Sore membahana. Suasana kantin di Kampus Hijau kala itu sangat ramai, bak pasar tradisional. Hiruk pikuk manusia yang berstatus akademika kampus membias ke segala penjuru. Tampak guratan perpaduan ekspresi kebahagiaan dan kegundahan yang terpancar dari setiap pias wajah para kaum yang katanya terpelajar itu. Bahagia karena menyambut liburan Natal dan Tahun Baru yang cukup lama. Dan, gundah karena juga akan mengahadapi Ujian Akhir Semester setelah liburan berakhir. Ada pepatah yang mengatakan : berakit-rakit dahulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu baru bersenang-senang kemudian. Dan, kurasa situasi yang terjadi tersebut adalah kebalikan dari pepatah itu, yakni bersenang-senang dahulu, baru bersakit-sakit kemudian. Mungkin begitu pikirku!
Namun, kukira perasaan kebahagiaanlah yang lebih mendominasi dan mencuat hadir, dibandingkan kegundahan ataupun kegelisahan yang datang. Itu pikirku. Mungkin, aku juga termasuk di dalamnya. Padahal materi kuliah di semester kali ini sangatlah berat. Harus ekstra keras berjuang, agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Akan tetapi, cobalah dengarkan ini, kawan, kuperhatikan di kanan kiri sekitarku dengan membentuk sudut 180 derajat, insan-insan itu tampak bahagia dan semangat menyambut hari liburnya. Mereka tampak melupakan bahwa ada momok menakutkan berupa lembaran-lembaran soal yang super duper sulit luar biasa, yang akan menanti mereka di depan mata. Jika tak mampu menjadi sahabat lembaran soal itu, maka siap-siap harus menahan malu di depan junior-juniornya dan dosen, karena harus mengulang tahun depan. Belum lagi harus mengorbankan waktu, biaya, energi, dan pikiran hanya untuk dipertemukan kembali dengan mata kuliah yang sama. Tidakkah itu merugikan, bukan?!
Saat ku sedang asyik melakukan spionase kemeriahan yang terjadi di kantin. Tiba-tiba dari arah tenggara posisiku berada. Aku dikejutkan oleh suara berjenis bass seorang insan laki-laki.
“Hei, Loe lagi lihat apaan sich?!” Tanyanya sambil menepuk pundakku.
“Akh... Loe Vin, ngagetin aja...” Sedikit terkejut, refleks kubalas sapanya.
“Ya elah... segitu aja kok sampai kaget... hahahahahaha...!!!”
“Ya jelaslah...!”
“Oh ya... By the way… Loe liburan ini rencananya ngapain?!”
“Belum tau Gua.. Yang jelas sebagian besar waktu liburan akan Gua gunakan untuk belajarlah....”
“Dasar Loe kutu banget banget ya... Dibawa enjoy ajalah... Hahahahaha...”
“Hello... Loe tau sendiri kan, mata kuliah Gua di semester ini sulitnya minta ampun...Loe mah enak, semester sekarang dapat SKS sedikit... Itu pun mata kuliah teori dan responsi...” Protesku padanya dengan sigap. Terang saja aku protes. Karena ucapannya sedikit menyinggungku. Jujur saja. Bukannya sombong, program studi atau jurusanku adalah termasuk favorit di kampusku, dibandingkan jurusannya. Dan, tahukah engkau, kawan, untuk masuk di jurusanku itu, memerlukan serangkaian proses seleksi yang sangat ketat dan sulit. Aku sungguh bersyukur pada-Nya telah ditakdirkan masuk jurusan favorit itu. Terima kasih Tuhan. Tapi, aku juga tidak meremehkan program studinya dan yang lainnya. Aku bersahabat dekat dengan Kevin semenjak semester pertama kami masuk kuliah. Dia lebih tertarik mengambil teori ekonomi bisnis dan dinamika manajemen sumber daya manusia sebagai pelabuhan pendidikan sarjananya. Sedangkan aku memilih terjun ke dunia teknik dan industri. Namun bagiku, semua cabang ilmu dan pengetahuan sangatlah menarik dan menantang untuk dipelajari, sebagai bagian khazanah mutiara hidup. Dan, aku juga kadang belajar banyak hal dan berdiskusi dengan teman-teman mahasiswa lainnya mengenai keilmuan pada program studi yang mereka ambil.
“Iya.. iya.. dech.... sorry dech kalo gitu....hehehehe” Pintanya menyesal.
“Oh ya... Kalau Loe ada waktu liburan ini... Gua dan keluarga Gua mengundang Loe di malam Natal nanti, tanggal 25 Desember lusa... Loe bisa hadir kan? Gua juga udah ngundang Nyoman, Charly, Chaterine, dan HanSen tadi... Makanya Loe harus ikutan juga, ya... biar ramai.... hehehehehe!” Pintanya lagi dengan berharap.
“Oh... Hmm... Wah.. Gua belum tau, Vin.. Gua bisa hadir apa ga.. Secara Gua belum lihat utuh rencana Jadwal Agenda Gua di liburan ini...Nanti dech Gua lihat lagi... Apa Gua bisa ikut atau ga...!!!” Balasku menanggapi permintaannya.
“Oh ya udah kalau gitu... Nanti Gua hubungi Loe lagi dech untuk menanyakan kepastian dari Loe... Gua harap Loe bisa ikutan ya... Soalnya kami sekeluarga ingin berbagi kebahagiaan kepada kalian... termasuk Loe... Makanya kalau bisa Loe ikutan, ya?!”
“Oke dech, tapi ga janji ya... Thanks banget sebelumnya untuk undangannya, Vin... Sampaikan terima kasih Gua juga ya sama keluarga Loe.. Iya, gini aja, nanti kalau nggak biar Gua aja yang kabari Loe langsung, apakah Gua bisa ikut atau ngga...!!!”
“Sip... Ya udah kalau gitu... Loe mau cabut ke kostan bareng Gua, ga? Gua antarin Loe pulang!!!”Tanyanya lagi sambil merogoh sesuatu di kantong kanan celana jeans nya.
“Kayaknya nggak dech... soalnya Gua masih mau di kampus dulu, Loe duluan aja.” Jawabku sambil memperhatikan aktivitasnya yang mengayun-ayunkan temali kunci kendaraan roda empatnya, yang merupakan buatan asal negeri Sakura itu.
“Oh.. Ya udah kalau gitu... Gua capcus dulu, ya....Bye!!!” Kilahnya sambil menepuk kembali pundakku.
“Oke... Take care ya...!!!” Balasku kepadanya dengan senyuman manisku.
Sambil tersenyum dengan jari jempol dihadapkannya padaku, dia berlalu pergi dan meninggalkanku.
*****
Malam harinya. Di dalam kamar ukuran 6 X 4 meter, aku sibuk memeriksa kembali jadwal perencanaan dan agenda kegiatan masa liburanku. Kuperhatikan, setiap kotak-kotak di tanggalnya telah terisi semua dengan kata dan tulisan bertinta hitam dan dilingkari dengan lengkungan spidol berwarna merah darah. Itu berarti bahwa semua perencanaan dan agenda tersebut haruslah dijalankan dan dilaksanakan.
Dan, saat kuarahkan pandangan kedua mataku pada kotak di tanggal 25 Desember. Aku sedikit terkesima, karena cukup banyak catatan di dalamnya. Kubaca dan kusimak dengan teliti. Ternyata terdapat rencana dan agenda penting di tanggal tersebut yang harus dihadiri dan dilaksanakan. Aku langsung teringat akan undangan Kevin sore tadi. Dan, sepertinya aku sudah menemukan jawaban atas undangannya tersebut. Kukira kalian semua sudah pasti tahu, kan?!
