Mohon tunggu...
Cuk Riomandha
Cuk Riomandha Mohon Tunggu... -

Selalu; aku gamang ketika akan menuju ke tempat suci, lantaran aku tahu pasti ketidaksucianku. (Gus Mus)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Konser Rakyat Leo Kristi dalam Perjalananku

12 Januari 2011   02:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:41 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Suatu masa pada 1972 Pada 22 Mei 2010, Taman Budaya Yogyakarta: Konser Rakyat Leo Kristi, hadir! Ingatan saya kembali ke masa kecil, saat diriku masih tinggal di daerah Simo Kalangan Tandes Surabaya. Hampir tiap hari ibunda selalu menyenandungkan lagu-lagu dari Gombloh, Leo Kristi serta Franky ... the troubadour! Sementara ayahanda lebih menyukai lagu-lagu instrumental dari kaset-kaset terbitan Orient atau Perina, album Nini Rosso adalah favorit beliau. Aku sendiri saat itu lebih disibukkan dengan lagu-lagu dari Adi Bing Slamet, Chicha Koeswoyo, Sari Yok Koeswoyo, Ari A Ariyanto, Diana Papilaya, Ira Maya Sopha sampai Sanggar Cerita. Tapi selalu kuingat dendang ibunda: "Bawalah aku cepat berlari Bawalah aku jauh jauh pergi Ai ai ai ai… ai ai ai ai… ai ai ai ai… Gumama guma Gumama guma Gumama guma Gumama guma, aiiiiii…" (Kereta Laju - Nyanyian Tanah Merdeka) foto koleksi mbak Lita Jonathans Pentas Konser Rakyat Leo Kristi di Taman Budaya Yogyakarta kemarin, adalah pentas kedua dari LK yang sempat kuhadiri seumur hidupku. Yang pertama adalah pada masa kanak-kanak, dimana mereka pentas di Gelora Pantjasila Surabaya. Pertunjukan yang sangat tidak kunikmati waktu itu, aku lebih banyak merengek-rengek minta pulang atau membeli kue rangin yang ada di luar gedung. Hadiah sponsor dari produk Kosmetik kemudian mampu mendiamkan rengekanku saat itu. Aku lebih banyak tidur daripada mendengar musik, suara kibasan kertas-kertas di gedung yang panas itu malah seperti konser buatku. Sesekali kuterjaga sambil menengok di panggung dan merengek ... "ayo pulang". Empat orang dipanggung yang membuat banyak orang tertawa (di masa kemudian kukenal sebagai WARKOP DKI), tak mampu menghibur kejengahanku. Pun ketika kulirik lagi ada segerombolan manusia berseragam hitam-hitam di atas panggung (merekalah yang kemudian kuketahui sebagai Konser Rakyat Leo Kristi). Tapi sempat kulirik ibunda tetap berdendang dengan senyum penuh arti, sementara aku tertidur kembali dipangkuan ibunda: "Nyenyak melipat kaki Rumah ibuku ... Rumah putih ibuku Hati ke hati ... Whiiiii uiiiiiiii uiiiiiii uii iiuuiiuuu" (Catatan Jalan Surabaya - Nyanyian Tambur Jalan) album Leo Kristi pertamaku Pada masa remajaku (SMP-SMA), ibunda masih sering bersenandung lagu-lagu Leo Kristi, Ayahanda selain dengan Nini Rosso mulai ikut-ikutan sok puitis dengan membeli beberapa album Ebiet G Ade. Sementara aku, mulai berkenalan dengan nyanyian-nyanyian Iwan Fals, Doel Sumbang serta tentu saja JEKA Records ! Ibunda sepertinya jengah dengan lirik-lirik lagu (terutama) Doel Sumbang, maka aku mulai dikenalkan pada album Nyanyian Tanah Merdeka ... aku suka sekali fotonya, sedikit mirip ayahanda dengan kumis tipisnya itu. Dan lagu-lagu dari Iwan Fals, Doel Sumbang (sembunyi2), Franky & Jane, Ebiet G Ade, Gombloh, Leo Kristi serta sesekali Broery Pesolima akhirnya mulai sering kudengarkan, akupun mulai meninggalkan sanggar cerita dan album anak2. Di SMA, aku bahkan punya 2 grup band dengan 2 style, satu Beatles-an dan satunya adalah SWAMI-Sirkus Barock-an, di dua grup itu aku dijadikan sebagai POKALIS. Ibunda dan Ayahanda mulai jarang menyetel kaset-kaset itu (lha sudah aku ambil ... kok), mereka kemudian lebih sering mendengarkan album dari HAMKA, atau Bey Arifin dan Turchan Badri di radio-radio. "Dan aku teringat pada isteriku Saat-saat setelah suara adzan petang Kami duduk berhadap-hadapan Dengan senyum memandang ke depan" (Anna Rebanna - Nyanyian Cinta) Kata Hati Nikah Kedatanganku di Jogja disambut dengan musik-musik masa remajaku, pentas Sastro Muni dan Sawung Jabo di gedung pusat UGM menjadi awal perkenalanku dengan Jogjakarta. Pergaulanku di Fakultas Sastra UGM seringkali kemudian mengajakku untuk blusukan ke beberapa tempat untuk mengapresiasi musik2 "unik" seperti dari Kua Etnika, Ya Soedah, Muriah Budiarti, Acapella Mataraman, Royke Koapaha, Agus Bing, I Wayan Sadra dll. bersama Aant, Fifi dan Lono Simatupang kita sempat sowan untuk srawung & apresiasi musik ke beberapa titik. Dan di Jogjakarta pula, aku mulai mengapresiasi semua jenis musik: metal, dangdut, jazz, classic rock, ethnik dan ... juga troubadors style. Akupun mulai mengoleksi file digital berbagai jenis musik, hingga juga Basiyo, Kartolo, Surya Grup, dan musik2 masa kecilku (tadi) juga. Aku kemudian mencintai musik-musik jadul dan jarang mengikuti yang baru. Dan lagu-lagu Konser Rakyat Leo Kristi selalu hadir dalam perjalanan apresiatif itu. Termasuk menggunakan "Kata Hati Nikah" sebagai salah satu soundtrack video pernikahanku. "Ingin menikah aku melamar Gadis dalam gadis Serambi terpadu Oh ayah dan ibu Mohon doa restu Ingin menikah aku dilamar Laki dalam lelaki Pembaringan kubawa Oh ayah dan ibu Mohon doa restu" (Kata Hati Nikah - Diapenta Anak Merdeka) 22 Mei 2010 TBY Sampai kemudian menjelang, 22 Mei 2010: Bangkit Jiwa Bernyanyi, Indonesia. Rezim jam kantor serta situasi sakitnya ayahanda membuatku tak bisa ikutan membantu mas Herry Mardianto, Kris Budiman dan kawan-kawan. Menjelang 22 Mei 2010, aku teringat masa kecilku lagi, saat-saat sumuk di Gelora Pantjasila Surabaya, kemudian aku menelpon ibunda: "Mah, ke Jogjakarta, yuk ... LEO KRISTI pentas !" ... Ibunda berkata tenang, "belum bisa, masa pemulihan operasi mata belumlah usai, dan belum boleh luar kota nunggu 40 hari kepergian papa". Mak Dheg, aku jadi ingat ayahanda lagi. Tapi malam itu, rasanya ayahanda dan ibunda ada menemaniku di Concert hall TBY, menyaksikan konsistensi suara Leo Kristi yang tak lekang oleh perubahan jaman, tetap lantang dan (sekaligus) genit ... sangat khas Leo Kristi ! Kontrol panggung dan vokalnya luar biasa. Seperti "hidup", beberapa hal kecil yang sempat "membuyarkan fantasi" kekhusyu'an menyaksikan Leo Kristi namun tak merubah keyakinan bahwa LEO KRISTI adalah LEO KRISTI ... dahsyat ! "Di atas bukit utara semalam, Malam larut tenggelam jauh Di bawah kulihat lentera jalan, berkedip-kedip perlahan Dengan sinarnya kuning temaram Kini aku datang, Sayang Seindah mata, seindah rasa, Kini aku datang, Sayang" (Di atas Bukit Utara Semalam Selaksa Rumput Goyang Bersama - Nyanyian Tanah Merdeka) ------------------------------------- terima kasih buat panitya Konser Rakyat Leo Kristi yang telah menghadirkan kembali ingatan masa laluku ... tabik !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun