Tahun 2004 dan 2009 Ruhut Sitompul mendukung SBY yang saat itu menjadi media darling dan ibu-ibu darling karena sosoknya yang gagah dan ganteng, dan SBY pun menang pilpres dan jadi presiden.
Tahun 2014 Ruhut yang kader partai Denokrat juatru mendukung lawan politik PD (Jokowi) yang menjadi media darling karena sosoknya yang sederhana, jujur dan merakyat, dan Jokowipun terpilih sebagai presiden RI 2014-2019.
Tahun 2017 Ruhut mendukung Ahok, hitung-hitungan Ruhut, melihat lawan-lawan Ahok yang kualitasnya begitu-begitu aja, kecuali Risma, Ridwan Kamil, Rano Karno dan Ganjar Pranowo, akan menang mudah di pilkada DKI Jakarta dan terpilih jadi gubernur DKi Jakarta 2017-2022. Diyakini gara-gara dukung Ahok ini, Ruhut dinonaktifkan sebagai koordinator juru bicara PD.
Cukup 3 pelajaran atau hikmah yang saya tuliskan kali ini, walaupun banyak pelajaran lain yang bisa dipetik dari seorang Ruhut Sitompul yang fenomenal ini. Ia tetap berdiri tegak, vokal sebagai anggota DPR RI padahal rekan-rekannya di partai demokrat, yang slogannya tegas mengatakan tidak pada korupsi, ternyata satu persatu terbukti korupsi, yang belum ketangkap ya karena belum terbukti korupsi.Â
Tinggal tunggu masalah waktu, kapan gusti Allah akan membuka aibnya, makanya bagi yang belum dibuka aibnya oleh gusti Allah, atau kalo kata kong Ragile masih berada di fase HOKI, maka segera melakukan tobat nasuha, minta ampun dan mulai sekarang hidup baik, jujur, amanah dan tanggung jawab atas sumpah jabatan sebelum datang murka Allah atau datang fase SIAL.
Kalo ke 4 sosok hebat yang kusebutkan di atas (Bu Risma, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo dan Rano karno), tak ikut pilkada DKI Jakarta 2017 untuk melawan Ahok, aku mending dukung Ahok dan berjuang mati-matian bela Ahok seperti om Jos. Mending dukung yang akan menang, daripada dukung yang akan kalah. Siapa tahu dapat jabatan, minimal dapat proyek. Iya gak sih? Wkwkwk
Salam sayang,
Cuker