Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Soesalit, Putra Kartini yang Kerap Terlupakan

9 September 2023   11:19 Diperbarui: 9 September 2023   11:27 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seri buku saku Tempo. Gelap -Terang Hidup Kartini

Pada 24 Februari 1933 di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, telah lahir seorang anak yang diberi nama Boedi Setya, dari pasangan Siti Loewijah dan Soesalit atau RM Singgih. Soesalit merupakan putra dari RA Kartini. 

Sedangkan Siti Loewijah merupakan keturunan priyayi asal Tegal. Kala itu, Soealit enggan menjadi Bupati Rembang dan memilih berkarir sebagai tentara. Ilmu militernya dari Jepang.

Di tentara, karirnya melejit hingga menjadi jendral bintang dua. Namun, pada 1948 Soesalit harus turun pangkat dari Mayor Jendral menjadi kolonel akibat kebijakan reorganisasi Tentara Nasional Indonesia. "Jendral saya satu-satunya yang ndak saya kasih bintang adalah pak Soesalit", ungkap Sri Biantini, istri dari Soesalit menirukan kata-kata presiden Soekarno ketika itu.

Seri buku saku Tempo. Gelap -Terang Hidup Kartini
Seri buku saku Tempo. Gelap -Terang Hidup Kartini
Jalan hidup Soesalit berubah ketika Jepang menjajah Indonesia. Dia memutuskan bergabung dengan tentara negeri Sakura. Karir militernya mulus hingga menjadi shodanco (Komandan peleton) -setara dengan tokoh Pembela Tanah Air, Supriyadi.

Kemudian Soesalit ditugaskan di Yogyakarta, Banyumas, dan Semarang. Karir di militer menanjak hingga menjadi Panglima Divisi III/Pangeran Diponegoro di Kota Yogyakarta dan Magelang pada Oktober 1946 - 1 Juni 1948.

Kehidupan Soesalit tidaklah mudah. Ibunya, Kartini meninggal empat hari setelah kelahirannya. Soesalit kecil dirawat oleh neneknya, M.A Ngasirah- ibu Kandung Kartini- di Rembang. Musibah kembali datang ketika usianya baru delapan tahun, ayahnya wafat. Sejak saat itu ibu dan kakak-kakak tirinya.

Istri dan kedua putra Boedi Setya (paragram.id)
Istri dan kedua putra Boedi Setya (paragram.id)
Soesalit wafat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto pada Maret 1962 akibat komplikasi penyakit. Soesalit dianugerahi tanda kehormatan Bintang Gerilya pada 21 April 1979. Jenazahnya dimakamkan di Desa Bulu, Rembang, Jawa Tengah.

Sumber:
Seri buku saku Tempo. Gelap -Terang Hidup Kartini. 2017. Jakarta: KPG.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun