Sesungguhnya, seluruh manusia di muka bumi ini telah mendapatkan perbuatan baik dari Allah dalam jumlah yang sangat banyak. Tidak akan mampu manusia menghitung kebaikan Allah kepada mereka. Allah sangat baik kepada kita.Â
Coba kita renungkan. Bumi diciptakan Allah untuk dimanfaatkan bagi seluruh manusia, baik oleh manusia beriman maupun manusia yang tidak beriman. Udara yang Allah sediakan di muka bumi, dihirup bukan saja oleh orang yang bertaqwa, tetapi juga oleh mereka yang durhaka. Air yang Allah berikan dimanfaatkan oleh semua kehidupan, bukan hanya hamba yang berjiwa mulia, tetapi juga hamba pendusta.
Alam semesta dengan segenap fasilitas yang ada telah disediakan dan ditundukkan oleh Allah bagi semua makhluk tanpa terkecuali. Allah Ta'ala telah berfirman:
"Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Allah  menundukkan untukmu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmatNya lahir dan batin" (Luqman: 20).
Bahkan, nilai kemanusiaan telah Allah tinggikan di atas makhluk selainnya, sebagai sebuah kebaikan Allah dan pemuliaan terhadap manusia, sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya telah Kami muliakan Bani Adam dan Kami angkut mereka dengan kendaraan di darat dan di laut, serta Kami beri rizki mereka dengan yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dari kebanyakan  makhluk yang Kami jadikan, dengan kelebihan (yang sempurna)" (Al-Isra: 70).
Inilah contoh-contoh perbuatan baik dari Allah untuk semua manusia. Rizki Allah tidak dikhususkan bagi orang yang bertaqwa. Fasilitas kehidupan telah disediakan dengan sedemikian engkap, untuk semua manusia. Oleh karena itu wajarlah jika kemudian Allah menuntut kepoada manusia agar berlaku baik karena Allah telah berlkaku baik kepada mereka:
"Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu" (Al-Qashash: 77)
Dalam kenyataan keseharian, manusia yang telah diberikan nikmat dan karunia tak terhingga bahkan posisi mulia dibandingkan seluruh makhluk, ada yang mampu mensyukuri karunia tersebut sehingga mereka menjadi hamba yang bersyukur.Â
Pada contoh kehidupan Nabi Sulaiman, kita menyaksikan betapa beliau sangat pandai menjadi hamba yang bersyukur atas nikmat yang Allah berikan:
"Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmatNya). Dan barangsiapa yang bersyukur sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang kufur maka maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha mulia" (An-Naml: 40).