[caption id="attachment_82737" align="alignleft" width="300" caption="Si cantik kupu-kupu yang dimangsa oleh si seksi laba-laba (http://www.hoomanb.com/)"][/caption] Kebun bunga itu tampak asri dengan hamparan flora di sekelilingnya. Berbagai kuncup dan merekah flora bergemuruh memanggil para bidadari bunga dan pangeran kembang. Tampaklah atraksi si cantik dan si tampan berhuru-hara memperebutkan bulir madu dan inti saripati gula dalam setiap kepala putik mahkota si flora. Kupu-kupu yang cantik, lebah dan tawon yang eksentrik, serta kumbang pelanduk antik yang perkasa berasyik masyuk dalam symbiosis yang terkreasi di taman itu. Namun, seketika terjadilah momentum hukum rimba dan seleksi kehidupan di taman itu. Salah satu bidadari bunga yang cantik terperangkap dalam jalinan benang si seksi laba-laba. Si kupu-kupu yang cantik tampak meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari cengkraman perangkap si seksi laba-laba. Namun, jerat tali-temali si seksi laba-laba malah semakin kuat mengikat tubuh si cantik kupu-kupu setiap kali ia bergerak. Kini, nasib si cantik kupu-kupu tinggal menunggu tutup usia di tangan si seksi laba-laba. Sebenarnya, aku yang menyaksikan kejadian itu, dapat turun campur mengubah garis takdir yang terjadi. Aku bisa saja menyelamatkan si cantik kupu-kupu yang terperangkap dalam cengkraman si seksi laba-laba. Namun, semua itu tak kulakukan. Mungkin bagi para pecinta si cantik kupu-kupu, aku berlaku sangat kejam terhadap si cantik kupu-kupu, karena tidak segera menolongnya, tetapi malah membiarkan si seksi laba-laba berpesta porah mendapatkan mangsanya. Kubiarkan saja kejadian itu berlangsung. Bahkan, kuperhatikan dengan seksama bagaimana si seksi laba-laba itu mempermainkan nyawa si cantik kupu-kupu dengan sekehendak hatinya. Mungkin si cantik kupu-kupu itu melihatku dan merintih meminta tolong mengibah kepadaku saat itu. Namun, aku diam saja atas apa yang terjadi. Kubiarkan saja si seksi laba-laba membungkus si cantik kupu-kupu dengan sulaman benangnya, kemudian dengan gerakan anggunnya menusukkan sungutnya menghisap cairan dalam tubuh si cantik kupu-kupu. Si cantik kupu-kupu akhirnya diam membeku, tak tampak denyut kehidupan lagi dari raganya yang tampak kaku. Apakah kalian tahu, mengapa aku lebih memilih si seksi laba-laba daripada si cantik kupu-kupu? Sebenarnya alasan lebih tepatnya adalah membiarkan saja kejadian yang telah terjadi di depan mata. Karena pada saat kejadian itu berlangsung, ada aku maupun tidak ada saat di TKP, peristiwa 'pembantaian' si cantik kupu-kupu oleh si seksi laba-laba tetap akan berlangsung juga. Aku kebetulan saja berada di sana, untuk menjadi saksi dan pengamat atas peristiwa yang terjadi. Karena, itulah kehidupan. Dalam kehidupan, proses rantai makanan terus terjadi dalam setiap waktu kehidupan. Si pemangsa akan hidup jika mendapatkan asupan energi dari mangsanya. Berbagai cara dan metode dilakukan oleh pemangsa untuk tetap bertahan hidup. Begitu pun si pemangsa yang lebih kecil, akan dimangsa oleh si pemangsa yang lebih besar tingkatannya. Dan seterusnya. Si cantik kupu-kupu itu adalah mangsa dari si pemangsa si seksi laba-laba. Itu sudah menjadi jalur takdir yang terjadi dalam kehidupan. Begitulah yang memang terjadi. Jadi, jangan salahkan aku, jika aku tidak menolong si cantik kupu-kupu dari si seksi laba-laba. Bukan berarti aku lebih memihak pada si seksi laba-laba. Ini adalah siklus hukum alam yang normal terjadi. Coba bayangkan jika kejadiannya begini. Seandainya aku menolong si cantik kupu-kupu dari cengkraman si seksi laba-laba. Apa yang terjadi? Bisa jadi si seksi laba-laba lah yang akan tutup usia. Mungkin saja si seksi laba-laba ini telah berhari-hari tidak mendapatkan makanan, dan jika hari itu dia tidak mendapatkan asupan energi, maka bisa dipastikan si seksi laba-laba inilah yang akan mati. Itu berarti aku telah membunuh laba-laba itu, karena aku telah menyelamatkan mangsanya yang telah susah payah ia tunggu dan akhirnya ia dapatkan juga pada hari itu. Sungguh tidak adil kan jika begitu? Karenanya, sekali lagi, bagi kalian pecinta kupu-kupu, aku bukanlah seorang yang kejam membiarkan saja si seksi laba-laba membunuh si cantik kupu-kupu. Tetapi, lebih tepatnya aku tidak mau turut campur atas hukum alam kehidupan yang terjadi. Karena itulah garis rantai makanan yang pasti terjadi. Ibarat hukum rimba, yang kuat akan memangsa yang lemah. Yaa, seperti itulah kenyataan yang terjadi. Tetapi, mengapa ya sampai sekarang, ketika kutanyakan permasalahan ini, sebagian besar orang lebih menyelamatkan si cantik kupu-kupu ketimbang memilih si seksi laba-laba? Dan, kebanyakan yang memilih itu karena beralasan kupu-kupu adalah fauna yang cantik dan disayangi ketimbang laba-laba. Padahal laba-laba juga fauna yang seksi dan menawan, bukan?!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H