Baru saja hendak menghubungi Kevin. Tiba-tiba ponsel ku berbunyi merdu. Kulihat di layar putihnya, ternyata orang yang akan dihubungi, malah terlebih dahulu menghubungi. Benar-benar suatu momentum yang pas sekali buatku.
“Hei, Man… Lagi ngapain Loe sekarang?!” Sapanya di seberang sana.
“Nothin’.. hanya memeriksa agenda liburan aja..” Balasku menyambutnya.
“Oh, ya… Nah, terus gimana jadinya…Loe bisa hadir kan tanggal 25 Desember nanti di rumah Gua?!” Balasnya lagi dengan berharap.
“Wah... Maaf banget, Vin…sepertinya Gua ga bisa datang ke rumah Loe... Ada agenda penting di tanggal itu yang harus Gua hadiri... Ma’af sekali ya..”
“Agendanya emang jam berapa?! Ngga sore hari, kan?! Atau malamnya Loe kosong, ga?! Nanti kalau Loe emang baru bisa datang malam, ga papa, nanti Gua jemput dech ke kostan Loe?! Gimana?!” Jelasnyayang sangat berharap sekali akan kedatanganku.
“Sebelumnya thanks banget, Vin, untuk perhatian besar loe… Tapi, maaf banget, Gua ngga bisa hadir, karena acaranya berlangsung di sore hari, kemudian malam harinya pun Gua ada agenda rutin dimana Gua wajib hadir di dalammnya... So sorry ya, Vin.. Sampaikan salam Gua ya untuk keluarga Loe dan teman-teman yang hadir... Semoga acaranya berjalan lancar ya.. Have fun to all..” Kujelaskan padanya pelan-pelan.
“Yaaaaaa... serius Loe ga bisa hadir... Padahal Gua berharap banget Loe bisa datang. BoNyok Gua pun berharap banget Loe bisa hadir... Secara Loe tau sendiri kan Loe kan dah dekat dengan BoNyok Gua... Apalagi tahun kemaren Loe juga ga bisa ikutan... Apa ga bisa dibatalin tuh agendanya?!” Katanya berharap.
“Iya, maaf banget, Vin…Gua ga bisa membatalin agenda itu… Secara agenda itu penting banget dan harus dihadiri.. Lagipula agenda itu berkaitan juga dengan proyek studi Gua di kampus… Jadi, ga bisa dibatalin lah...!!!” Kujawab kembali.
“Yaaaa udah kalo gitu… Terus terang, Gua sedikit kecewa karena ketidakhadiran Loe.. Dan, Gua merasa Loe selalu menghindar dan ga bisa hadir setiap kali Gua mengundangLoe di acara-acara agama Gua... Loe ingat kan, tahun lalu Gua pernah ngundang Loe di acara Natal dan Tahun baru, terus gua juga pernah ngundang Loe di acara pembatisan ponakan Gua dan acara kerohanian kudus di rumah Gua, tetapi Loe ga pernah bisa hadir... Sejujurnya, sorry kalau Gua katakan ini, Loe snegaja menghindar, kan?! Pasti alasan Loe berdasarkan agama Loe, kan?! Gua tau kok agama Loe pasti melarangnya, kan?!” Jelasnya dari seberang sana.
Degh!!! Pikiranku seketika tak menentu mendengar apa yang disampaikan oleh Kevin. Aku diam sejenak berpikir. Seperinya kevin benar-benar kecewa dengan ketidakhadiranku. Dan, kurasa telah timbul kesalahpahaman atas apa yang telah terjadi. Aku harus menjelaskan kepadanya dengan sejelas-jelasnya. Gemuruh suara hatiku berbicara.
“Maaf, Kevin, sepertinya Loe sudah salah paham nih, ketidakhadiran Gua tersebut bukan berarti Gua menghindar atau pun antipati terhadap undangan Loe... Tetapi, memang karena Gua berhalangan hadir... Gua tidak memenuhi undangan Loe itu karena momentumnya selalu bertabrakan dengan agenda penting Gua, yang ngga mungkin Gua batalin begitu saja...”
“Jujur Gua katakan sama Loe, memang agama Gua melarang untuk merayakan perayaan itu, namun ajaran Gua juga malah menganjurkan agar memenuhi undangan dari sesorang yang meminta kehadirannya... Terus terang, Gua sangat menghormati agama dan keyakinan Loe, dan Gua selalu menerapkan prinsip yang telah termaktub dalam kitab suci agama Gua, yakni Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku. Namun, bukan berarti Gua antipati dan sangat membenci orang-orang yang beragama di luar agama yang Gua anut.. Karena itu adalah perbuatan yang sangat egois dan tidak ada dalam kamus ajaran agama Gua...”
“Agama Gua mengajarkan akan pentingnya sikap toleransi, tenggang rasa, saling menghormati, dan menciptakan kerukunan dan kedamaian antar umat beragama... Kami yang beragama Islam diwajibkan untuk menyebarkan amar makruf atau kebaikan diantara manusia dan lingkungan, dan mencegah kemungkaran atau kejahatan yang terjadi dengan rasa saling menyayangi dan tolong-menolong, selama hal tersebut masih dalam batas-batas yang diperbolehkan, kecuali jika menyangkut urusan agama dan keyakinan... Karena itu sudah masuk batas wilayah yang tidak boleh dilanggar..”
“Memang setiap muslim memiliki cara pikirnya masing-masing sesuai dengan apa yang menjadi keyakinannya... Ada yang sangat fanatik sekali terhadap hal itu, ada juga yang setengah-setengah, dan ada juga netral dan tidak memperdulikan masalah tersebut... Namun, untuk Gua pribadi, Gua masih tetap bersosialisasi dengan siapapun dan memancarkan kasih sayang kepada sesama, selama hal tersebut tidak melewati atau melanggar batas-batas ajaran agama Gua... Nah, selama kegiatan tersebut tidak mengarah pada sesuatu yang sangat fatal terhadap apa yang Gua yakini dalam ajaran agama Gua, maka Gua akan menerimanya dan mencoba bersosialisasi terhadap hal yang demikian. Begitulah yang dapat Gua jelaskan sama Loe... Semoga Loe memahami dan mengerti seutuhnya” Jelasku panjang lebar padanya di seberang sana. Kurasa, sepertinya kevin mendengar dan menyimak penjelasanku dengan baik. Dia tak menjawab segera. Dia diam sejenak dan kemudian terdengarlah balasan lanjutan darinya.
“Oh.. wow... Baru kali ini Gua dengar Loe bicara seserius ini... Gua bisa nangkap apa yang Loe sampaikan tadi...dan terus terang Gua salute dan kagum dengan pemikiran dan idealisme Loe... Okay, sekarang Gua jadi tau alasan ketidakhadiran Loe... Sorry tadi Gua langsung men-judge Loe kalau Loe selalu menghindar setiap Gua ngundang Loe... Kuharap persahabatan baik kita masih tetap berlangsung ya, Friend... heheheh..” Balasnya dengan cengengesan khasnya.
Oh, perasaan ku kembali tenang mendengar semua itu. Syukurlah dia mengerti dan memahami permasalahan yang menyebabkan kesalahpahaman antara aku dan dia. Terima kasih Tuhan. Lirihku dalam hati.
“Thanks banget, Vin Loe bisa memahami dan mengerti atas apa yang Gua sampaikan tadi... Sekali lagi maaf banget Gua ga bisa hadir dalam acara itu... Kuharap semuanya bahagia ya merayakannya... Salam hangatku untuk BoNyok Loe dan teman-teman ya... Dan, tenang saja, persahabatan kita masih tetap terjalin kok.. bahkan sampai kita beranak cucu nanti ya... hehehehe” Kujawab sambil bercanda.
