Mohon tunggu...
Made Kusumadewi
Made Kusumadewi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

lagi belajar nulis.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menuju Desa Sehat (Pondok Sehat #2)

2 Januari 2011   12:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:02 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12939713361753533958

Sejak kepulangan Dewa kemarin sore dari warnet tante Da, D-wee berkali-kali membuka dan membaca tulisan yang berada di map merah milik Dewa. Pondok sehat, harapaan dan keinginan beberapa bulan laluuntuk mendirikan “gubuk sehat” atau apalah namanya mulai menemukan titik cerah.

Beberapa bulan lalu, berkas-berkas perizinan praktek milik D-wee hanyut saat Jakarta kebanjiran. Butuh waktu tidak sebentar untuk D-wee mengurus dan memproses kembali berkas-berkas itu. Bersaamaan dengan kedatangan Dewa kemarin sore ke warnet tante Da dimana D-wee tinggal, dari pihak Konsil Kedokteran Indonesia menyampaikan kabar bahwa sebagian berkas pengurusan syarat perizinan praktek sudah selesai. Benar-benar waktu yang tepat batinnya.

*****

Siang ini, Dewa datang lagi ke warnet tante Da untuk melanjutkan pembicaraan kemarin sore.

“Dewa, serius dengan pondok sehat ini?” D-wee menegaskan.

“Iya k-wee,” jawab Dewa.

“Yuk, kita jalan pelan-pelan. Kita minta bantuan Mommy sebagai Bu Kades dan Pak Yayok sebagai Pak Kades di desa Rangkat ini. Pasti mereka bersedia membantu"

“Kebutuhan obat-obatan bisa kita dapat dari teman-teman yang biasa menyuplai obat. Lokasi kita cari di tempat yang strategis. Di samping warnet tante Da ada tanah kosong punya oom Tam, mudah-mudahan bisa digunakan untuk bangunan mini Pondok Sehat. Nanti kita coba bicarakan dengan om dan tante dulu ya.” D-wee mulai mengeluarkan idenya.

“Besok, kita  mulai minta petunjuk pak kades dan bu kades,” D-wee berkomentar.

“Dewa, satu hal yang perlu dipertimbangakan dalam membangun sesuatu.  Kita niat sama-sama memajukan desa Rangkat yang sudah semakin besar ini. Biarkan saja mengalir untuk kepentingan Pondok Sehat ini. Kita mulai dari yang paling sederhana dulu. Semampu kita. Dukungan dari masyarakat Rangkat yang nantinya akan membesarkan dan memajukan Pondok Sehat. Sebagai tamu di desa ini, kita bisa perlahan-lahan memajukan desa Rangkat. Saling mengingatkan, saat kita sedang berjalan terlalu jauh dari kepentingan desa. Harus solid ya Dewa. Sepakat dalam diskusi. Gimana Dewa? Setuju?.” D-wee mengutarakan pendapatnya.

“Membangun adalah awal yg sulit, mempertahankan dan konsisten akan jauh lebih sulit. Kita bisa kan Dewa? Bisa ya?," D-wee menganggukkan kepala sambil melihat wajah manis Dewa yang begitu antusias dalam membangun Pondok Sehat.

Tanpa ragu Dewa pun menganggukan kepalanya. Terlihat kecantikan dan kepandaiannya yang selalu dia sembunyikan.

“Besok kita kerumah Pak Kades dan dalam minggu ini juga, kita usahakan untuk mencari info selengkap-lengkapnya untuk syarat dan kebutuhan pendirian Pondok Sehat di desa Rangkat.”

Dewa mengangguk dan tersenyum manis kearah D-wee.

“Sampaikan salam dan terima kasih buat Jeng Pemi. Idenya luar biasa.  bisa membangunkan kembali harapan untuk kita berdua, untuk ikut membangun kesehatan di desa Rangkat ini”. Kembali Dewa memamerkan senyum manisnya yang penuh arti kebahagiaan.

"Memang Dewa cerdas sekali," puji D-wee dalam hatinya.

Setelah kami berdua merasa perbincangan ini cukup, Dewa bermain-main dengan Titi dan Bani, dua adik sepupu D-wee, anak tante Da dan om Tam.

Setengah jam kemudian Dewa pamitan. Untuk menyusun dan mempersiapkan kebutuhan Pondok Sehat. Dewa yang akan bertanggung jawab mengisi obat-obatan di Pondok sehat, untuk sementara D-wee akan meminta bantuan sahabatnya seorang dokter umum yang akan membantu menjaga Pondok Sehat di desa Rangkat kemudian D-wee sendiri yang akan menangani masalah kesehatan gigi di desa Rangkat.

D-wee

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun