Mohon tunggu...
Cucup Mulyadin
Cucup Mulyadin Mohon Tunggu... -

yang ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Goresan Sang Sahabat

2 Juni 2012   01:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:30 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salah satu unsur dalampersahabatan yang tidak boleh hilang adalah kecocokan. Cinta boleh segede gunung, tapikalu tidakada kecocokan pasti cekcok melulu. Dari dulu memang kayaknya kita saling mencintai tidak ada stupun yang dapat memisahkan kita, kita selalu seia sekata seiring sejalan, kita dari sekian makhluk yang ada didunia ini, cantik cakep anggun dan berahlak erta berbudi pengerti yang baik menurut ukuran kita saat ini. Lalu siapa yang salah yang akhirnya kita jadi begini? Jawabnya tentu salah kita sendiri. Dsulu percaya ini jalan kita yang telah mendapat ridho tuhan,dan mungkin benar. Dihati kita, kita adalah pasangan yang ideal tanpa dikarenakan. Boleh jadi waktu itu engkau “rasionable people” begitu pula aku. Kata orang bijak pilihan kita dalam hidup sering salah kala hanya melihat dari segi lahiriah saja. Kita bias salah lihat, salah jajak, salah duga. Kalau Cuma melihat Cuma luarnya sajatanpa menatap butir-butir mutiara dihati. Gemerlapnya dunia belum tentu dapat memberi harapan besar pada kehidupan kelak kalau orang yang bukan rasionable.

Kehidupan seseorang yang rasionable person mempunyai harapan, jujur, setia dan bertanggung jawab, tak perlu harus dan harus “gemerlap” asal berpotensi jadi orang lurus yang menyimpan harapan bisa jadi orang besar.

Tapi setelah bersatu orang bisa saja berubah. Untuk itu harus diterima “aksioma”persahabatan tak mungkin mengubah engkau jadi aku atau sebaliknya. Cinta dan kecocokan yang bias melebur antara engkau dan aku menjadi kita. Tanpa kecocokan engkau dan aku akan gagal menjadi kita. Seandanya kita tidak bias memahami satu sama lain dalam persahabatan yang baik tak harmonis, keputusan bukan keputusan kita melainkan keputusan antara engkau dan aku secara sendiri-sendiri. Tanpa kecocokan, cinta dan setia saja tidak cukup, maka apa lacur kalau sekarang jadi begini. Siapakah pernah nyana sedang dalam imajinasi “orang” inilah persahabatan agung.

Masuk akal jika diantara engkau dan aku kecewakalau mimpi-mimpi yang ada dibenak masing-masing pernah ditaruh dipundak orang yang kita kasihi dulu, kini bukan lagi sinar mentari yang memancarkan kehangatan, tapikini sinar itu bukan lagi kehangatan melainkan bara api yang siap menghanguskan kita dan membuat hati ini sakit. Kita baru merasa semakin tidak ada kesamaan setelah kita bersahabat cukup lama. Rasa kaget memang sering baru muncul kemudian. Kalau kemudian banyak muncul dari hal-hal yang paling kecil,yang janggal dan yang aneh. Setelah jalan duluan itulah mungkin awal dari ujung persahabatan ini. Lumrah saja kalau baru setelah persahabatan, orang merasakan bahwa ternyata jauh itu memang wangi dan dekat itu bau . Namun asal cita itu ada toleransi seharusnya masih mungkin bisa ditumbuhkan. Sikap mengalah dan mau mendengar kuncinya. Bertengkar dan berbeda pendapat adalah proses yang normal dari setiap persahabatan. Namun, tak begitu halnya jika pertikaian dalam persahabatan menyangkut hal-hal yang prinsip misalnya tidak tujuan persahabatan mau dan akan dibawa kemana, keputusan yang diambil bukan keputusan kita, tapi keputusan masing-masingbelaka.Persahabatan bukannya memupuk cinta untuk mencapai kasih sayang melainkan menanam kebencian, sebab kemesraan tidak dibangun dan ego lebih sering kedepan dibanding nalar sehingga persahabatan menjadi semakin kering dan akhirnya bias jalan sendiri. Kalau sudah begitu tak elok untuk diteruskan buat apa dipertahankan kalau sama-sama merasa tersiksa lantaran sudah tidak ada kecocokan lagi. Tak perlu malu kalau harus berpisah. Sebelum melangkah ke yang lebih jauh lebih baik kita berpisah. Disinilahkita perlu ada kerelaan dan ketulusan hati untuk memberi ruang pada akal sehat tanpa perlu lagi meratapi emosi. Bukankah cinta saja tidak cukup. Ketika kita pertama bersua dianggap sebagai jalan tuhan, mungkin ini juga sudah jalanNYA begini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun