[caption id="attachment_134395" align="alignleft" width="579" caption="Max The Great"][/caption]
Max, dia sahabat paling setia!! 7 tahun sudah kami bersama. Meniti jalan berpuluh ribu kilo meter, dua kali menabrak orang naik sepeda, tiga kali diserempet motor, satu kali ditabrak dari samping, satu kali dari depan dengan hasil patah tangan plus dislokasi pergelangan tangan dan max yang luka parah ~ velg depan patah, body bengkok, batok mesin pecah; serta satu kali menabrak dinding. Susah senang kami bersama. Max, Honda Karisma X keluaran tahun 2004 adalah motor paling tangguh sedunia. Nama MAX ku ambil dari tiga huruf terakhir karisma+X. Pulang pergi kampus-kosan-rumah paman, ke bogor untuk KKN, beberapa kali ke Ciamis, dan lintas Pantai Selatan Jawa Barat, Bandung-Ciwidey-Cianjur-Pameungpeuk-Garut-Sumedang. Max, si motor hebat. Kami berdua memang tidak terpisahkan. Kami hidup di jalanan, menggilas aspal, kena tilang, gonta ganti wanita untuk dibonceng buat diajak kencan, kecelakaan, mengantar jemput teman; what a great story MAX.
Hidup di jalanan itu berat, keras, dan kadang memberi pengalaman tak tergantikan. Kita bisa kehilangan nyawa dalam setengah detik. Hidup dijalanan memang keras, namun tidak perlu jadi seorang yang jago berkelahi untuk hidup dijalan. Hati-hatilah hidup di jalanan, kawan. Kita sudah hati-hati dalam berkendaraan, namun kadang pengendara lain yang ugal-ugalan. Kenapa mesti ugal-ugalan? Kenapa mesti terburu-buru di kala hujan? Kenapa harus terburu-buru waktu kita mau pulang? Bersabarlah dan tersenyumlah di jalanan. Ketika waktunya pulang, bersabarlah, rumah tidak akan pernah berpindah jarak atau bentuk. Orang-orang di rumah pun tidak akan pergi kemana-mana, mereka akan menunggu kita pulang dengan hati senang. Berhentilah sejenak ketika hujan; beristirahat sejenak di warung kopi pinggir jalan ketika hujan adalah hal yang menyenangkan. Serta menyaliplah dengan sopan. Jadi, tak usah lah kita terburu-buru. Max, dia tidak terlalu suka ugal-ugalan, tapi bukannya dia tidak jago ngebut, dia bisa mencapai kecepatan 80 km/jam hanya dalam beberapa belas detik, namun dia tidak suka hal itu, ‘berbahaya’ kata Max. Max paling suka ketika dia dimandikan dan diservis. Sudah 6 tahun Max menemani. Sebentar lagi kami akan berpisah, tapi masa depan adalah misteri. Aku dan Max punya rencana pergi ke Bali bersama, menemaniku bertemu dengan seorang bidari yang terbang tanpa sayap. Namun, Max hanyalah barang pinjaman dari Tuhan yang disampaikan lewat paman, bisa saja nanti dia diambil dan di jual, atau bahkan hilang dicuri. Aku benci membicarakan perpisahan, begitu pula dengan Max.
Semua orang akan merasa aneh dengan hubungan ini, hubungan antara Max yang nota bene hanya sebuah motor dengan aku yang seorang manusia yang belum lagi utuh sebagai manusia. Menurutku, menjadikan barang yang kita sayangi menjadi sahabat adalah salah satu jalan untuk bersyukur kepada Tuhan, atas apa yang diberikan-NYA kepada kita. Kita akan merawat barang tersebut dengan hati-hati dan menyayanginya, serta mempergunakannya untuk hal-hal yang berguna bagi diri sendiri atau orang lain, hal itu merupakan penyampaian rasa syukur yang teramat mudah.
Namun, sebulan yang lalu sang paman menelpon bahwa Max akan dijual. Sedih memang, tapi aku sudah tahu skenario ini, jadi aku tidak akan menangisinya atau bersedih atas kejadian ini. Aku hanya berdo'a semoga Max bermanfaat untuk pengendaranya yang baru. Thanks to God The Almighty, for giving such a great friend like Max!!! From Zero to the Max! ROCK ‘n MAX! Terima kasih, MAX!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H