Mohon tunggu...
Cuker
Cuker Mohon Tunggu... -

Not everyone will understand your journey. That's okay. You're here to live your life, not to make everyone understand.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar dari Ruhut Sitompul: Aku Dukung Ahok

22 Agustus 2016   20:02 Diperbarui: 22 Agustus 2016   22:29 2972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah bertahun-tahun bapak SBY menahan gemas terhadap pernyataan-pernyataan juru bicara DPP Partai Demokrat (PD) Ruhut Sitompul, yang sering berbicara over lapping dari posisi dan garis besar kebijakan PD, sudah sering diingatkan tetapi tidak dihiraukan, justru malah diulang-ulang, akhirnya kesabaran bapak SBY habis juga. Melalui SMS, Bapak SBY menonaktifkan (memecat) Ruhut Sitompul dari jabatannya sebagai koordinator juru bicara DPP PD. Kenapa SBY menggunakan SMS untuk memecat Ruhut Sitompul? Mungkin alasannya karena kuota internet SBY sudah habis, sehingga tidak bisa menggunakan BBM, WA atau LINE.

Bukan Ruhut Sitompul namanya jika gara-gara pemecatan ini lalu langsung terbungkam suaranya, ciut nyalinya dan minta maaf karena dianggap telah berbuat salah. Ruhut justru mengatakan "mirip Ahok. Makin digituin aku makin besar." Entah apa maksud Ruhut Sitompul dari kalimat ini, kata-katanya bersayap dan bermakna ganda, yaitu :

- mirip Ahok : Dilihat dari sudut pandang manapun, termasuk dari monas pakai sedotan atau teropong bintang, Ruhut sama sekali tak mirip Ahok, yang mirip Ahok itu Jacky Chan, kalo Ruhut lebih mirip si Poltak raja minyak di sinetron berjudul Gerhana.

- makin digituin aku makin besar : digituin itu diapain bang? Dipegang-pegang? Dielus-elus? Atau bijimana bang? Trus yang makin besar apanya bang? Besar kepala? Besar suara? Besar boong? Atau bijimana bang? Mohon diperjelas lain kali kalo bicara yah bang.

Setiap peristiwa berulang kali saya mengatakan selalu ada hikmah yang terkandung, dan kebetulan sekali kandungan teman SMP saya, Hikmah Suciwati sudah memasuki bulan ke 7, kabarnya bentar lagi mau bikin acara tujuh bulanan.

Menurut saya, hikmah (pelajaran) yang bisa kita petik dari penonaktifan Ruhut Sitompul oleh SBY sebagai koordinator juru bicara partai demokrat, melalui SMS adalah :

1. Kalo jadi juru bicara, ya bicaralah sesuai kesepakatan yang telah disepakati oleh organisasi. 

Jangan kita menjadi juru bicara suatu organisasi, tapi bicara seenak udelnya sendiri, bahkan berseberangan dengan keputusan organisasi, tak elok rasanya dilihat pihak luar. Lebih baik tak usah jadi juru bicara, mending jadi juru parkir aja, yang seenaknya bicara ke orang yang dipandunya parkir.

2. Mulutmu harimaumu. 

Kita harus bertanggung jawab atas setiap perkataan kita, berani berbuat, berani bertanggung jawab. Berani berkata sesuatu, berani mengakuinya. Sebagai kader partai demokrat, kebijakan partai demokrat adalah mendukung Prabowo di pilpres 2014, tapi Ruhut malah dukung Jokowi. Di pilgub DKi Jakarta 2017 mendukung gubernur yang penting bukan Ahok, Ruhut malah dukung Ahok, jadi wajar jika Ruhut harus bertanggung jawab atas perkataannya, pilihan politiknya, sehingga mau gak mau, suka gak suka, ia siap dipecat, dan ternyata memang ia dipecat. Pertanyaan untuk pak SBY yang gagah berani "Koq Ruhut Sitompul hanya dipecat dari jabatan koordinator juru bicara PD, bukan dari keanggotaan DPR RI dan diusulkan terkena Pergantian Antar Waktu (PAW)?

3. Dukung sosok yang peluang menangnya paling besar di pilpres/pilkada walaupun partai mendukung sosok lain.

Tahun 2004 dan 2009 Ruhut Sitompul mendukung SBY yang saat itu menjadi media darling dan ibu-ibu darling karena sosoknya yang gagah dan ganteng, dan SBY pun menang pilpres dan jadi presiden.

Tahun 2014 Ruhut yang kader partai Denokrat juatru mendukung lawan politik PD (Jokowi) yang menjadi media darling karena sosoknya yang sederhana, jujur dan merakyat, dan Jokowipun terpilih sebagai presiden RI 2014-2019.

Tahun 2017 Ruhut mendukung Ahok, hitung-hitungan Ruhut, melihat lawan-lawan Ahok yang kualitasnya begitu-begitu aja, kecuali Risma, Ridwan Kamil, Rano Karno dan Ganjar Pranowo, akan menang mudah di pilkada DKI Jakarta dan terpilih jadi gubernur DKi Jakarta 2017-2022. Diyakini gara-gara dukung Ahok ini, Ruhut dinonaktifkan sebagai koordinator juru bicara PD.

Cukup 3 pelajaran atau hikmah yang saya tuliskan kali ini, walaupun banyak pelajaran lain yang bisa dipetik dari seorang Ruhut Sitompul yang fenomenal ini. Ia tetap berdiri tegak, vokal sebagai anggota DPR RI padahal rekan-rekannya di partai demokrat, yang slogannya tegas mengatakan tidak pada korupsi, ternyata satu persatu terbukti korupsi, yang belum ketangkap ya karena belum terbukti korupsi. 

Tinggal tunggu masalah waktu, kapan gusti Allah akan membuka aibnya, makanya bagi yang belum dibuka aibnya oleh gusti Allah, atau kalo kata kong Ragile masih berada di fase HOKI, maka segera melakukan tobat nasuha, minta ampun dan mulai sekarang hidup baik, jujur, amanah dan tanggung jawab atas sumpah jabatan sebelum datang murka Allah atau datang fase SIAL.

Kalo ke 4 sosok hebat yang kusebutkan di atas (Bu Risma, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo dan Rano karno), tak ikut pilkada DKI Jakarta 2017 untuk melawan Ahok, aku mending dukung Ahok dan berjuang mati-matian bela Ahok seperti om Jos. Mending dukung yang akan menang, daripada dukung yang akan kalah. Siapa tahu dapat jabatan, minimal dapat proyek. Iya gak sih? Wkwkwk

Salam sayang,
Cuker

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun