Mohon tunggu...
Ghulam Nurul Wildan
Ghulam Nurul Wildan Mohon Tunggu... -

masih jadi pelajar yang tak kunjung pandai

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Manusia Ideal dari Sekolah

24 September 2014   13:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:43 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bimbingan konseling yang ada di sekolah mempunyai keselarasan dengan konsep psikologi dalam pelaksanaan bimbingan nya. Dalam artian bahwa guru BK tidak hanya menjadi seorang guru saja, melainkan juga berperan sebagai psikolog yang ada di sekolah, dengan tugas memberikan bantuan psikologi. Bantuan tersebut bermakna bantuan pengembangan tindakan, sikap, emosi, perasaan, pikiran, dan lain – lain. yang saat ini ke lima komponen diri tersebut, menjadi permasalahan kompleks yang terjadi pada peserta didik. Apabila fungsi guru BK yang sekaligus seorang psikolog tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka kondisi yang kondusif yang ada di sekolah akan tercipta dengan mudah dan kompetensi peserta didik akan meningkat.

Pendidikan saat ini mengalami fase dilematis, disatu sisi tumpuan dan harapan yang besar akan kesuksesan peserta didik sangan besar dari orang tua, disisi lain masih banyak kekurangan yang terdapat pada sekolah, kekurangan itu berawal dari tidak adanya landasan pemikiran yang kuat dalam mendidik peserta didik atau biasa disebut dengan berfikir filsafati. Kalau seandainya komponen sekolah mampu berfikir filsafati yang artinya melihat sudut pandang peserta didik tidak terpaku pada sisi kognitif saja otomatis dengan mudah nya akan membawa satu suasana akademis yang menyenangkan yang ada di sekokah. Kondisi yang Seharusnya ada adalah  peserta didik diarahkan untuk bisa mengembangkan kemampuan bertindak secara konstruktif, memiliki sikap positif yang menunjang kehidupan yang efektif dan adaptif, mengelola emosi secara patut, serta mengembangkan pola pikir yang mengarah pada peng aktualisasian potensinya. Yang artinya, fungsi dari pendidikan yang berupa usaha untuk membawa siswa atau peserta didik dari kondisi apa adanya menuju kondisi yang ideal, lebih mengarahkan pada kondisi yang diharapkan oleh suatu komunitas masyarakat akan terwujud. Manusia ideal yang termaktub dalam UU no 20 tahun 2003, adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kpda Tuhan YME berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab. Hal inilah yang menjadi tanggung jawab bersama, terkhusus guru Bimbingan konseling dalam menciptakan manusia yang ideal dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Apabila kita bisa melihat Tujuan Bimbingan Konseling yang sudah di tulis oleh beberapa ahli yaitu, bertujuan membantu peserta didik agar dapat mencapai tugas tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (Akademik), kultural, spiritual, dan karir.

Aspek pribadi dan sosial menjadi sasaran pertama seorang guru bimbingan konseling ini, pribadi peserta didik, hendaknya terkonstruk menjadi seorang yang mempunyai idealitas tinggi dan kemampuan dalam akademik, sikap dan perilaku yang mumpuni ketika berada di sekolah, maupun setelah berada di lingkungan keluarga. Kemudian, aspek sosial menjadi bagian yang tak kalah penting dalam menciptakan manusia ideal yang hendaknya memberikan satu bentuk kenyamanan diri dan lingkungan apabila telah terjun langsung di ranah masyarakat luas dan lingkungan sekolah, aspek sosial yang dimaksud adalah membentuk pribadi yang sosialis dan cakap akan kejadian sosial yang terjadi.

Aspek akademik. Tidak lain dan tidak bukan adalah sisi akademik kognitif anak dalam pembelajaran disekolah. Orang tua lebih menitik beratkan sekolah untuk bisa mencetak anak – anaknya mempunyai kecerdasan akademis yang tinggi, dalam artian tujuan sekolah yang dimaknai pemintaran akademik saja, tentunya menjadi hal yang sangat wajar apabia ekspektasi orang tua mengarah pada ranah tersebut. Peningkatan aspek akademis peserta didik ini bisa melalui banyak cara yang diawali oleh guru BK, dintaranya membentuk kelompok diskusi kecil yang membahas hal akademik sekolah, kemudian memonitoring secara berkala kegiatan akademis peserta didik bekerja sama dengan guru mata pelajaran yang mengajar di setiap kelas.

Kemudian beranjak pada fungsi BK diranah kultural. Kultural yang dimaksud disini adalah pembiasaan berperilaku baik dalam keseharian disekolah, berasaskan pada nilai – nilai agama dan budaya yang melekat dengan lingkungan disekolah. Tugas ini yang menjadi penting dan harus sesegera mungkin dilaksanakan, mengingat kebutuhan masyarakat akan pemuda yang mempunyai sifat kultural yang tinggi. Kegiatan yang menunjang kultural bisa di wujudkan dengan mengajak siswa berkeliling lingkungan sekitar sekolah, untuk melihat fenomena sosial yang terjadi pada masyarakat. atau bisa diwujudkan dengan sedikit pembelajaran non formal ketika peserta didik pulang sekolah atau dalam keadaan istirahat dengan cara datang di pusat kerumunan peserta didik. Pembinaan spiritual juga menjadi tanggung jawab seorang pendidik dalam menciptakan peserta didik yang bisa bertanggung jawab dengan pribadi nya yang sudah di titipkan amanah oleh Sang Pencipta. Pembinaan spiritual ini bisa diwujudkan melalui konseling pribadi dengan siswa yang dianggap bermasalah secara akademik, bermasalah secara sosial, bermasalah secara kultural dan juga mereka yang sama sekali tidak mempunyai sisi keagamaan dalam dirinya. Ataupun bisa diwujudkan dengan home visiting, setiap rumah peserta didik sebagai bentuk tanggung jawab moril seorang pendidik.

Tujuan yang terakhir adalah aspek karir. Hal ini yang menurut penulis tidak berjalan maksimal pada layanan bimbingan konseling yang ada di sekolah. tidak maksimalnya konseling tersebut terletak pada ketidak jelasan siswa yang telah lulus dari bangku Sekolah menengah atas. Bagi mereka yang ingin melanjutkan jenjang ke perkuliahan boleh lah, karena sudah jelas kemana mereka setelah lulus. Nah, bagaimana dengan yang tidak punya tuntutan akademis, malah lebih mendapat tuntutan karier atau pekerjaan untuk membantu pertumbuhan ekonomi keluarga. Solusi nya dengan cara mulai pemetaan setiap peserta didik, setelah selesai pemetaan langkah selanjutnya adalah pembinaan berkala, bagi peserta didik yang memilih untuk melanjutkan studi atau mereka yang bekerja. Pembinaan tersebut bisa berupa memperkenalkan dengan kampus, dunia kerja dan berbagai industri yang ada di sekitar sekolah.

Beberapa paparan diatas mungkin sebatas idealitas seorang penulis bagaimana pentingnya guru bimbingan konseling dalam menciptakan manusia yang ideal, seperti yang termaktub dalam undang – undang dan juga sesuai dengan keinginan masyarakat yaitu manusia yang sosialis, culture preserving dan religus. sehingga pembentukan masyarakat madani akan dimulai dari sekolah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun