Mohon tunggu...
Cut Zamharira
Cut Zamharira Mohon Tunggu... -

Menulis utk membunuh waktu dan merekam jejak

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gempa Itu 8,5SR, Maha Besar Allah!!!

13 April 2012   13:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:39 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang aku dapat merasakan langsung kepanikan gempa dan tsunami tahun 2004 silam.  Meskipun tanpa tsunami, gempa berkekuatan 8,5SR rabu lalu adalah pengalaman pertama melalui gempa sekuat dan selama itu.

Rabu 11 April 2012 sekitar pukul 15.00 WIB kami sekeluarga yang saat itu sedang bercengkrama ber-5 sambil menunggu kumandang adzan ashar, karena seperti  biasanya usai shalat ashar aku akan pergi mengantarkan anak--anak ke TPA di mesjid terdekat.  Suami yang biasanya setiap rabu pulang mengajar pukul 16.00 hari itu pulang lebih awal karena sangat mengantuk akibat kelelahan mengembangkan usaha sedari selasa pagi hingga pagi rabu.

Kira-kira pukul 15.38 saya merasa agak goyang, namun karena sering hoyong efek dari darah rendah,aku pikir itu akunya aja yang memang lagi pusing. Namun karena semakin kuat, aku mulai melirik pigura foto pernikahan kami yang tergantung di dinding kamar. Karena selama ini untuk memastikan terjadi gempa atau tidak akua melihat pigura tersebut bergoyang atau tidak.  Dan benar saja, foto itu bergoyang semakin hebat.  Spontan aku berteriak "abi, gempa bi!!", suami pun kaget, "ia, ayo kita keluar!". Sambil menggendong si bungsu aku pun keluar rumah di ikuti oleh suami yang juga membawa dua anak kami lainnya.

Diluar, para tetangga sudah berkumpul di halaman masing-masing.  Ada yang duduk ditanah, ada yang berdiri, dan mondar-mandir.  Tapi raut wajah semua orang sama yaitu panik.  Semua melafazkan La Ila Haillaulah!!,semakin kuat hayunan gempa,semakin kuat pula kami berseru.

Suasana semakin mencekam, anak-anak terdiam, takut dan tidak mengerti.  Kurang lebih lima menit durasi gempa sore itu.  Usai gempa, kami menyiapkan bekal anak-anak ala kadarnya, pakaian, surat-surat berharga, popok si bungsu, snack dan minuman. Semua kami lakukan secepat kilat mengejar waktu,takut jika terjadi tsunami setelah ini dan khawatir akan ada gempa susulan.

Si sulung Fathi heran dengan semua yang kami lakukan sambil bertanya,"ummi kita mau pindah rumah ya?". Spontan kujawab, nggak nak,kita harus pergi sementara ke tempat yang lebih aman", lalu dia bertanya lagi "abang kan mau ikut lomba gimana ni?besok sekolah gimana?" dan seterusnya.....Semua pertanyaan tidak aku respon lagi karena sibuk sendiri.

Seluruh anggota keluarga naik mobil dan suami pun mengemudikan mobil dengan kecepatan lebih tinggi dari biasanya. Sepanjang perjalan kami terus berdo'a.  Tujuan pertama adalah Ulekareng, karena sepengetahuan kami daerah ini tidak terkena tsunami tahun 2004 lalu.  Namun setiba di perempatan Lamgugob-ie masen suasana jalan sangat padat oleh kenderaan baik roda dua maupun roda empat.  Ada banyak orang berlarian. Semua kenderaan hanya diam alias macet total tidak bisa bergerak.  Tanpa pikir panjang kami pun nekat  putar balik arah meskipun sangat sulit untuk itu.

Tujuan selanjutnya adalah Darussalam.  Namun tiba di jembatan Lamnyong kepadatan lalu lintas melebihi tempat sebelumnya.  Semua orang panik melarikan diri ke tempat yang lebih aman, terlebih mereka yang sudah pernah merasakan gempa dan tsunami sebelumnya.  Mobil kami tidak dapat bergerak lagi, terkunci diantara puluhan kenderaan lain.

Namun sungguh megharukan, ditengah kepanikan semua orang, ada sekitar empat orang yang berpakaian biasa dan tentara mencoba membantu jalur lalu lintas di perempatan jembatan ini.  "Semoga Allah melimpahkan pahalanya bagi orang-orang tersebut, sungguh ia telah menolong banyak orang dengan sangat ikhlas".

Kami pun berhasil lolos tiba di darussalam dengan cepat atas pertolongan orang2 mulia tersebut. Jalanan di darussalam pun sudah penuh.  kami kembali terjebak macet saat bermaksud melanjutkan perjalanan hingga ke Tungkop. Didepan kampus Unsyiah sudah ramai orang berkumpul, terlebih di mesjid Jami'' yang berada diwilayah kampus, lamtai dua mesjid tampak ramai dipenuhi para pengungsi.

Tak dapat dipungkiri diantara bukti kekuasaan Allah terlihat pada sejumlah mesjid yang selamat dari gempa dan sapuan tsunami pada tahun 2004, meskipun ada yang jaraknya dekat dari laut.  Belajar dari pengalaman tersebut, maka  banyak orang berhamburan di setiap mesjid menyelamatkan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun