Bayangkan sebuah negara yang sama sekali tidak mempunyai latar belakang kultur catur. Tidak ada pemain yang mempunyai elo rating FIDE. Tidak ada sarana dan prasarana yang memadai untuk mengembangkan dan mempopulerkan permainan raja-raja ini.
Tetapi seorang wanita memiliki impian. Dia bahkan bukan wanita Kamboja. Dia adalah seorang expatriat Perancis yang datang ke Kamboja untuk bekerja. Tetapi mimpinya kemudian adalah mempopulerkan catur di Kamboja.
Dia ingin agar anak-anak Kamboja mengenal permainan asah otak yang indah ini. Walau tidak mudah, dia menantang semua kesulitan untuk mewujudkan cita-citanya. Wanita itu adalah Karelle Bolon, mantan juara catur junior Perancis.
Karelle Bolon
Karelle adalah seorang pemain catur yang  handal. Dia bukan hanya bergelar Woman Fide Master,  tetapi juga juara nasional Perancis empat kali dalam berbagai kategori usia.
Karelle belajar catur dan kemudian  fashion desain secara bertahap. Catur akhirnya tidak lebih dari sekedar hobi baginya. Sekitar satu setengah tahun yang lalu ia mendapat kesempatan untuk bekerja sebagai asisten perancang busana di sebuah perusahaan bernama Onyx di Siem Reap, ibu kota  Propinsi  Siem Reap di barat laut Kamboja. Kota resor populer sebagai pintu gerbang ke wilayah Angkor.
Suatu sore ia sedang bermain catur dengan seorang temannya di sebuah kafe dan melalui sudut matanya, ia bisa melihat banyak anak-anak yang mengintip melalui jendela kaca, menunjukkan minat mereka yang besar untuk mengetahui permainan yang sedang dilakukannya.
Itu awalnya saat Karelle memutuskan untuk mulai memperkenalkan dan mengembangkan permainan catur di Kamboja. Saat itu ia mengatakan, "Catur dapat memberi kesempatan kepada anak-anak ini untuk membuka diri mereka kepada dunia luar, mempelajari nilai kerja keras yang terkandung di dalamnya, fair play, dan juga soal menang dan kalah."
Di Negara ini tidak ada yang benar-benar kenal dengan permainan catur. Tidak ada papan catur. Apalagi klub catur. Padahal  Negara tetangga mereka seperti Thailand dan Vietnam telah mengambil bagian dalam Olimpiade Catur.
Bisa dibayangkan betapa sulitnya bagi seseorang untuk memperkenalkan dan menyebarkan permainan ini. Itu masalah yang dihadapi oleh Karelle. Tetapi wanita Perancis ini pantang menyerah.
Beruntung dia mengenal Nimol. seorang pelayan dan bartender di restoran Brown Rice berusia 26 tahun di Siem Reap. Nimol berasal dari sebuah desa bernama Thnall, beberapa jam naik sepeda motor dari kota Siem Reap. Dia bertemu Matt Silverback satu setengah tahun yang lalu, dan mereka memutuskan bersama-sama untuk membangun sebuah sekolah gubug di desa Nimol itu karena letak sekolah negeri sangat jauh.