Mohon tunggu...
Cumakicau Kacau
Cumakicau Kacau Mohon Tunggu... -

Seorang yang berkicau kacau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari yang Tidak Biasa

25 September 2014   23:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:31 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bangun pagi memang sudah kebiasaanku, tapi pagi ini nampaknya tidak seperti biasa. Biasanya ibu sudah menyiapkan dan mengantarkan aku makanan, tapi aku tunggu-tunggu lama, makananku tidak juga kunjung datang.

Akhirnya terpaksa aku bangun dari kemalasan, mencari ibu di dapur tetapi tidak ada, kucari kekamar, tetapi kamar ibu terlihat terkunci dan lampu dimatikan, jadi aku berpikir tidak mungkin ibu didalam kamar. Aku melangkah kelantai atas siapa tahu ibu diatas sedang menjemur pakaian. Kembali aku kecewa, ibu tidak berada disana, bahkan jemuran baju pun masih kosong.

Ya sudah aku kembali rebahan dikursi sambil malas-malasan, dan akupun kembali tertidur. Siangnya aku terbangun karena perutku kembali berbunyi menahan lapar. Aku melompat dari kursi dan berjalan turun kelantai bawah, menuju ke kamar ibu.

Kucoba mendorong kamar ibu yang tertutup rapat, rupanya tidak terkunci, aku berjalan masuk untuk melihat apakah ibu berada di ranjangnya, tidak ada. Aku berjalan kesekeliling ranjang, astaga kulihat ibu tertelungkup dilantai. Ibu tidak bergerak saat aku mencoba menggerak-gerakan tubuh ibu dengan tanganku, tak henti-hentinya aku berteriak memanggilnya, namun ibu tetap diam.

Aku menjadi panik, teriakanku semakin keras, tapi percuma tak ada yang mendengar. Jadi aku hanya bisa memeluk ibu dan menciumi wajahnya dan sesekali memanggilnya agar ibu bangun.

Hari sudah malam. Kulihat seorang perempuan tetangga ibu datang kedalam kamar. Dia melihatku disamping ibu yang tertelungkup. Perempuan itu menjerit histeris, di peluknya aku dan dibawanya keluar, sambil dia berteriak-teriak memanggil para tetangga.

Aku tak tahu mereka berbicara apa, perhatianku sudah tidak fokus lagi. aku bingung. Terkhir yang kuingat, perempuan tetangga ibu bertanya kepadaku apakah aku mau makan, aku hanya menjawab lemah. Kudengar perempuan itu berkata kepadaku, "mulai sekarang kamu tinggal bersama saya", sambil memeluk dan membelaiku. Ini makananmu puss, makanlah. akupun menjawab terimakasih. Meooongggggg.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun