Mohon tunggu...
Adam Sundana
Adam Sundana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Prodi PJJ Komunikasi - Universitas Siber Asia

Penggemar media sosial dan teknologi rintisan, penikmat fotografi, bercita-cita jadi petani.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Jelang Hari Pencoblosan: Pentingkah Berpikir Kritis di Era Media Sosial?

8 Februari 2024   09:56 Diperbarui: 8 Februari 2024   10:16 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto:Pexels/Element5 Digital

Tidak terasa, hari pencoblosan Pemilu 2024 sudah semakin dekat. Pada tanggal 14 Februari 2024, kita akan memilih siapa yang akan memerintah Indonesia lima tahun ke depan. Para calon presiden dan wakil presiden sudah memperkenalkan visi, misi, dan program-programnya kepada publik melalui berbagai media, termasuk media sosial.

Faktanya, di era digital ini, media sosial telah muncul sebagai salah satu platform yang paling banyak digunakan dan sukses untuk berbagi ide dan informasi. Dengan media sosial, kita bisa dengan mudah dan cepat mendapatkan dan menyampaikan informasi dari dan kepada jutaan orang di seluruh dunia. Selain itu, kita dapat berkomunikasi dan mengambil bagian dalam berbagai percakapan dan perdebatan tentang topik-topik yang penting dan hangat.

Namun, di balik manfaat dan kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial, kita juga dihadapkan dengan berbagai risiko dan tantangan yang tidak bisa diabaikan. Di media sosial, kita sering menemukan informasi yang tidak akurat, tidak lengkap, tidak relevan, atau bahkan tidak benar sama sekali. Informasi-informasi tersebut bisa berasal dari sumber yang tidak kredibel, tidak bertanggung jawab, atau memiliki agenda tertentu. Informasi-informasi tersebut juga bisa disebarkan dengan cara yang tidak etis, tidak rasional, atau tidak proporsional. Informasi-informasi tersebut bisa berupa hoax, ujaran kebencian, fitnah, manipulasi, polarisasi, dan radikalisasi.

Informasi-informasi tersebut bisa berdampak negatif bagi kita sebagai individu maupun sebagai warga negara. Informasi-informasi tersebut bisa mempengaruhi cara kita berpikir, bersikap, dan bertindak. Informasi-informasi tersebut bisa membuat kita salah paham, salah persepsi, salah informasi, atau salah sikap. Informasi-informasi tersebut bisa merusak hubungan sosial, politik, dan kultural yang kita bangun dengan sesama. Informasi-informasi tersebut bisa mengancam stabilitas, keamanan, dan kedaulatan negara yang kita cintai.

Bagaimana kita bisa menghindari dan mengatasi dampak negatif dari informasi-informasi tersebut? Bagaimana kita membedakan informasi yang benar dan tidak benar, mana opini yang objektif dan subjektif, mana propaganda yang bermaksud baik dan buruk? Bagaimana kita bisa membuat keputusan yang tepat dan bijak di tengah gempuran informasi yang begitu banyak dan beragam?

Untuk menjawabnya, lakukan pemikiran kritis. Kapasitas untuk analisis logis, evaluasi, dan pemecahan masalah dikenal sebagai berpikir kritis. Berpikir kritis adalah keterampilan yang sangat penting dan berguna di era media sosial ini. Dengan berpikir kritis, kita bisa lebih selektif dan kritis dalam mengonsumsi dan memproduksi informasi di media sosial. Kita bisa menggunakan standar berpikir kritis, seperti kejelasan, ketepatan, kelengkapan, relevansi, dan konsistensi, untuk menilai kualitas informasi yang kita terima dan sampaikan. Kita juga bisa menggunakan elemen berpikir kritis, seperti tujuan, pertanyaan, informasi, kesimpulan, asumsi, implikasi, dan sudut pandang, untuk memahami komponen-komponen dari berpikir. Selain itu, kita juga bisa mengembangkan keterampilan berpikir kritis, seperti mengajukan pertanyaan yang bermakna, mengenali asumsi yang tersembunyi, mengidentifikasi bias atau kesalahan logika, dan mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber. Terakhir, kita juga bisa menumbuhkan sikap berpikir kritis, seperti keraguan yang sehat, keterbukaan, kejujuran intelektual, dan keingintahuan.

Berpikir kritis membantu kita menjadi warga negara yang bertanggung jawab, berpengetahuan, dan demokratis. Kita bisa membuat keputusan yang berdasarkan fakta, bukan emosi. Kita bisa menghargai perbedaan pendapat, bukan menghujat. Kita bisa berdialog, bukan berdebat. Kita bisa berkolaborasi, bukan bersaing. Kita bisa berkontribusi, bukan mengkritik.

Jadi mari kita berpikir kritis di era media sosial. Karena rahasia membangun masa depan yang lebih baik bagi kita semua adalah berpikir kritis.

Adam Sundana, Mahasiswa Prodi Komunikasi PJJ Universitas Siber Asia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun