Mohon tunggu...
eko wahyudi
eko wahyudi Mohon Tunggu... -

biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seks… Lumrah ataukah Mesti Ditabukan

25 Maret 2010   06:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:12 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sejak lama kita dibayang-bayangi norma-norma yang begitu mengikat , penggolongan halal-haram dan ukuran tingkah laku. Kita kini tidak berani berkata apapun, segala hal yang mulanya merupakan kepolosan tiba-tiba dipingit rapi oleh norma-norma bentukan masyarakat serta exploitasi kebudayaan global. Dan pada akhirnya kepolosan itu ditata rapi oleh penyeragaman sebagian dikunci rapat oleh penabuan.

Jika ada sesuatu yang dianggap tabu maka harus ada penggantian katadan media tertentu dalam mengungkapkannya.

Dari berbagai kasus penabuan, seks merupakan hal yang paling ditabukan. sejak anak-anak hingga lanjut usia telah diterapkan suatu norma perkembangan seksual yang secara cermat telah diberi ciri, segala penyimpangan yang mungkin ada, diadakan dalam pengawasan pedagogis dan pengobatan medis (jika keganjilan seksualis dikategorikan penyakit jiwa).

Ciri seksualitas kita adalah menahan diri, diam dan munafik. Ciri tersebut kemudian membentuk patokan vulgar, jorok, tidak santun dll. Orang tidak berani lagi mengatakan apapun mengenai seks. kesantunan menghindari pengacuan badaniah, percakapan sehari-hari dibersihkan dari kata-kata “berani”. Segala sesuatu yang diatur untuk tidak membangun keturunan dan tidak diidealkan berdasarkan tujuan yang sama akhirnya tidak memilki tempat yang sah dan juga tidak boleh bersuara, diusir,disangkal dan ditumpas sampai hanya kebungkaman yang tersisa.

sebuah kebutuhan biologis yang seharusnya menjadi objek pembelajaran pada akhirnya ditabukan dan menjadi bahan olok-olok semata, semua larangan kemudian membentuk represi, represi berfungsi sebagai keputusan hukum (seks harus dihilangkan, seks dinyatakan tidak ada) karena itu percuma seks dibicarakan,ditonton atau dipelajari.

Pertanyaannya, apakah penabuan seks merupakan kemunafikan, sedang seks adalah hal yang mesti ada dan harus ada.

Jadi, hendaklah kita untuk tidak menyusun seksualitas berdasarkan instansi seks, sehingga tidak memunculkan pengertian seks sebagai unsur spekulatif, gagasan kabur dan ilusi…………

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun