Aku ingin mencintai mu di Paris, Prancis
Di bawah menara Eiffel yang megah menjulang
Berjalan berdua dengan mu dimenikmati riak dan pantulan cahaya dari sungai Siene
Tapi itu cuma mimpi, sayangku . . .
Dan
Aku ingin mencintai mu di Venesia
Dimana ketika petang, aku pulang dengan gondola yang mengapung sendu
dari kanal-kanal yang tenang
Ketika aku datang, dikau tersenyum mesra dan membawakan tas kerjaku
Lalu kita makan malam dengan nikmat dan dihibur canda riang tawa anak-
anak kita yang belum bertemu berdosa
Tapi itu cuma mimpi, sayangku . . .
Dan
Aku ingin mencintaimu di atas salah satu bukit pegunungan Alpen
Dimana ketika dingin menyeruak, kita berpeluk mesra diperapian dengan-
dua gelas cokelat hangat buatanmu, manis ku
Yang di ruangan itu pula anak kita tergolek tenang, lelap dalam mimpi indah
tentang malaikat yang bermain di taman yang luas
Tapi itu Cuma mimpi, sayangku . . .
Seketika itu pula aku terbangun
Kau yang disampingku masih lelap di pagi yang senyap
Ku lihat senyummu yang menyungging tipis indah tanpa lipstik
Kita tidak di Paris, Venesia, Alpen, atau manapun
Kita ada disini dalam rumah kecil yang sejuk ketika panas menghujam, dan hangat ketika dingin mencekam
Kita tidak dimana-mana, sayangku
Kita ada disini
Di hati kita masing-masing
Dan masih saling mencinta . . .
19 Mei 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H