Tadi pagi saya membaca tulisan perdana yang sangat keren dari kompasianer Ernawati, ini link tulisan tersebut. Sebagai seorang new member di kompasiana, Ernawati mempunyai gambaran yang cukup baik tentang apa dan bagaimana kompasiana, tentang penulis-penulisnya, makanya ia bisa sampai pada kesimpulan bahwa penulis kawakan tak mendapat tempat di kompasiana.
Membaca tulisan tersebut, Saya terinspirasi menurunkan tulisan ini, mungkin tulisannya gak keren, makanya gak pernah dikasih HEADLINE oleh admin kompasiana, yang penting kan penulisnya keren. PD banget yah? Wkwkwk gpp PD daripada minder.
Di tulisan ini, saya hanya ingin menunjukan bahwa untuk mendapat tempat di kompasiana (di hati kompasianer), kita gak perlu menjadi penulis kawakan, tapi bisa memilih melalui jalur penulis lawakan. Coba perhatikan deh, penulis-penulis lawakan di kompasiana, yang menulis tema apapun dengan balutan humor segar yang bikin grrrrrr, sebagian punya nama besar dan dikenal oleh seluruh kompasianer dari kutub utara sampai kutub selatan, dari sabang sampai merauke.
Tulisan penulis lawakan ini dibanjiri pembaca, minimal 1000 pembaca setiap tulisannya, bahkan kompasianer Pakde Kartono, salah satu penulis lawakan yang terdeteksi, beberapa tulisannya sampai dibaca ratusan ribu bahkan Jutaan kali. Ini adalah prestasi (bener ga sih prestasi? Wkwkwk) yang susah untuk dicapai penulis kawakan manapun.
Contoh lainnya adalah kompasianer Jati Kumoro (ini merupakan guru menulis dari kompasianer Pakde Kartono), memang tulisannya yang sudah ratusan yang selalu mengundang tawa, terutama dari kaum hawa, tidak ada satupun yang mendapat label HEADLINE dari admin kompasiana, tapi fakta berbicara, tulisan mbah Jati selalu HEADLINE di hati pembacanya. Hal ini terlihat dari komen dan vote yang susah dihitung berapa jumlah persisnya saking banyaknya. Rekan pembaca hampir pasti setuju kalo kita golongkan mbah Jati Kumoro ke penulis lawakan dibanding penulis kawakan.
Contoh lainnya adalah kompasianer Arke, siapa yang tak kenal dengan tulisan-tulisannya yang keren yang sering ditambahi bonus sketsa apik yang mendeskripsikan isi tulisan. Saya sampai sering heran dengan kong Arke ini, darimana aja datangnya ide tulisannya, selalu cetar membahana dan mengundang tawa. Arke bisa menulis topik apa saja, dengan bumbu-bumbu kenthir yang pas, jadi tulisannya terasa renyah dan enak dikunyah.
Penulis lawakan lainnya adalah prof Pebrianov, ia sangat fasih menulis tentang politik, namun sangat piawai mengolah diksi di kanal fiksi, puisi-puisi prof Peb yang dibuat tanpa pakai celana bener-bener bikin iri. Bagus, keren, puitis dan romantis. Prof Peb kerap menyelipkan humor-humor segar di tulisannya, ini bikin tulisannya yang bertema berat jadi nikmat dibaca sampai habis, gak bikin ngantuk.
 Beda dengan membaca tulisan politik penulis kawakan yang terus terang bikin ngantuk, apalagi kebanyakan cuma salin tempel dari berita-berita dari media mainstream. Walau penulis lawakan, prof Pebrianov sering dapat HEADLINE dari admin kompasiana, beda banget dengan penulis lawakan lainnya. Ini menjadi penyemangat bahwa penulis lawakan juga ternyata bisa HEADLINE. Ayo semangat...
Bagian akhir tulisan ini, tak lengkap rasanya jika membahas penulis lawakan tapi tidak membahas tentang kompasianer HERRY FK. Dengan Profil Picture Gorila merah, Herry FK sekarang off dulu dari dunia tulis menulis. Ia amnesia menulis gara-gara ikut program pemerintah Tax Amnesty. Banyak pembaca kehilangan tulisan bermutu dan menghibur dari Herry FK, dan berhrap ia segera aktif menulis lagi. Kalo pun gak nulis gpp, tapi paling tidak ia hadir untuk rajin komentar di banyak tulisan. H
arus jujur diakui, komentar Herry FK yang selalu panjang dan selalu terkait konten tulisan, saya merasakannya makin melengkapi ide atau gagasan dalam tulisan yang kurang lengkap disampaikam oleh penulisnya. Herry FK mampu menyampaikan tanggapan atau komentar unik pas mantap, yang gak pernah kepikiran oleh penulis, dengan bahasa santai dan dibungkus humor, terlihat becanda padahal sangat serius.
Ini Ciyus loh, gak bercanda, gak melawak, dan saya menulis pake celana.