Akhir-akhir ini, berita tentang megathrust kembali ramai dibicarakan setelah publikasi besar oleh BMKG. Wajar saja kalau banyak masyarakat merasa panik. Megathrust adalah patahan tektonik besar di zona subduksi, tempat satu lempeng menyusup di bawah lempeng lainnya. Zona ini menyimpan dan melepaskan energi besar, menjadikannya sumber gempa bumi besar (megathrust earthquakes). Megathrust, yang berada di sepanjang lempeng kepulauan Indonesia, memang punya potensi memicu gempa besar dengan dampak yang sangat serius mengancam seluruh bagian masyarakat tanpa terkecuali. BMKG, sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam penyebaran informasi megathrust, sudah berusaha melakukan berbagai langkah mitigasi. Tak henti untuk terus mengingatkan masyarakat soal pentingnya kesiapan menghadapi gempa besar, apalagi megathrust sudah ratusan tahun tidak aktif. Tapi, cukupkah kalau hanya BMKG yang bergerak? Menghadapi ancaman besar seperti ini jelas butuh kerja sama dari banyak pihak. Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk ikut mempersiapkan diri?
Keilmuan Geofisika hadir sebagai jawaban dari persiapan itu. Sayangnya keilmuan geofisika yang menjadi salah satu garda terdepan dalam menghadapi ancaman gempa megathrust kerap mudah dilupakan oleh masyarakat. Bahkan banyak masyarakat yang belum memahami fungsi dari keilmuan geofisika dan bagaimana bidang ini berhubungan dengan megathrust yang mengancam kita semua. BMKG adalah contoh termudah penerapan keilmuan geofisika, sebagai salah satu lembaga yang mengaplikasikan ilmu geofisika dengan memantau gempa serta melakukan diseminasi sekiranya terjadi gempa megathrust. Keilmuan Geofisika adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang dinamika bumi dan seisinya melalui pendekatan ilmu fisika. Gempa yang merupakan pergerakan lempeng mendadak dan melepaskan energi dalam bentuk gelombang P, gelombang S, dan gelombang permukaan bisa dikenali dengan mudah oleh para geofisikawan dengan ilmu seismologi dan alat perekam gempa bernama seismograf. Dari rekaman itu, geofisikawan dapat melakukan identifikasi gempa dengan melihat kecepatan gelombang, kedalaman gempa, hingga kekuatannya yang diterjemahkan dalam skala magnitudo agar lebih mudah dipahami masyarakat.
Kemudian, apa yang membuat BMKG bisa menyimpulkan akan terjadi megathrust dalam waktu mendatang? Potensi megathrust disimpulkan akan terjadi karena wilayah-wilayah yang terletak di zona subduksi sepanjang patahan di Indonesia telah lama tidak melepaskan energi besar atau disebut sebagai seismic gap. Melalui pemantauan alat pengukuran deformasi Global Positioning System (GPS), pergerakan di permukaan bumi yang terekam menunjukkan adanya pengumpulan (akumulasi) tekanan. Ketika tekanan pada titik tersebut telah mencapai maksimum, maka pelepasan energi besar dalam bentuk gempa megathrust akan segera terjadi. Analisis geofisika berdasarkan data-data yang tersedia maka penelitian-penelitian geofisika terkait megathrust menunjukkan adanya potensi besar gempa megathrust meskipun tidak ada teknologi satu pun yang mampu memprediksi kapan hal tersebut terjadi.Â
Megathrust sebagai salah satu ancaman besar bagi Indonesia membutuhkan perhatian lebih serius, BMKG sudah berupaya memantau dan memberikan informasi terkait potensi megathrust dengan berbasiskan keilmuan geofisika, namun dukungan dari berbagai pihak tetap diperlukan. Hal ini menjadi tantangan besar mengingat Indonesia adalah wilayah rawan bencana dengan risiko gempa dan tsunami yang tinggi.
Meskipun telah banyak publikasi terkait gempa dan megathrust, masih ada banyak tempat yang belum dieksplorasi dan butuh pengamatan lanjutan. Misalnya, area zona subduksi yang jarang terpantau secara detail atau zona seismic gap yang tersebar pada wilayah yang sulit dijangkau. Minimnya akses alat dan data juga menjadi tantangan besar bagi penelitian geofisika di Indonesia. Masih ada waktu untuk mempelajari segala kemungkinan megathrust di Indonesia.
Selain pengamatan gempa dan megathrust, keilmuan geofisika dapat dimanfaatkan dalam hal-hal lain seperti investigasi bahaya tsunami yang diteliti oleh Widiyantoro dan kawan-kawan pada tahun 2020 di jurnal Scientific Reports mengenai model worst case scenario ketinggian tsunami yang mengancam di pesisir Jawa bagian Selatan sebagai dampak gempa megathrust.
Penelitian gempa megathrust di Indonesia masih kalah banyak dibandingkan dengan penelitian megathrust di Jepang dan Amerika. Hal ini bisa dilihat dari website jurnal ilmiah Scopus dengan kata kunci : Earthquake, Megathrust, dan Geophysics untuk Indonesia, Jepang, dan Amerika, seperti terlihat pada gambar berikut.
Dari hasil pencarian tersebut terlihat adanya perbedaan jumlah yang cukup signifikan dari penelitian dengan kata kunci Earthquake, Megathrust, dan Geophysics. Data tersebut menunjukkan bahwa penelitian terkait gempa, megathrust, dan geofisika di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan Jepang dan Amerika. Hal ini menunjukkan perlunya usaha lebih untuk mengejar kedua negara maju tersebut.Â
Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN) pada tahun ini telah memutahirkan Seismic Hazard Map atau Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2024 untuk persiapan menghadapi gempa. Peta 2024 ini memuat informasi terkait sesar-sesar aktif di Indonesia yang belum teridentifikasi sebelum peta 2017.
Tantangan bagi keilmuan geofisika, khususnya di Indonesia, adalah untuk mempersiapkan mitigasi bahaya gempa di seluruh wilayah Indonesia. Sudah menjadi tugas seorang geofisikawan untuk selalu mempelajari bumi dan berbagi ke masyarakat bahwa keilmuan geofisika hadir untuk memberikan informasi potensi bencana gempa.