Mohon tunggu...
Custos Logos
Custos Logos Mohon Tunggu... Lainnya - Firmantaqur

Menolak tua, penikmat kopi, dan penumpang setia kereta api ...

Selanjutnya

Tutup

Roman

Alinasi

14 Desember 2024   09:18 Diperbarui: 14 Desember 2024   09:18 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan kita membuat peti

Di dalam peti ini ... 

Attar, benarkah hidup laksana  peti? Namun petiku sudah lama terkunci, dan aku lupa di mana kuncinya. Saat aku menemukannya, ternyata sudah patah menjadi dua, dan aku pun terkurung di dalamnya. Sampai kapan? Entahlah. Selamanya? Juga entah.

Temaram perlahan merangkak pada ujung yang kelam.  Aku masih terjaga di sepertiga gulita, tak ada kawan tak ada lawan berbincang. Jarum jam sudah menuding angka empat, masih terlalu dini untuk mandi.

Dalam tarikan napas panjang, aku bangkit dari tidur yang jemu, menghampiri cermin yang menggantung simetris pada paku, di antara gambar-gambar dia yang kini telah bersamanya. 

Pantulannya sedikit kusam karena ada gurat sisa pecah. Di sana, tampak seraut wajah yang penuh perbuatan.

Aku masih berdiri memandangi diri. Aku ingin menangis di pagi yang belum bermentari ini. Tetapi, lelaki tak boleh menitikkan air mata, itu aib namanya. (***)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun