Mohon tunggu...
Cut Iemeldha Amri
Cut Iemeldha Amri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta

Mahasiswi yang sedang berjuang untuk melengkapi semua tugas-tugasnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Fasilitas Pembelajaran untuk Anak Tunarungu di SLB-B Indonesia Sudah Memadai?

13 Desember 2023   20:00 Diperbarui: 13 Desember 2023   20:24 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fasilitas sekolah merupakan suatu hal yang penting dalam proses pembelajaran, sarana prasarana salah satu komponen yang harus terpenuhi dalam menunjang manajemen pendidikan yang baik, maka dari itu prasarana termasuk fasilitas dasar untuk menjalankan proses pembelajaran di sekolah.

Pembelajaran merupakan suatu proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Belajar sendiri merupakan suatu proses mendasar yang ada selama perkembangan kehidupan manusia yang dimana akan membawa perubahan melalui pembelajaran. Kegiatan ini akan meningkatkan kualitas pribadi dan mengembangkan perilaku yang lebih baik (Soemanto, 2012: 104).

Setelah pembelajaran nantinya akan mengeluarkan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar memiliki dua faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal itu sendiri adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, bisa meliputi lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat serta lingkungan keluarga. 

Di lingkungan sekolah didalamnya terdapat fasilitas pembelajaran untuk para peserta didik. Terlebih lagi sekolah sekolah luar biasa, terdapat fasilitas yang berbeda dan sesuai dengan kebutuhan anak untuk peserta didik berkebutuhan khusus. Dimana di setiap jenis SLB dari A-E terdapat fasilitas pembelajaran yang berbeda. 

Pada SLB-B merupakan sekolah khusus untuk anak dengan hambatan tunarungu. Ketunarunguan merupakan suatu kondisi spesifik menggambarkan seseorang yang kehilangan fungsi pendengarannya. Berdasarkan kondisi tersebut menyebabkan dampak secara primer dalam aspek maupun dimensi perkembangan bahasa bicara (komunikasi) dan dampak sekunder dalam aspek sosial, emosi, motorik, kepribadian, intelegensi, akademik, dan lain-lainnya.

SLB-B di Indonesia umumnya masih minimnya fasilitas yang menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah, hal ini biasanya diakibatkan oleh kurang dana dan luas sekolah yang terbatas. Dimana ada pembelajaran yang sering kali diabaikan salah satunya yaitu BKPBI (Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama).  

BKPBI merupakan pembelajaran yang penting untuk anak tunarungu, karena melalui bkpbi anak tunarungu dapat mengembangkan kemampuan reseptif melalui optimalisasi fungsi pendengaran, dan pengembangan kemampuan vibrasi mereka. Dengan kemampuan reseptif, anak tunarungu dapat mempersepsikan, mengasosiasikan, dan menganalisis informasi berupa simbol-simbol bahasa. Bertitik tolak dari kemampuan reseptif, maka anak tunarungu dapat mengekspresikan segala pengalaman persepsi dan simbolisasi nya berupa komunikasi verbal (berbicara, berisyarat, menulis, komunikasi total) melalui pembinaan dan pembentukan bicara, agar mereka dapat berkomunikasi secara santun dan percaya diri dalam situasi sosial secara wajar. 

Namun, seperti yang sudah dijelaskan bahwa masih banyak SLB-B yang belum menerapkan program bkpbi karena dalam proses pembelajaran ini membutuhkan ruangan yang khusus yang luas dan peralatan bunyi lainnya untuk menunjang pembelajaran. Dan akhirnya lebih banyak sekolah yang menekankan pembelajaran untuk anak tunarungu hanya untuk belajar bahasa isyarat saja. Hal ini akan berdampak terhadap kemampuan daya abstraksinya yang rendah, artinya bahwa anak mengalami kesulitan memahami hal-hal, mendengarkan bunyi dengan sisa pendengaran atau simbol lainnya secara capaian psikosensorik, persepsi, dan asosiasinya. Akhirnya anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mempelajari materi-materi pelajaran yang sifatnya abstrak.

Daerah-daerah terpencil seringkali terpinggirkan, dan mengakibatkan banyak masalah yang lebih kompleks karena terbatasnya fasilitas sekolah khusus untuk anak dengan hambatan tunarungu. Seharusnya dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk menyelaraskan pendidikan untuk anak dengan hambatan tunarungu di daerah-daerah terpencil di Indonesia.

Sumber : 

Hidayana, Avita Febri. 2021. PENGARUH KELENGKAPAN FASILITAS BELAJAR

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V MI NURUL ULUM MADIUN. JURNAL PARADIGMA. Vol 11, hal 188-190.

Aprilia, Diana Imas. 2017. MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BIDANG PLB TUNARUNGUKELOMPOK KOMPETENSI B. Bandung : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Luar Biasa (PPPPTK TK dan PLB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun