YOGYAKARTA - Pada akhir pekan kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, selalu ramai dengan pengunjung. Kondisi ini konon berdampak pada pendapatan tukang becak dan kusir andong.
Kawasan wisata Malioboro mengalami lonjakan jumlah wisatawan pada akhir pekan, terutama karena berbagai event khusus yang diadakan di sekitar kawasan tersebut. Akan tetapi, peningkatan jumlah wisatawan tidak berpengaruh terhadap peningkatan penghasilan seperti yang dialami oleh salah seorang kusir andong.
Fahrul Ardianto, salah seorang kusir andong menjelaskan alasan penghasilannya tidak mengalami peningkatan saat akhir pekan adalah tren yang semakin meningkat di kalangan wisatawan.
Hal itu disebabkan para wisatawan yang cenderung memilih menggunakan layanan ojol (ojek online) dibanding transportasi tradisional seperti andong dan becak karena ojol menawarkan solusi transportasi yang mudah dan cepat.
“Penumpangnya susah, kalah sama Grab. Dari tahun kemarin sampai sekarang penumpangnya berkurang, penghasilan kita juga turun,” jelas Fahrul Ardianto, pengemudi andong yang berusia 25 tahun saat diwawancarai di Malioboro pada Sabtu (8/6/2024).
Fahrul juga menjelaskan alasan lain berkurangnya penghasilan kusir andong di Malioboro, yakni karena adanya pembatasan jumlah andong yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Yogyakarta.
“Sekarang andong yang boleh mangkal itu cuman 420, dibatasi sama Dishub. Sekarang jalannya makin sempit, dulu jalur lambat bisa langsung lurus, sekarang sudah dibatasi. Buat taman-taman, kalau dulu jalur lambat sama cepat bisa dua jalur,” ucapnya.
Hal senasib juga dialami oleh Guntoro, tukang becak motor berusia 53 tahun. Pria yang bekerja sebagai tukang becak sejak tahun 1995 ini menyebutkan tidak ada perbedaan pendapatan antara hari kerja dengan weekend.
“Sebetulnya, hasil narik becak di hari biasa dengan hari Sabtu dan Minggu itu sama saja. Ada bedanya kalau liburan lebaran sama tahun baru itu baru ramai,” ungkap Guntoro.