorek-ngorek lapisan gendang telingaku berlubang dan robek tak bisa ku jahit kembali.. Aneh bukan..? Suara merdu tak seharusnya merobek,justru menambah tumbuh kembang sehatnya imaji.. 'Kali itu,memang aku tak bisa berbuat apa-apa.. Tak banyak kata yang ku ucap,kau pun sama terdiam haru, kerap kali mengelus dada menarik napas panjang.. Sesekali ujung matamu menoleh pasrah ke arahku penuh makna.. Semakin ku pandang wajahmu,semakin tak kuasa ku menahan semuanya.. Sempat ku berpikir 'ingin ku teriak,kulempar semua barang yang ada di meja itu.. Tapi,..itu tak mungkin..! Aku masih punya tatakrama.. Dan aku sadar sesadar-sadarnya,bahwa apa yang mereka katakan adalah larangan bersenyawa dengan petuah orangtua kepada anaknya.. Percuma aku berkata bahwa aku tak hanya sayang,bahkan saat ini pun aku lamar kau dan lari dari kota ini tak lagi ragu aku melakukannya.. Namun semua hanya alang-alang kecil yang menabrak kerasnya batu karang.. Sayang.. 'Biarlah ku simpan cinta ini menjadi lukisan ketulusan nurani yang kan ku pajang abadi di dinding kamarku.. 'Biarlah kita kembalikan cinta ini padanya.. pada tuhan yang mentakdirkan keadaan sesulit ini.. Sesulit kita mengakhiri karena alasan saudara, yang memang kurang tepat kurasa.. Tapi sayang.. 'Tuhan tak mengenal buta atau tuli,bahkan dengan keadaan terpaksa ini mungkin tuhan belum merestui kita untuk bersatu.. Yakinlah tuhan punya rencana lain yang lebih bermakna,yang lebih indah.. ''Semoga kita bisa melewatinya..aminku untuk kita''..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun