Oleh Wahyu Tanoto
sumber gambar: www.loop.co.id
Di ceritakan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183sekurang-kurangnya ada tiga komponen penting ibadah puasa yaitu; pertama, ibadah puasa hanya dialamatkan kepada orang-orang yang beriman artinya hal ini sifatnya sangat istimewa dan individualistis, karena hal ini berkaitan erat dengan perasaan keimanan/keyakinan seseorang terhadap sang khaliq yang tentu saja subjektifitas personal menjadi modal. Kedua, ibadah puasa telah diwajibkan dan dijalankan oleh umat lain sebelum umat sekarang. Jadi tidak sepantasnyalah kalau kita umat nabi Muhammad SAW, berbangga diri sebagai satu-satunya umat yang menjalankan ibadah puasa. Ketiga,sesungguhnyaibadah puasa mengajak dan menawarkan kepada manusia (yang beriman) menjadi pribadi yang lebih taat dan patuh menjalankan perintah-Nya serta berusaha semaksimal mungkin menjauhi apa yang dilarang-Nya.
Dalam kacamata teologi, sebenarnya puasa atau dalam bahasa sansekerta dikenal dengan istilah “upawasa” yang berarti cara atau metode untuk mendekatkan diri pada Tuhan atau dalam pengertian kamus bahasa Indonesia puasa berarti "menahan diri". Oleh karenanya dalam perbincangan mengenai puasa sesungguhnya telah dipraktekkan semenjak dahulu kala, tentu dengan caranya masing-masing. Dan, tentu saja pada hakikatnya puasa tidak hanya dijalankan oleh manusia, namun binatang dan tumbuhan serta makhluk “lain” pun sebenarnya menjalankan puasa demi kelangsungan hidupnya. Sekali lagi dengan caranya masing-masing.
Sebagai bahan perenungan, marilah kita tengok binatang ayam. Cobalah kita perhatikan dengan seksama, selama mengerami telur harus menahan diri untuk meninggalkan telur yang dieraminya agar menetas dengan sempurna atau agar terhindar dari bahaya dan ancaman binatang lain. Atau sebut saja misalnya ular, binatang ini menjalankan puasa untuk menjaga struktur kulitnya agar tetap keras namun lunak yang dimaksudkan sebagai pelindung dari sengatan sinar matahari/terlindung dari duri dan ancaman lain yang membahayakannya semata-mata agar tetap mampu bertahan hidup dengan cara melata di permukaan bumi. Contoh lain misalnya, binatang ulat pemakan daun yang kerap membuat kita jengkel karena ulahnya, sesungguhnya ulat-pun menjalankan puasa pula untuk dapat berubah bentuk yang sempurna yaitu menjadi kupu-kupu untuk menunaikan tugasnya menyerbukkan bunga atau bahkan di daerah yang memiliki empat musim (subtropis) sering kita mendapat kabar tetap berdiam diri di liangnya selama terjadi musim dingin.
Saya percaya semua umat muslim meyakini, bahwa puasa adalah bagian dari ibadah khusus yang hanya ditujukan kepada sang Khaliq. Puasa di bulan ramadhan ini diyakini bagi yang menjalaninya akan mendapatkan manfaat yang sangat banyak; baik secara jasmani, rohani maupun secara religious atau bahkan secara sosial. Selain sebagai suatu proses ibadah, sesungguhnya media puasa juga memiliki manfaat lain seperti untuk kesehatan jasmaniyah, misalnya sebagai proses detoksifikasi (pembuangan zat-zat beracun dari dalam tubuh) yang membahayakan/tidak bermanfaat.
Bukan Hanya Ritual
Kerapkali kita jumpai ada pendapat yang berkembang di masyarakat yang menyatakan bahwa puasa membuat orang kesulitan untuk berfikir dengan argumentasi terjadi akibat dari menahan lapar dan haus sepanjang hari kurang lebih selama empat belas jam. Namun sebaliknya pendapat ini dibantah keras oleh ilmuwan di Lousiana State University, Amerika Serikat yang menemukan fakta bahwa sesungguhnya orang yang melaksanakan puasa diyakini dapat meningkatkan kemampuan otak, yaitu dalam hal peningkatan faktor neurotropik otak sehingga akan mendorong sel-sel otak aktif berproduksi. Alhasil puasa-pun diyakini dapat menurunkan kadar hormon pemicu stress atau lazim disebut hormon kortisol. Atau dalam bahasa sederhana kita sering mendengar kalimat; berpuasalah maka kau akan tahu manfaatnya, artinya kita akan mengetahui manfaat berpuasa makala telah melaksakannya.
Kia semua mafhum bahwa secara fisik orang yang tengah menjalankan puasa terlihat tampak “layu” karena berkurangnya asupan. Namun tahukah kita bahwa meskipun berpuasa sebenarnya kalau kita rasakan proses metabolisme tubuh tetap berlangsung yaitu dengan adanya pembakaran sumber daya energi yang tersimpan dalam tubuh; baik lemak, karbohidrat dan gula yang diubah menjadi energi. Oleh karena itu sesungguhnya tidak ada alasan untuk tidak menjalankan puasa terkecuali bagi orang-orang yang memang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan atau secara syar’i berhalangan untuk menjalankannya. Sebagai contoh adalah perempuan yang sedang mengandung karena khawatir terhadap kesehatan dan janin yang ada di dalam rahimnya. Atau misalnya orang yang sedang sakit, apabila berpuasa maka sakitnya akan bertambah atau keadaannya akan semakin parah/melemah.
Akhirnya dengan niat, usaha dan pengharapan yang sungguh-sungguh dalam menjalankan puasa, diyakini mampu menuju positive coping style (bentuk penanggulangan yang positif), sehingga melahirkan suatu ketenangan batiniyah yang tak tergambarkan. Ketenangan batiniyah ini sesungguhnya buah dari latihan selama menjalankan puasa, utamanya dalam menghindarkan diri dari perilaku amarah. Sebagaimana yang dipesankan oleh panglima dunia akhirat Nabi Muhammad SAW, "Jika seseorang menghujatmu atau menyulut emosimu, katakanlah bahwa saya sedang berpuasa." Ketenangan batiniyah dalam bentuk inilah yang sesungguhnya merekonstruksi imunitas agar terlindung dari pelbagai gangguan batin. Wallahu a’lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H