Mohon tunggu...
MASDIYANTO
MASDIYANTO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Man Imar, Diam dan Lihat Diri Anda.

MENULISLAH UNTUK KEBAIKAN

Selanjutnya

Tutup

Diary

Teman Lama Ditinggalkan Jangan

30 Oktober 2022   07:25 Diperbarui: 30 Oktober 2022   07:28 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pagi ini aku mulai menulis kembali, setelah lama tak menekuni bidang menulis. bukan apa-apa, aku hanya ingin memiliki kesibukan untuk diriku sendiri. Semenjak semua orang telah menghianati kebaikanku, aku jadi berpikir harus mengatakan sesuatu "masa depanku lebih utama". Berpikir tentang menulis selalu mengingatkanku tentang teman. Ia, beberapa teman yang kita cap sebagai teman lama. ketika teman baru berhamburan, teman lama jadi luput.

Pagi tadi aku mengingat sebuah lagu masa kecil, ketika Pak Sumiarto guru SD menyanyikan "teman lama ditinggalkan jangan". Sekarang semakin tersadar bahwa teman lama terasa seperti kenangan, karena telah banyak yang menghilang. Di sisi lain, teman lama sempat terasa kolot, tidak menjadi pendukung untuk berkembang, jujur saja. Mereka-mereka yang dahulu tanpa jeda datang kerumah, kini menjadi asing. 

Aku mencari celah kesalahan pada sudut pandangku sendiri, agar tidak menyalahkan mereka. Satu, aku melanjutkan pendidikan, dua, aku bekerja, tapi bagian bekerja lebih kepada kewajiban. Poin satu membuat mereka minder, mungkin saja. Poin dua membuat aku sibuk. Dua hal tersebut seolah-seolah memberikan kesan diriku kepada mereka-mereka teman lamaku, bahwa aku mengabaikan mereka. 

Padahal sejujurnya, meskipun tak dapat dengan terang aku katakan. Aku sangat ingin terus bertemu sebagaimana biasanya, akan tetapi kuakui sangat sakit menyatukannya dengan keadaan. Poin satu memaksaku untuk lebih banyak bergaul dengan orang-orang tertentu, seperti sebuah circle. Poin dua juga memaksa, yakni mengalahkan semua hal untuk terus menjadi penopang hidup ibu dan adikku. Lalu pada tulisan ini hendak aku sampaikan, aku masih teman kalian.

Sekarang, mari melihat dari sudut pandangku tentang diri kalian. Langsung saja, 1 kalian tidak memahamiku menjadi diriku yang baru. Dua, kalian tidak memahami banyak hal telah berubah. Tiga, seharusnya kalian tidak seratus persen melihat aku seperti aku pada tahun 2010 hingga 2016. Apalagi tindakan buruk kalian, seharusnya tidak terus kalian lakukan karena menganggap aku masih orang yang sama.

Aku memang orang yang sama, tapi perlakuan kalian seharusnya melihat perubahan, untuk hal baik lanjutkan. Namun, untuk hal buruk sebaiknya berubahlah, mari kita sama-sama membentuk diri menjadi lebih baik. Tidakkah kalian pernah mengalami kesulitan dalam hidup, tidakkah kalian pernah terbebani, tidakkah kalian pernah merasa kecewa, tidakkah kalian pernah takut menghadapi dunia. Mungkin saja sembilan puluh persen tidak. Karena seharusnya jika pernah, kalian pasti berubah.

Aku ingin tetap memiliki kalian, sebagaimana kebanggaanku dahulu, pun sebaliknya aku ingin tetap berbuat baik kepada kalian. Jika terkesan aku meninggalkan, aku akan akui, tapi hanya sepuluh persen. Yaitu padai bagian meninggalkan keburukan kalian. Meskipun dibelakang, do'a untuk kebaikan kalian selalu terhatur. Memang semenjak Almarhum Ayah hilang dari pikiran banyak orang (kecuali aku yang masih menganggapnya hidup), kita terbentuk berbeda.

Aku terseok-seok menghidupkan diriku, kalian entah melakukan apa. Aku sekuat tenaga mendorong keatas beban yang menindihku, kalian mungkin masih belum. Maka wajar, kalian baru kecewa sekarang, bahkan hanya perihal merasa tidak punya teman. Dahulu semester 3 pekuliahan, aku berteman dengan diriku sendiri. banyak bagian dalam diriku yang menjadi teman, seolah bercakap satu sama lain. Hingga aku memutuskan untuk terus hidup dan menghidupi sisa tanggungjawab ayahku.

Kuharap kalian mengerti, aku menulis ini untuk kalian, karena rinduku yang terhalang kenyataan. Suatu saat kita akan bertemu, dan saat itu adalah kejadian membahagiakan. aamiin. Tetaplah tersenyum, seperti aku yang selalu berusaha membuat kalian tersenyum, tetaplah tertawa seperti aku yang selalu mengajak kalian tertawa. Pertemuan selanjutnya akan tetap sama, hanya akan bertambah perenungan bersama. Untuk kalian, juga diriku sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun