Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Ini Loh Penyebabnya Agama Jadi Bencana

10 Oktober 2021   20:12 Diperbarui: 10 Oktober 2021   20:17 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi pribadi

Dulu, ketika saya masih kecil (kira-kira masih usia Sekolah Dasar) pernah mendengar ungkapan di majelis kajian agama yang menyebutkan kurang lebih begini bunyinya; "..., Dengan agama hidup menjadi terarah...,".

Bagi saya tidak ada yang salah dengan kalimat tersebut, karena agama hadir dengan harapan dan cita-cita sebagai way of life (jalan kehidupan) umat manusia. Hanya saja sebagai pribadi yang berakal hendaknya ketika menerima ajaran agama tidak menganggapnya sebagai "paket" yang haram untuk dikaji dan dikritisi. Bukankah kita ini termasuk golongan yang orang-orang yang berpikir? 

Agama bukanlah "bingkisan" yang hadir di ruang hampa dan bebas dari segala bentuk dinamika di dalamnya. Bagi saya, agama akan selalu berkaitan dengan urusan teologis; teks (ajaran tertulis/tidak tertulis), dan konteks (tempat dan waktu), atau bahkan memerlukan kontekstualisasi terhadap suatu ajaran. 

Agama, tentu saja akan selalu menjadi inspirasi kejayaan tertinggi. Namun yang menyedihkan adalah manakala agama dapat dan kerap kali juga digunakan untuk membenarkan perilaku tidak elok, atau dalam istilah Charles Kimball destruktif dan bengis diantara individu maupun dalam proses politik lokal dan nasional. Dengan mudah, kita dapat menjumpai penggunaan jargon-jargon atas nama agama ketika menghakimi orang lain kafir, sesat dan masuk neraka gara-gara berbeda pandangan dan pendapat.

Pertanyaan yang muncul adalah, ada apa dengan agama? Benarkah agama memang mengandung unsur-unsur yang "merestui" tindakan teror, bahkan kekerasan? Benarkah agama berperan sebagai sumber masalah, atau sumber jalan keluar? Mungkinkah terjadi pertentangan dan tindakan koruptif di tubuh agama? 

Buku berjudul Kala Agama Jadi Bencana atau When Religion Becomes Evil karya Charles Kimball akan membawa para pembacanya mengembara kepada cakrawala pengetahuan dalam memahami mengapa ada kejahatan dilakukan atas nama agama.

Buku ini, sangatlah cocok dan relevan sebagai tambahan referensi atau bahkan sebagai bahan kajian perbandingan studi agama, sosiologi, fenomenologi, atau bahkan humaniora. Terlebih, bagi Anda semua para juru dakwah, para pemerhati isu sosial, akademisi, mahasiswa, pegiat literasi membaca, aktivis dialog antar umat beragama dan semua entitas yang haus akan pemikiran keagamaan.

Charles Kimball merupakan Guru Besar Studi Agama dan ketua Departemen Agama di Universitas Wake Forest. Doktor lulusan Universitas Harvard dalam bidang Perbandingan Agama dengan spesialisasi di bidang Studi-Studi Islam.

Buku ini menguraikan 5 hal yang dapat menjadikan agama sebagai evil (bencana), yaitu. Pertama, claim of truth  (klaim kebenaran) mutlak. Kedua, taqlid atau kepatuhan buta. Ketiga, membangun zaman "ideal". Keempat, menghalalkan segala cara demi meraih tujuan dan kelima menyerukan perang suci.

Menurut Kimball, setiap agama didasarkan atas gagasan bahwa ada sesuatu yang salah, atau dalam istilah lain tidak hidup dalam zaman "ideal". Manusia dalam pandangan Kimball memiliki berbagai sifat-dasar yang buruk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun