Kemacetan sudah bukan menjadi sesuatu yang mengherankan. Setiap hari orang-orang yang bekerjadi kota besar seperti Jakarta harus merasakan yang namanya kemacetan. Apalagi bagi orang-orang yang tinggal di daerah penyangga. Bekasi, Bogor, Depok maupun Tangerang.
Orang-orang yang tinggal di daerah ini setidaknya harus menempuh 1,30 sampai 2 jam untuk sampai ke tempat kerja. Sesuatu yang kadang terasa sangat melelahkan.
Guna menghindari keterlambatan banyak pekerja harus berangkat lebih awal. Banyak dari mereka yang harus berangkat habis sholat shubuh demi menghindari kemacetan.
Hal seperti ini kadang dapat menimbulkan stress. Namun sejatinya, ada beberapa hal positif yang bisa kita lakukan menghadapi situasi semacam ini.
Bagi kita yang berangkat/pulang kerja menggunakan kendaraan umum, dapat mengatasi rasa jenuh akibat kemacetan dengan beberapa aktifitas positif. Membaca buku, membaca berita dari gadget yang kita miliki, membaca Al-Qura’an bagi yang beragama islam, membaca aneka wirid dalam hati, atau bisa juga kita isi dengan sekedar tidur.
Dengan berangkat lebih pagi kita juga akan tiba di kantor lebih awal. Bagi kita yang beragama islam, ada aktifitas lain yang bisa kita kerjakan sebelum kita sibuk dengan rutinitas kita sehari-hari.
Kita bisa mulai aktifitas kita dengan terlebih dahulu mengerjakan sholat dhuha, bisa 2 rakaat, 4 rakaat, atau lebih dari itu. Tergantung kemauan dan kesibukan atau jadwal yang kita punya hari itu.
Insya allah dengan memulai aktifitas dengan mengerjakan sholat dhuha, berdoa memohon agar senantiasa dimudahkan dalam semua urusan, pekerjaan hari itu akan berjalan dengan lancar.
Hal ini sekaligus mengamalkan hadist Nabi yang diriwayatkan Muslim. “ Pada pagi hari diwajibkan bagi seluruh persendian diantara kalian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlih adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir adalah sedekah. Begitu juga amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.” (HR. Muslim no. 1704).
Setelah mengerjakan beberapa rakaat sholat dhuha, insya allah kita siap dengan segala aktifitas. Kita juga harus senantiasa meniatkan apapun yang kita lakukan dengan niat beribadah. Mencukupi kebutuhan keluarga dan berusaha melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain.
Ketika tiba waktu sholat, baik sholat dhuhur maupun sholat ashar, tentu akan lebih baik jika kita dapat menyempatkan sholat berjamaah. Syukur-syukur kalo di lingkungan kita bekerja terdapat masjid kita bisa melakukan sholat berjamaah di masjid.
Aktifitas sholat sekaligus menjadi sarana kita rehat dari segala kesibukan. Mudah-mudahan dengan menjalankan aktifitas-aktifitas tadi diatas, kita termasuk golongan orang-orang yang tidak menyia-nyiakan waktu.
Hal ini sudah sejak lama diingatkan oleh Nabi Isa As. Seperti apa yang tertuang dalam kita Durotun Nashihin di halaman 477. Nabi Isa As mengatakan “ Dunia ini ada tiga hari: Hari kemarin yang telah berlalu dan tidak ada sesuatu yang dapat engkau lakukan dengan hari itu. Hari besok yang engkau tidak mengetahui apakah engkau dapat menemukannya atau tidak ? dan hari sekarang yang sedang engkau hadapi, maka gunakanlah sebaik mungkin.
Dunia ini ada tiga jam: jam yang telah lewat. Jam yang engkau tidak mengetahui apakah engkau akan menemukannya atau tidak? Dan yang sekarang sedang engkau hadapi, maka hendaklah engkau menggunakannya sebaik mungkin. Karena engkau pada hakekatnya tidak memiliki kecuali satu jam itu saja. Kematian selalu mengancam dari jam yang satu ke jam yang berikutnya”.
Dengan meniatkan segala kesibukan kita bekerja, mulai berangkat keluar rumah, mengisi hal-hal positif selama perjalanan, menyempatkan beberapa rakaat sholat dhuha, sholat berjamaah serta meniatkan segala aktifitas kita dengan niat semata-mata karena Allah SWT, mudah-mudahan kita terhindar dari apa yang dikhawatirkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “ Barang siapa yang berpagi-pagi sedang dunia adalah tujuan utamanya, maka tidaklah dia berada dalam sesuatu dari Allah, dan Allah menetapkan pada hatinya empat hal:
- Kesusahan yang tidak pernah berhenti selama-lamanya.
- Kesibukan yang tidak pernah dia terlepas dari kesibukan itu untuk selama-lamanya.
- Kefakiran yang tidak pernah mencapai kekayaan untuk selama-lamanya.
- Angan-angan yang tidak pernah mencapai puncaknya untuk selama-lamanya. (diambil dari kitab Durotun Nashihin).
Akhirnya, mudah-mudahan tulisan ini dapat diambil manfaatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H