“hahahahahaha...Okay dech... Sip lah... Kalu gitu selamat liburan ya dan selamat belajar untuk UAS nanti... see you.. bye”
“Okay... Happy holiday too dan selamat mempersiapkan UAS juga ya... sampai nanti, kawan!!!”
Tut.. Tut… Tut….! Suara ponsel ku berbunyi bagai laju kereta api.. Itu berarti percakapan kami terputus, menandakan telah berakhir koneksi diantara kami. Aku menghamburkan diri ke tempat tidur. Kurebahkan tubuhku di singgasana peristirahatanku. Ku menengadah ke langit-langit kamarku. Dalam keheningan, aku berpikir dalam kebisuan. Hanya suara dari hati dan pikiran yang berkelebat keluar. Aku mencoba merenungkan atas apa yang telah terjadi antara aku dan Kevin. Isi pikiran dan hatiku pun kemudian bercerita dalam rimanya.
Hidup ini terkadang penuh kesalahpahaman. Kesalahpahaman itu tentunya pasti akan hinggap pada setiap lapisan-lapisan kehidupan manusia. Tak terkecuali siapa pun itu. Bahkan, kesalahpahaman dapat menimbulkan permasalahan yang sangat besar, kompleksitas, dan bersifat membias ke segala penjuru, jika tidak diklarifikasi dan diselesaikan dengan baik dan komprehensif. Akibat yang lebih fatal lagi mungkin bisa membumihanguskan manusia di dunia ini, jika tak ditemukan solusi jitu pemecahannya.
Dan, urusan keyakinan dan agama adalah urusan yang sangat privasi, antara si pemeluk, ajaran agama dan Tuhannya. Urusan ini sangatlah sensitif untuk di-eksplorasi-kan jika hal itu menyangkut kasus atau masalah agama tertentu, bagi masing-masing setiap pemeluk agama. Oleh karena itulah, sangat diperlukan suatu mediasi sikap dan sifat yang baik untuk menjaga keharmonisan dan kelanggengan hidup bermasyarakat. Rasa toleransi, tepa selira, tenggang rasa, saling menghargai, menghormati, tolong-menolong, dan menciptakan kerukunan dan kedamaian antara masing-masing pemeluk agama sangatlah diperlukan dalam hal ini, sehingga kedamaian, ketentraman, dan kesejahteraan dapat terus terwujud dan tercipta di dunia yang indah ini.
Perbedaan dan keberagaman itu adalah indah. Laksana perbedaan warna yang membentuk pelangi yang menakjubkan. Karenanya, perbedaan keyakinan dan kepercayaan yang tercipta itu juga indah, jika setiap pemeluknya saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Menghormati ajarannya, kebudayaaannya, tradisi dan perayaan agamanya, dan lain-lain. Karena setiap agama memiliki aturan dan ajarannya masing-masing, maka sudah semestinyalah setiap kita untuk bersikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Jika hal demikian diterapkan, maka yakinlah dunia berserta isinya ini akan damai dan tentram selalu.
Waktu pun merambat pasti. Suara hati dan pikiranku semakin sayu dan beku. Diam berhenti. Setelah itu dunia kurasakan gelap gulita, Tak ada lagi sesuatu yang terpikir. Yang kurasakan selanjutnya adalah perasaan nyaman dan lelap....ZzzzzzZzzzzzZzzzzz... !!!
----------------------------------------
Tulisan ini kudedikasikan khususnya untuk teman-temanku yang beragama Kristen dan katolik, juga secara umum kepada seluruh umat kristiani lainnya. Semoga jangan ada lagi bias-bias kesalahpahaman yang terkreasi, khususnya dalam lembaran mozaik pengalaman hidupku. Semoga kedamaian dan ketentraman selalu terpancar di hati kita semua dan di bumi yang indah ini.
Salam Damai Penuh Cinta
[Cuvi Valhalla]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H