Mohon tunggu...
CukLanang
CukLanang Mohon Tunggu... Happy Our Hunting

Pecinta semua, doyan makan segala, penggemar es teh, senior webmaster, desain gratis, dan copywritting (ngopi karo writting). Saat ini tinggal di novi.my.id

Selanjutnya

Tutup

Money

Kalau Semua Serba Mahal, Apa Hebatnya Manajemen Kereta Api?

11 Desember 2015   07:00 Diperbarui: 11 Desember 2015   12:13 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin banyak yang nanya, maksudnya apa? Apa betul tiket pesawat lebih murah dibandingkan kereta api?. Dalam jarak yang sama, mestinya kan harga tiket mengikuti kaidah urut kacang. Paling murah bus, lalu kereta api dan pesawat. Teorinya sich begitu, tetapi kadang jauh dari kenyataan. Hanya momentum lebaran menunjukkan tiket pesawat akan lebih mahal dibandingkan kereta api, momentum lain bahkan di momen libur akhir tahun seperti Desember 2015, tiket pesawat justru lebih murah dibandingkan tiket kereta api.

Data dari pencarian di situs Traveloka dan Kereta Api menunjukkan bahwa tiket pesawat tanggal 14 Desember 2015 dari Jakarta-Surabaya lebih murah dibandinkan tiket kereta api kelas eksekutif. Bahkan tiket pesawat dengan harga Rp 483.000,- ada 9 slot penerbangan dari pagi sampai malam, lalu harga Rp 485.000,- ada 2 slot penerbangan. Durasi penerbangan sekitar 1 jam 30 menit adalah fakta yang menunjukkan naik pesawat tidak perlu beli makan di pesawat atau bandara. Makannya bisa di rumah.

Bandingkan dengan kereta kelas eksekutif Argo Anggrek yang harganya Rp 485.000,- semalam suntuk yang artinya penumpang mesti masih merogoh kocek untuk makan malam atau makan pagi atau bisa jadi malah keduanya. Harga makanan di Kereta Api juga tergolong mahal karena harganya 2 kali lipat harga makanan di tempat penjualan statis. Konon rumusnya adalah harga makanan di kereta api adalah 2 kali lipat harga umum, dan di kapal laut bisa 3 kali lipat. Ini wajar karena tidak ada pilihan untuk beli di tempat lain. Jika harga sekali makan dan minum Rp 40.000, maka harga tiket kelas eksekutif Argo Anggrek mencapai Rp 525.000. Jadinya lebih mahal lagi dibandingkan tiket pesawat.

Rel Double Track Jakarta-Surabaya Tidak Optimal

Biaya besar pembangunan double track Jakarta-Surabaya sebesar Rp 9,7 triliun belum memberikan manfaat yang besar bagi upaya Pemerintah untuk memindahkan beban transportasi penumpang dan barang dari jalan raya ke kereta api. Tentu perlu kajian dan diskusi yang lebih serius, tetapi jika melihat 2 fakta besar tentunya memang harus diakui bahwa double track belum optimal. Pertama, biaya angkutan barang per ton dari Surabaya-Jakarta masih lebih murah truk trailer dibandingkan kereta api. Memang dari segi kecepatan kereta api lebih cepat, namun kelemahan kereta api yang terbatas pada rute tertentu maka bahkan hasil pertanian dan perkebunan yang mudah busuk juga dikirim menggunakan truk dan bukan kereta api. Kenapa?, karena belum ada jalur pengumpan (feeder) dari daerah sekitar. Selain itu, di stasiun besar di kota besar lebih di dominasi dengan angkutan penumpang dibandingkan barang. Kedua, dahulu kala jumlah kereta api penumpang yang dioperasikan PT KAI dari sisi nama lebih banyak dibandingkan saat jalur double track sudah beroperasi. Coba tebak nama kereta apa saja yang hilang?

Artinya adalah kenapa justru jumlah kereta menurun?. Memang total penumpang yang diangkut adalah naik karena dahulu banyak penumpang tidak terdata khususnya kelas ekonomi dibandingkan sekarang yang memang jauh lebih rapi. Hal ini menunjukkan bahwa KAI mengejar optimalisasi berdasarkan prinsip perusahaan yang mengejar 100% keuntungan. Menghilangkan kereta ekonomi atau kata lain meminimalkan penumpang kereta ekonomi dan memaksimalkan kelas binis dan ekskutif, ditambah dengan monopoli penjualan makanan dan minuman dalam 10-12 jam perjalanan, maka tentulah akan ada lonjakan pendapatan KAI.

Kita lihat pendapat Jonan yang mantan Bos KAI di tribun online http://jogja.tribunnews.com/2015/03/17/jonan-tak-mau-pt-kai-kebanyakan-untung

Dari catatan PT KAI, perseroan pada tahun lalu mempunyai pendapat sampai Rp 10,4 triliun dengan keuntungan laba bersih Rp 940 miliar. Sedangkan target pendapatan PT KAI targetnya Rp 15,7 triliun tahun 2015.

"Untungnya Rp 940 miliar itu kebesara harusnya 7 persen top line dari sales," ujar Jonan dalam peluncuran buku KAI Recipe, di Salemba UI, Selasa (17/3/2015).

Namun seandainya lonjakan keuntungan digunaan untuk membayar pinjaman bank (asumsi double track dibangun KAI) maka kelihatan jika justru KAI rugi banyakkkk. Hitungannya begini hutang Rp 9,7 triliun jika bunga per tahun 10% dan masa pinjaman 10 tahun, maka cicilan pertahun sebesar Rp 1,067 triliun per tahun.

Jika mau untung Rp 2 triliun per tahun, maka harga tiket harus naik diatas 30% dari tarif sekarang atau tiket pesawat jauh lebih murah dibandingkan tiket kereta dan justru malah tidak ada yang mau naik kereta api.

KAI Gagal Kurangi Ketergantungan Mobilitas Menggunakan Roda Empat

Adanya rel double track dapat dikatakan meningkatkan kemampuan KAI untuk utilitas sampai lebih dari 300%. Ilustrasinya saat jalur single track maka ada 2 hambatan yaitu kereta yang lebih lambat menunggu sebelum disalip kereta lebih cepat. Dan bisa menunggu lebih dari 30 menit atau 1 jam karena menunggu kereta di jalur berlawanan untuk lewat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun