Mohon tunggu...
Fransiskus Kurniawan
Fransiskus Kurniawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cuma seorang anak petani yang hidup dibelantara pegunungan menoreh.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hidup Rukun, Berbagi untuk Sesama - HUT 85 Paroki Boro

30 Oktober 2012   00:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:14 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[eFKa] - Sejarah mencatat bahwa perjalanan Paroki St. Theresia Lisieux Boro tidak pernah lepas dari kehadiran seorang sosok asal Austria, Rm. J.B Prennthaler SJ. Beliau adalah perintis atau "Rasul Agung" yang menumbuh-kembangkan iman dan menyebarkan kabar gembira di wilayah pegunungan Menoreh dengan semangat "Mengasihi Allah melayani umatNya". Dimulai dari tahun 1927, Rm. Prennth mempersembahkan misa untuk pertama kalinya di Jurang Depok yang dihadiri oleh 5 orang katolik saja. Peristiwa tersebut dipandang menjadi embrio akan lahirnya Paroki Boro yang memakai Santa Theresia Lisieux sebagai nama pelindungnya. Selain terus bertambahnya umat dengan pewartaan iman pada waktu itu, lewat karya misinya Rm. J.B Prennthaler SJ juga mendirikan sekolah-sekolah, biara dan rumah sakit yang masih dapat kita jumpai hingga kini.

Kini (th. 2012) usia tak lagi muda, Paroki St. Theresia Lisieux Boro telah berumur 85 tahun. Sebagai wujud syukur dan untuk mengingat jasa Rm. Prennth, umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro mengadakan doa Novena dilakukan 9 kali setiap hari kamis jam 18.00 WIB sore bertempat di makam Rm. J.B Prennthaler SJ. Tak hanya itu, novena rutin juga tetap digelar setiap malam jumat kliwon di tempat yang sama, tak jauh dari Gereja Paroki St. Theresia Lisieux Boro berdiri.

"Novena Rama Prennthaler, SJ, ingkang pinundhi-pundhi dening umat saparoki, supados umat saged mangertos sinten Rama Prennthaler punika, lan lajeng saged nulad sugengipun. Pancen ageng bektipun Rama Prennthaler dhateng Santa Theresia Cethi Dalem Sang Timur." - (pujasumarta.multiply.com)

Selain dengan mengadakan novena, sebagai petilasan sejarah dibangunlah sebuah prasasti kecil, monumen tanda pengingat dimana Misa Pertama kali dipersembahkan oleh Rm. Prennth di Jurang Depok. Prasasti tersebut diberkati dan diresmikan langsung oleh Mgr. Johannes Pujasumarta Pr dan menjadi awal dalam rangkaian puncak acara HUT 85 tahun Paroki St. Theresia Boro pada hari Kamis, 25 Oktober 2012.
Prosesi dilanjutkan dengan arak-arakan, menghayati sekaligus napak tilas Rm. Prennth beserta kisah St. Theresia Lisieux. Iringan tetembangan bersahutan dalam barisan, musik terbang mengalun. Patung St. Theresia dan gunungan yang telah diberkati diarak oleh para calon krisma dan seluruh umat Menoreh dari Jurang Depok menuju Gereja dengan busana adat jawa.

"Santa Theresia, ingkang kajumenengaken dados pangayomaning umat paroki Boro. Pengetan tanggap warsa punika dadosa kesempatan kangge umat mbangun niat “Manunggal Urip Sarukun, Andum Mring Pepadha”. - (pujasumarta.multiply.com)

Puncak acara pesta ulang tahun digelar. Sekitar 5000 warga paroki Boro yang umatnya tersebar di perbukitan menoreh tumpah ruah menghadiri Ekaristi dalam nuansa jawa. Gendhing mengalun mengiringi Misa Syukur yang dipimpin langsung oleh Mgr. Johannes Pujasumarta, Pr. dengan didampingi oleh romo paroki beserta romo-romo yang berasal dari Paroki Boro. Kihmadnya upacara perayaan semakin semakin terasa dan menjadikan berkah yang melimpah dalam rasa bahagia dengan diberikannya anugerah Sakramen Krisma kepada 117 orang lewat perantara Bapa Uskup.
Seusai perayaan ekaristi dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng dan ingkung oleh Mgr. Johannes Pujasumarta Pr. Para umat pun bersama-sama berpesta menikmati "ambengan" beserta tumpeng yang dilombakan dalam perayaan Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Bermacam hidangan disiapkan oleh ibu-ibu lingkungan, pesta bersambut dengan kegembiraan.
Bersamaan dengan itu suguhan Panembromo, tari lilin, paduan suara, dan pentas pentas lainnya semakin menghangatkan suasana keakraban warga Menoreh. Sebagai penutupnya Orang Muda Katolik Paroki St. Theresia Boro hadir dengan pentas Kethoprak dengan lakon Magersari. Gelak tawa pun tak terbendung melihat aksi lucu dan kocak dari Orang Muda Katolik Paroki St. Theresia Boro. [caption id="" align="alignnone" width="576" caption="dok. Panitia HUT 85th Paroki Boro"]
[/caption]

“Manunggal Urip Sarukun, Andum Mring Pepadha”

85 Tahun bukanlah waktu yang pendek, demikanlah yang diilhami, bahwa umat Paroki St. Theresia Boro tak ingin melewatkan momentum ini dengan sia-sia. Hal tersebut diungkapkan melalui tema yang yang diusung dalam rangkaian perayaan ini "Manunggal urip sarukun, andum mring pepadha". Manunggal urip sarukun - bersatu hidup rukun menjadi sebuah sikap menanggapi keadaan yang terjadi dalam beberapa waktu ini, dimana banyak terjadi perpecahan terjadi dan tindak kekerasan dan kriminalitas semakin meningkat di Negeri Indonesia. Salah satu jalan yang ditempuh adalah melalui budaya dan kesenian, dimana sebuah kerukunan dapat terjalin. Jathilan yang menjadi kesenian lokal dari warga menoreh dihadirkan melalui festival jathilan dalam rangkaian perayaan HUT tersebut. Festival yang digelar selama 4 hari tersebut menjadi buah dari kearifan lokal yang terbukti mampu menyatukan siapa saja tanpa membeda-bedakan suku, agama, dan golongan. Selain itu peran gereja dalam "nguri-uri" melestarikan budaya juga terealisasi. Tak hanya Festival Jathilan, namun Festival Dolanan Anak, turnamen sepakbola hadir memeriahkan rangkaian perayaan HUT Paroki Boro. [caption id="" align="alignnone" width="582" caption="dok. Fransiskus Kurniawan | ©2012"]

[/caption] Andum mring pepadha - berbagi kepada sesama, berbagi merupakan salah satu buah kearifan dimana setiap individu juga memiliki tanggung jawab atas individu lainnya. Bahwa sebagai manusia kita tak bisa hidup dan berdiri seorang diri sambil menggenggam sikap individualisme. Kemajemukan menuntun kita untuk saling berbagi, bergotong-royong, dan menyadarkan kita bahwa sejatinya hidup seorang individu juga bergantung kepada individu lainnya melalui aksi-aksi sosial seberapapun besarnya. Sunatan massal, Donor Darah, kunjungan lansia, dan bazar digelar dalam rangkaian perayaan HUT Paroki Boro. Proficiat!!

"Mugi sih Dalem Gusti dados kekiyatan kita amrih sangsaya kiyat iman kapitayan kita, lan kanthi mekaten kita saged dados berkah, amargi sampun kinembengan ing berkah Dalem Gusti." - (pujasumarta.multiply.com)

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun