Mohon tunggu...
Cuk Riomandha
Cuk Riomandha Mohon Tunggu... -

Selalu; aku gamang ketika akan menuju ke tempat suci, lantaran aku tahu pasti ketidaksucianku. (Gus Mus)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

19 Januari: Tentang Selma Zora Guryanika

20 Februari 2011   14:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:26 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang Seriosa 19 Januari 2008 Jumat pagi tiba, kontraksi sudah dimulai sejak malam, namun masih "bukaan 1". Selepas jam 2 siang, istriku sudah tak selera makan karena kontraksi mulai sering, syukurlah jadi cukup irit karena aku yang menghabiskan makanannya. Jam 7 malam kontraksi mulai membuat istriku berlatih "menyanyi seriosa" ketika di cek, detak janin lebih cepat dari ambang normal. Oksigen kemudian diberikan setelah istriku berpindah dari kamar perawatan ke ruang bersalin. Namun hingga jam 9 malam, masih tetap "bukaan 1". Semakin malam, "lagu seriosa" semakin terdengar syahdu, aku yang tadinya cukup rajin menimpali untuk menenangkan kemudian terdiam seribu bahasa. "Kok diem aja?", "Lha cangkemku suwe-suwe kesel je" he he he. Namun demikian alhamdulillah, oksigen sudah dilepas. Jam 2 dinihari, sudah bukaan 3 dan air ketuban pecah dan lagu seriosa sudah mulai mendaki oktaf tertinggi. Tak lama berselang dokter DH dengan seragam seperti "jagal sapi" dengan rompi kalep hadir. Dan Sabtu dinihari tepat pukul 03.20 WIB, putri keduaku lahir ke dunia, tangispun pecah. Ia pun mulai diinisiasi untuk menyusu pada ibunya. Selepas penjahitan dilakukan, ternyata darah tak berhenti mengalir. Ada sisa ari-ari yang menempel di bekas jahitan caesar-nya Alin. Lalu lagu seriosa berubah menjadi lagu trash metal ketika kemudian dilakukan "pembersihan" dan penjahitan ulang, duh. Syukurlah tak ada penjahitan jilid tiga. Hening memagut, haru dan tetes airmata hadir bersamaan dengan Azan subuh. Alhamdulillah perjuangan seorang perempuan dan ibu di ridhoi oleh-Nya. Seringkali kaum lelaki itu memang mau menangnya sendiri, perempuan itu sudah hamil, melahirkan, menyusui kok ya masih disuruh pasang spiral juga? Akupun menghormati istriku dengan mengambil alih soal per-kontrasepsi-an itu, sehingga ia "merdeka" menjadi "sarana" program Keluarga Berencana. Tentang sebuah Nama Kami menolak nama yang diusulkan orangtuaku (lagi-lagi) karena ke-arab-arab-an meski kami tahu artinya pasti bagus. Sementara mertuaku, tak lagi usul, selepas nama Lilis Karlina dulu untuk Kalinda Almaxaviera kami tolak. Berbekal buku seharga lima belas ribuan kami kemudian memilih sebuah nama. Selma berasal dari Anselma yang berarti wanita penjaga/pelindung. Zora yang kami pilih karena ia lahir dibulan Suro, dalam bahasa Persia ia juga berarti Biru Langit. Guri adalah nama Dewi Hindu, konon anak yang diberi nama ini tak akan hidup menderita. Anika adalah nama dari Suku Vai di Afrika yang artinya kecantikannya secemerlang Matahari. SELMA ZORA GURYANIKA, nama inilah yang kemudian kami pilih untuk nama putri kecil kami. Nama yang kemudian harus tertera di dalam Akte Kelahiran. Tentang Mitos Katok Kolor Sebagai buruh migran dalam durasi 2006-2009, setiap minggu aku menempuh perjalanan Yogyakarta-Surabaya. Tak setiap hari aku bisa bertemu keluarga dan tentu saja anak-anakku: Alin dan Zora. Tak seperti Alin, yang ketika bayi mudah untuk anteng ketika bersamaku, tidak demikian dengan Zora. ZOra tak cukup mudah untuk bisa nyaman berada dalam gendonganku, efek jarang ketemu kukira cukup mempengaruhi. Namun ada hal yang cukup unik, dulu ketika Alin rewel maka ia akan tenang setelah diselimuti dengan kaos milikku. Nah Zora sedikit mirip, selain untuk mempererat relasi zora dengan aku, ia juga kemudian menjadi "anteng" selepas diselimuti dengan "Kathok Kolor"-ku. Entah apakah nyaman betul ataukah malah sedang pingsan, hiks. Tapi ternyata terapi ini cukup ampuh, karena ia kemudian mulai dekat dan nyaman denganku. Hari ini Zora telah melalui perjalanan selama 3 tahun, ia cukup banyak mewarisi perilaku diriku. Pernah ia dengan cukup percaya diri untuk kentut di sebuah acara arisan ibu-ibu dengan bau yang menyamai reputasi ayahnya. Zora juga cukup mewarisi sifat ngeyelan dari diriku. Duh, semoga sifat-sifat yang baik akan segera bersemai dalam perjalananmu berikutnya. Selamat ulang tahun ya nak! Maafkan jika sebagai orangtua kami seringkali kurang cihuy!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun