[caption id="attachment_301719" align="aligncenter" width="573" caption="Sumber: Facebook Photo"][/caption]
Sepertinya sebutan Maling dan Koruptor memang sudah kian akrab dan bahkan dianggap istilah yang biasa di dengar oleh telinga anak bangsa ini, hal ini tentunya karena kian maraknya praktek-praktek maling dan korupsi yang terjadi tidak hanya dikalangan orang-orang kecil bodoh tanpa pendidikan etika, moral dan formal, tetapi bahkan sangat “nge-trend” terjadi dikalangan elite-elite pemerintahan yang nota bene nya sangat kenyang makan bangku sekolahan.
Jika Orang kecil bodoh di-teriaki maling ketika dengan sengaja atau tidak sengaja mengambil barang/hak orang lain yang bukan miliknya untuk kepentingannya sendiri, maka pengambilan dalam skala lebih besar disebut korupsi yang khususnya sebutan ini diperuntukan untuk para maling keren. Tidak heran deh klo muncul ujar-ujaran sinis yang berbunyi “hari gini klo kaga korupsi ya kudet lah namanya “
Lucu-nya lagi, ternyata tidak hanya orang kecil bodoh pula yang pintar main “bang-bang tut” ketika sudah maling tapi teriak maling kepada orang lain, orang-orang pintarpun jd semakin pintar menjadi koruptor dan lalu dengan lantang meneriaki orang lain sebagai koruptor, sungguh hal yang memalukan, menggelikan sekaligus penuh dengan kemunafikan. Terlebih ketika seseorang dengan hebatnya berteriak lantang menyerukan revolusi bagi para koruptor untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan sensitive menyikapi penderitaan rakyat, tidak sadarkah bahwa dirinya sendiripun termasuk kedalam golongan yang dihujatnya, dan akan di revolusikan, Nah lho, berani ga tuh merevolusi dirinya sendiri.
Sama hal nya ketika seorang Mukhtar Pakpahan yang mengaku sebagai anti KKN seumur hidupnya dan seorang pejuang hukum, dan merupakan salah satu tokoh penting di serikat buruh, akhir-akhir ini sedang meradang menggembar gemborkan Revolusi sebagai solusi terbaik dan dibutuhkan saat ini untuk mengatasi korupsi dan menciptakan pemerintahan bersih yang lebih baik. Bagaimana sekiranya para maling atau koruptor budiman ini tidak lah bingung terlebih masyarakat secara umum, jika penyeru revolusi ini ternyata juga hanyalah seorang Mukhtar Pakpahan yang mempunyai catatan hitam terkait korupsi kasus dana Jamsostek beberapa tahun silam yang dituntut hukuman penjara dan sejumlah besar uang denda. Akibat perbuatan nya waktu itu negara mengalami kerugian sebesar Rp1,53 miliar(Sumber: Tempo.co, 19 Januari 2004 ).
[caption id="attachment_301720" align="aligncenter" width="304" caption="Sumber: Flickr IndoCarricature => http://www.flickr.com/photos/100454477@N02/10850522923/"]
Barangkali saat ini memang trend baru mulai beralih, dari “trend maling dan korupsi“ menjadi “trend maling teriak maling” dan “trend koruptor meneriaki koruptor” atau memang karena sekedar curahan keinsyafan hati seorang koruptor untuk sesama rekan koruptornya sehingga menjadiKoruptor merevolusi Koruptor.
Supir Bus saja tahu jargon: "Sesama Bus Dilarang Saling Mendahului"
Mukhtar Pakpahan Meng-Korupsi Uang Hak Buruh => http://www.tempo.co/read/news/2004/01/19/05538605/Muchtar-Pakpahan-Didakwa-Melakukan-Korupsi
Muchtar Pakpahan Tersangka Penyelewengan Dana Jamsostek => http://news.liputan6.com/read/57295/muchtar-pakpahan-tersangka-penyelewengan-dana-jamsostek
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H