Mengakhiri aktivitas belajar saya pada modul 1 dalam program pendidikan guru penggerak angkatan 6, saya mempelajari materi budaya positif. dalam modul 1.4 ini ada beberapa bagian penting yang saya pelajari yakni ; 5 posisi kontrol guru, segitiga restitusi, perbedaan antara hukuman, restitusi dan konsekuensi dan  5 kebutuhan dasar manusia. Â
Ada banyak pengalaman yang saya dapatkan dalam mengikuti pendidikan guru penggerak. Hal yang paling saya rasakan adalah kolaborasi dan komunikasi. Dalam menjalankan pendidikan guru penggerak di pertengahan modul 1.3 tantangan mulai menghampiri dan mengombang-ambingkan perahu pergerakan saya.Â
Hadirnya gelombang tantangan ini yang membuat saya semakin tertinggal dalam pergerakan menjadi seorang guru penggerak. Gelombang tantangan pertama yang saya hadapi yakni harus berbaring selama 3 hari di tempat tidur karena sakit ambeien disertai flu dan demam.Â
Setelah melakukan pengobatan saya disarankan oleh Dokter untuk menghindari duduk yang terlalu lama, dan disarankan juga untuk lebih banyak istirahat. Di tanggal 3 Oktober yang merupakan hari pertama masuk sekolah setelah sembuh dari sakit saya kembali dihadapkan pada gelombang tantangan yang kedua yakni sebagai proktor dan operator yang bertanggung jawab atas pelaksanaan PTS berbasis android secara offline.Â
Selain itu saya juga harus membereskan laporan online penggunaan dana BOS agar dapat menginput RKAS perubahaan pada aplikasi ARKAS.Â
Sambil menjalankan tugas sebagai operator yang juga menuta banyak waktu, saya juga mendapat tambahan beban mengajar yang semula dari 15 jam pelajaran perminggu menjadi 35 jam pelajaran perminggu karena rekan guru Matematika pada sekolah kami terhitung mulai 1 Oktober 2022 dinyatakan purna bakti.Â
Hal ini tentu membuat saya semakin kesulitan membagi waktu karena saya harus mengajar 7 rombongan belajar.Â
Selain gelombang tantangan yang sudah di jabarkan masih terdapat beberapa gelombang tantangan lain yang terus hadir secara beruntun tanpa memberikan saya ruang untuk kembali menata posisi perahu pergerakan saya agar kembali mengejar ketertinggallan hingga akhirnya sandar di pelabuhan guru penggerak nantinya. Â
Karena keterlambatan pergerakan saya di LMS sekitar satu bulan membuat saya semakin tidak bergairah untuk mengejar ketertinggalan itu karena pada dasarnya semua itu dinilai dan salah satunya adalah ketepatan waktu dalam pengumpulan tugas. Atas dasar itulah saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari pendidikan guru penggerak.
Banyak teman-teman CGP dan teman-teman guru lainnya memotivasi saya untuk tetap melanjutkan dengan menceritakan pengalaman mereka, namun dengan melihat banyak tugas yang belum di selesaikan dan juga beban kerja saya belum sanggup untuk memulai kembali pergerakan saya sebagai calon guru penggerak.Â
Dengan gaya penyelesaian masalah dari pengajar praktik saya pak Ferdi Tokan ini membuat saya menjadi bangkit lagi untuk melanjutkan visi saya menjadi guru penggerak pemimpin perubahan. Dan hingga refleksi ini saya buat pada modul 1.4 pada aktivitas 1.4.a.9.1 terkait aksi nyata yang belum saya tuntaskan sedangkan modul 2.1 Â aktivitas 2.1.a.8 Koneksi antar materi dan 2.1.a.9 aksi nyata.Â
Ketiga tugas ini sedang dalam proses penyelesaian dan diupayakan untuk selesai sebelum batas waktu yang di tentukan.
Setelah merefleksikan kembali persoalan yang saya alami dan proses penanganan yang dilakukan oleh fasilitator dan pengajar praktik, setelah mempelajari modul 1.4 saya menyadari secara penuh bahwa disaat itu pak Herman Nggili sebagai fasilitator dan pak Ferdi Tokan sebagai pengajar praktik sedang menjalankan fungsi kontrolnya sebagai manajer.Â
Pendekatan yang digunakan dalam penyelesaian masalah yang saya hadapi juga menerapkan pendekatan segitiga restitusi  dengan membangun keyakinan bersama untuk tetap fokus dan komitmen menyelesaikan pendidikan guru penggerak ini.
Belajar dari pengalaman ini dan berlandaskan pada apa yang telah saya pelajari dalam modul 1.4 Â saya berkesimpulan bahwa pentingnya menanamkan budaya disiplin positif melalui keyakinan-keyakinan yang dibuat dan disepakati bersama, sehingga apa yang di jalankan atas dasar tanggung jawab, bukan karena takut atau karena ingin mendapat penghargaan atau pujian.Â
Dalam menumbuh kembangkan budaya positif, setiap orang dalam bertindak sudah tentu pasti mempunyai tujuan tertentu, tujuan mendasar dalam tindakannya itu adalah memenuhi kebutuhan dasarnya, yakni kebutuhan bertahan hidup, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan pengakuan dan kemampuan, kebutuhan akan pilihan dan kebutuhan akan kesenangan.Â
Tindakan yang dilakukan bisa positif dan juga negatif. Tindakan negatif terjadi akibat tidak terpenuhnya kebutuhan dasar tersebut.Â
Agar solusi yang diambil dari sebuah tindakan memenuhi kebutuhan dasar tersebut hendaknya perlu adanya pemahaman terkait 5 fungsi kontrol dan penggunaan pendekatan segitiga restitusi dalam menemukan solusi atas sebuah tindakan.
Situasi yang saya alami dan materi yang saya pelajari mengingatkan saya akan pentingya sebuah keyakinan yang dirancang dan disepakati secara bersama serta berupaya untuk menjalankan fungsi kontrol manajer dengan menerapkan pendekatan segitiga restitusi dalam mencari solusi atas tindakan negatif dengan terlebih dahulu menganalisis kebutuhan dasar manusia yang belum di penuhi sebagai sebab dari tindakan tersebut.
Demikian gambaran refleksi dwi mingguan pada modul 1.4 dalam pendidikan guru penggerak angkatan 6 ini. Salam dan bahagia.Â
Cyprianus Bekoua Moron
Calon Guru Penggerak Angkatan 6
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H