Mohon tunggu...
Cumakicau Kacau
Cumakicau Kacau Mohon Tunggu... -

Seorang yang berkicau kacau

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sinetron Pengurangan Jam Kerja untuk Pekerja Wanita

27 November 2014   15:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:43 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wakil presiden Jusuf Kalla memberikan usul agar karyawan wanita dikurangi jam kerja selama dua jam setiap harinya. Maksud pak wapres ini agar dengan adanya pengurangan jam kerja selama dua jam setiap hari, diharapkan para pekerja wanita mempunyai waktu lebih banyak dengan keluarga. Hmm maksud yang baik dan mulia sekali.

saya pun kemudian mencoba bersimulasi dalam pikiran saya apabila usulan pak wapres ini dijalankan.

Para pengusaha yang mempekerjakan para wanita kemudian merasakan keberatan, karena sebelumnya sudah memberikan cuti haid dan cuti melahirkan, sekarang harus kembali memotong jam kerjanya selama dua jam setiap hari. Bagaimana cara pengusaha memotong gaji karyawan wanitanya ? pasti terjadi demo. Kemudian apabila pengusaha tetap ingin produktif, maka dibuatkanlah lembur, dan para wanita bukannya pulang ke rumah untuk memberikan waktunya untuk keluarga pasti ada yang siap sedia kembali untuk lembur kerja, berarti tujuan pemotongan jam kerja agar ada waktu buat keluarga tidak tercapai, dan pengusaha bertambah beban keuangannya karena harus membayar uang lembur.

Karena pusingnya para pengusaha memikirkan hal ini dan semakin lama semakin berat menanggung beban keuangan, maka pengusaha memutuskan untuk memPHK saja semua karyawan wanitanya untuk diganti dengan karyawan pria. Bila ini terjadi, tujuan pak wapres agar para wanita mempunyai waktu lebih untuk keluarga tercapai dengan sempurna. Para wanita akan tinggal di rumah karena sudah diPHK. Yah tidak tahu juga ya kalau kemudian para wanita betul berada dirumah atau malah bepergian dengan teman-temannya ke mal, arisan, kongkow-kongkow dan lain dan sebagainya.

Kemudian terjadilah krisis tenaga kerja, karena pengusaha hanya membutuhkan pekerja pria saja. Kemudian terjadilah perpindahan pekerja dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain karena pengusaha saling membajak dengan iming-iming gaji yang lebih tinggi.

Para pekerja wanita yang ingin melamar kerja kembali, hanya diberikan gaji separuh gaji para pekerja pria. Para wanita yang bertitel sarjana pun kemudian hanya dihargai gajinya separuh para pekerja pria yang sajana pula. Para pekerja wanita pun protes, tapi sayang tidak ada yang mendengar protesnya.

Para pekerja wanita yang telah menjadi janda, yang paling berat merasakan dampaknya. Mereka di PHK dan bekerja kembali dengan gaji yang hanya separuh dari sebelumnya. Mereka yang tidak kuat banyak yang jatuh ke dalam prostitusi terselubung, karena banyak peminatnya, yaitu para pekerja pria, yang kini gajinya sudah besar-besar itu.

Para suami kemudian jarang pulang atau terlambat pulang dengan alasan lembur padahal lemburnya lempengin burung, para istri gelisah menunggu dirumah seharian, gundah dan merana. Anak-anak jadi sasaran. Anak-anak menjadi jauh dengan ibunya.

ahhh, semoga ini cuma simulasi untuk sinetron saja, semoga cuma hayalan liar saya saja. Semoga pak wapres mengkaji dengan dalam sebelum menerapkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun