Tok..tok..tok..
Terdengar ketukan pintu kamar kos Sonya.
Sonya membalikan badannya setengah berteriak,
“Sebentar. Siapa ya?”
Sonya berjalan ke arah pintu kamarnya. Memegang gagang pintu dan sedikit mengintipnya. Dengan sedikit kaget dan terkejut, Sonya lalu membuka pintu kamar kosnya.
“Aisyah???”, Sonya berteriak.
“Kebiasaan”, Aisyah yang namanya dipanggil membalas teriakan Sonya.
Sang pemilik wajah manis di hadapan Sonya itu tersenyum. Senyuman yang tak kalah cantik dengan keayuan Sonya. Sonya wanita blasteran Jawa-Belanda dengan kesibukannya berkarier di kota besar yang hiruk-pikuk. Seorang muallaf yang taat dalam ibadahnya. Rendah hati, cerdas dan periang. Lengkaplah Sonya sebagai seorang wanita cantik yang mendekati sempurna.
“Kenapa tidak kasih kabar dulu?”, Sonya bertanya pada Aisyah dengan suara manjanya.
“Kejutan buatmu Sonya“, jawab Aisyah.
Sonya dan Aisyah. Persahabatan mereka telah terjalin selama 20 tahun lebih. Karena tugas belajar. Sejak 2 tahun lalu Aisyah tinggal di daratan Eropa.
“Sonya, gimana keadaan hatimu sekarang?”, tanya Aisyah.
“Aku sudah baik-baik Syah”, jawab Sonya.
“Maafkan aku tidak menemanimu. Tidak di sampingmu saat kejadian itu”, kata Aisyah sambil memainkan ujung rambut ikalnya dan tajam menatap wajah ayu Sonya dengan kegemasannya.
“Andai nanti aku bertemu laki-laki itu. Aku beri pelajaran dia. Penasaran juga ingin lihat wajahnya”, Aisyah sedikit mengomel.
“Sudahlah”, jawab Sonya.
Percakapan juga candaan Sonya dan Aisyah kemudian pecah. Mereka semakin erat melepas kerinduannya.
Satu jam kemudian
“Sonya, aku akan menikah 2 minggu lagi. Persiapannya sudah matang. Keluarga yang urus semuanya. Kami taaruf dan dikenalkan oleh Paman Samsi. Sengaja aku tidak beritahu dirimu, karena aku ingin beri kejutan. Aku masih kawatirkan hatimu jika bicarakan tentang pernikahan”, jelas Aisyah.
“Jahat ya….kok baru beri kabar?”, kata Sonya setengah kaget, tapi tetap terlihat senyuman khasnya disertai raut wajah bahagia.
“Alhamdulillah, siapa pria beruntung itu?”, kembali Sonya menimpali dan bertanya pada Aisyah.
Aisyah mengeluarkan undangan berwarna merah marun dengan tulisan emasnya.
“Ini buat sahabat terbaikku”, kata Aisyah kepada Sonya, sambil memberikan undangan itu dengan wajah berbinar.
Sonya menerimanya. Lalu membukanya sambil senyum-senyum disertai kerlingan matanya yang bernada meledek pada Aisyah.
Heru Irwansyah. Sebuah nama yang tidak asing di telinga Sonya tertera di halaman utama undangan tersebut. Sonya membalik lembar berikutnya. Sambil tersenyum, Sonya berkata “Selamat ya Aisyah”.
Tiba-tiba hati Sonya galau. Pikirannya melayang jauh tentang pria hujannya, Heru Irwansyah. Sang pria hujan yang begitu saja meninggalkan Sonya dan membatalkan taaruf dengan dirinya.
Buat adikku di Toraja, Doa terbaik pasti ada untukmu.
d-wee
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H