Dia bahkan pernah diliburkan karena pandemi Covid-19.
“Saya diliburkan selama 20 hari saat itu karena pasar juga tutup, untuk makan sehari-hari saya dapat dari bantuan pemerintah,” ujar dia, saat diwawancarai pada Jumat (24/5/2024).
Walaupun di usianya yang sudah tua, Marjono masih tetap semangat bekerja sebagai tukang parkir di area Pasar Gede Solo.
Di tempat lain yang jaraknya tidak jauh dengan lokasi Pasar Gede Solo, beberapa tukang parkir yang berkerja juga sudah tua. Dari kelima tukang parkir yang ada saat itu, empat di antaranya tidak bisa berbicara maupun mendengar.
Hal ini sangat mengejutkan, ketika pemilik toko maupun orang di sekitar mengatakan bahwa mereka tidak bisa berbicara dan mendengar. Sehingga untuk berkomunikasi saja sangat sulit untuk dilakukan. Namun, keempatnya tetap membantu dengan mengarahkan salah satu rekannya yang jauh lebih muda, untuk membagikan kisah mengenai kehidupan tukang parkir.
Ivan (45) menjelaskan bahwa dia masih baru dalam menjalani pekerjaan sebagai tukang parkir. Sehari-hari dia berangkat dari tempat tinggalnya di daerah Semanggi, Pasar Kliwon. Dia mengatakan bahwa penghasilan menjadi juru parkir tidak menentu di kisaran Rp125.000 – Rp150.000 per hari. Terlebih lagi dia harus menghidupi istri dan ketiga anaknya.
Dia menjelaskan terkait keempat rekannya yang memiliki keterbatasan.
“Mereka rekan saya di sini, keempat-empatnya tidak bisa mendengar, dan tidak bisa berbicara. Jadi, memang agak susah kalau mau ajak mereka ngomong, karena cuma beberapa orang saja yang paham,” jelas juru parkir itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H