"Salahkan Ideologi atau Rakyatnya?"
sebuah buku yang saya baca, memuat sebuah pernyataan yang mampu membuat saya cukup bertanya-tanya bahkan hingga hari ini. Buku itu memuat, cercahan seorang filsuf dari inggris jika saya tidak salah mengingat dengan bunyi kurang lebih begini, "Pancasila itu adalah ideologi yang terlalu Ideal, untuk bangsa Indonesia karena berbanding terbalik" cuitan ini benar-benar cukup menggangu kepala saya kira seperti ada benarnya pernyataan ini. Lalu apakah pandangan pada Pancasila yang bertolak belakang dengan realita bangsa benar adanya? apakah memang benar ideologi Pancasila terlalu sempurna untuk kita, bangsa Indonesia?
saya ingin mengajak kita semua, untuk ikut mendiskusikan hal ini!!, mengapa anggapan Pancasila itu terlalu ideal untuk kita? dan siapa yang akan kita salahkan untuk hal ini? apakah ini menjadi salah sang filsuf? atau salah Pancasila? karena terlalu sempurna, atau mungkin ini salah bangsa kita sendiri? Â menimbang dimana kualitas bangsa Indonesia dalam implementasi kita masih sangat jauh, dari nilai dan makna dari tiap butir sila yang ada pada ideologi kita, Pancasila. Saya menulis artikel ini bukan semata-mata ingin menyalahkan pihak manapun, baik itu sang filsuf, pancasila, maupun bangsa kita Indonesia. Tertulisnya artikel ini murni karena keinginan untuk bertukar pikiran tertang bangsa kita, per hari ini!!.
berkaca pada kasus korupsi yang baru-baru ini menjadi perbincangan hangat masyarakat, dimana adanya kasus korupsi timah yang berdampak signifikan bagi kerugian negara dengan angka fantastis (300T). Angka yang mungkin untuk membayangkanya saja, kita tidak akan mampu. Tidak hanya itu, kasus ini mampu membuat masyarakat rasanya ingin tercengan-cengan dengan keputusan luar biasa yang diputuskan oleh sang hakim terhadap para pelaku, dimana sang pelaku hanya menerima hukuman penjara 6,5 tahun dengan denda sebesar 1 miliyar rupiah dan sang pelaku lainya menerima hukuman penjara 5 tahun dengan denda 900 juta. Rasanya hukuman ini menjadi hal yang tidak selayaknya para pelaku terima? kasus ini seolah menjadi bukti yang lagi-lagi membenarkan perkataan sang filsuf, sekaligus menggambarkan terlalu sempurnanya butir-butir sila pada Pancasila, bagi orang-orang di negara kita? lantas lagi-lagi saya ingin bertanya, "Who's wrong here?!"Â
Tidak hanya itu 2024 lalu, lagi-lagi negara kita Indonesia di buat terpelongo dengan kasus "Gus-gusan", yang juga merupakan seorang yang memegang jabatan penting sebagai seorang "utusan khusus presiden", dimana beliau menghardik seorang penjual es teh ditengah-tengah kegiatan dakwah yang dilakukannya. Peristiwa ini tentu menjadi perbincangan hangat, dimana seorang yang seharusnya menjadi representasi rakyat, karena karir dan keahliannya pada ilmu agamanya malah menghardik rakyat kecil, yang secara tidak langsung menggajinya dengan uang negara, berupa pajak. Sekali lagi kasus ini menjadi bukti bertolak belakangnya nilai-nilai Pancasila dengan reprentasi Indonesia. Lalu apakah ini menjadi salah Pancasila? atau salah siapa?
Izinkan saya sedikit berbagi paradigma dengan teman-teman pembaca dan lagi-lagi saya akan mengajak kalian untuk mendiskusikan hal ini, Pancasila adalah ideologi yang dirumuskan, bahkan digali dari harim sang ibu pertiwi. Perumusan tiap butirnya terwujud karena adanya nilai-nilai moral, adab dari bangsa Indonesia jauh, jauh dari sebelum kita mencoba mempelajari makna pada tiap baitnya, bahwa ternyata kita pernah sampai pada padigma yang sempurna, Pancasila. Jika anda ikut bertanya-tanya siapa yang patut kita salahkan, mungkin saya siap menjawab dengan jawaban "Generasi Bangsa dan Para Pemimpinnya hari ini" jika dikatakan "itu hanya oknum, atau itu hanya sebagian" namun saya ikut siap menjawab, buah yang rusak dimalai dari pangkal kepalanya dan perlahan akan ikut merusak keselurahan buah tersebut. Kesadaran akan rusaknya penerapan bait pancasila ini, harus menjadi tanggung jawab dan kesadaran bersama. Tanggung jawab ini bukan semata-mata menjadi tugas penuh pemerintah tapi juga kita sebagai generasi bangsa, yang nanti akan mengambil dan duduk pada kursi pemerintahan dimasa yang akan datang.
Tidak semata-mata umtuk menyalahkan bangsa kita, tapi dalam tulisan ini saya sadar betul peranan saya sebagai generasi yang akan mengemban tanggung jawab atas bagaimana bangsa ini kedepanya. Tentu pula tanggung jawab ini tidak mungkin saya genggam sendiri, maka dari itu saya mengajak para pembaca, untuk ikut sadar atas implementasi kita pata tiap bait pancasila.Â
Ayo Diskusikan!
@Vallientyra_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H