Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Wacana Pencabutan Status Quo Pulau Rempang-Galang

11 Februari 2015   20:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:25 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_368315" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Jembatan Barelang yang menghubungkan Pulau Batam, Rempang, Galang."][/caption]

Beberapa hari terakhir ini, surat kabar lokal Batam, Kepulauan Riau memberitakan mengenai wacana Pengelolaan Pulau Rempang-Galang yang akan diserahkan kepada BP Batam. Isu tersebut bergulir saat Menteri Dalam Negeri RI Tjahjo Kumolo berkunjung ke Batam dan bertemu dengan pejabat BP Batam. Berita selengkapnya dapat dilihat dari link terlampir http://batam.tribunnews.com/2015/02/09/mendagri-berjanji-akan-mencabut-status-quo-rempang-dan-galang.

[caption id="attachment_368316" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Jalanan yang sangat mulus bahkan hingga Jembatan Enam. Namun di Jembatan Enam itu agak sedikit kesana, ada jalan yang amblas sedikit."]

1423635367139753134
1423635367139753134
[/caption]

Berdasarkan Keppres 82/1992, Pulau Rempang, Pulau Galang, Pulau Galang Baru, dan 39 pulau kecil lain sebenarnya sudah ditetapkan sebagai wilayah kerja Otorita Batam (BP Batam), namun karena adanyaUndang Undang 53/1999 Tentang Pembentukan Kota Batam, muncul perebutan lahan. Akhirnya pada tahun 2002 pemerintah pusat memutuskan untuk membekukan hak pengelolaan lahan pulau-pulau tersebut (status quo).

[caption id="attachment_368317" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Ada juga bukit yang terlihat gundul."]

14236355031282216128
14236355031282216128
[/caption]

Hal tersebut dikarenakan pada Undang Undang 53/1999 ada pernyataan “Pemerintah Kota Batam mengikutsertakan Otorita Batam dalam membangun Kota Batam”. Kalimat tersebut seolah-olah menyatakan bahwa Pemerintah Kota Batam lebih memiliki otoritas untuk mengelola pulau-pulau di Kota Batam dibanding Otorita Batam.(Batam Pos, Edisi Selasa, 10 Februari 2015, Halaman 4).

[caption id="attachment_368319" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Pemandangan dari atas jembatan."]

14236355551910258020
14236355551910258020
[/caption]

Padahal sebelum Kota Batam tumbuh seperti saat ini, Otoritalah yang membangun Batam dengan dana dari APBN. Batam yang masih hutan dengan jalan tanpa aspal, tumbuh menjadi kawasan industri yang diperhitungkan di Kawasan Asia-Pasifik.

[caption id="attachment_368320" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Lahan di Pulau Rempang umumnya masih seperti ini."]

1423635590140636988
1423635590140636988
[/caption]

Selain itu, Otorita Batam juga yang membangun jembatan-jembatan yang menghubungkan Pulau Batam-Rempang Galang yang saat ini dikenal dengan nama Jembatan Barelang dan menjadi salah satu icon wisata Kota Batam. Jembatan tersebut berdiri kokoh, pasti cukup banyak dana yang dikeluarkan. Itu juga mungkin alasan mengapa Otorita tidak mau melepas pengelolaan Rempang-Galang.

[caption id="attachment_368321" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Salah satu bangunan semi permanen di daerah Galang. Fotonya kurang utuh karena diambil dari dalam kendaraan =D."]

14236356501901056516
14236356501901056516
[/caption]

Walikota Batam, Ahmad Dahlan, yang juga pernah menjabat Humas Otorita Batam, tidak terlalu mempermasalahkan siapa yang akan mendapatkan hak pengelolaan pulau-pulau yang memiliki luas 245,83 kilometer tersebut (165,83 KM Pulau Rempang dan 80 Km Pulau Galang), namun ia tetap meminta Pemko Batam dilibatkan untuk mengelola pulau-pulau itu.

[caption id="attachment_368322" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Suasana jalan di Pulau Galang."]

14236357191981805132
14236357191981805132
[/caption]

SUDAH MULAI DIPATOK

Sabtu lalu (7/2) saat akan berkunjung ke Vietnam Camp (bisa baca cerita jalan-jalannya disini http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2015/02/09/wisata-sejarah-vietnam-camp-kurang-terawat-705909.html), saya sempat beberapa kali salah jalan. Nah, saat salah jalan itulah, saya sempat masuk ke jalan-jalan di luar jalan utama Pulau Galang.

[caption id="attachment_368323" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Suasana jalan di Pulau Galang."]

14236357711130678666
14236357711130678666
[/caption]

Saya kurang tahu nama jalannya – kalau tahu, saya tidak mungkin nyasar =D – yang pasti ada gapura lumayan tinggi yang dicat putih dan kuning di sebelah kiri dari arah Jembatan Barelang saat memasuki wilayah Pulau Galang. Saat berbelok ke jalan tersebut, di sisi kiri-kanan jalan yang merupakan lahan kosong sudah dipatok dengan papan yang bertuliskan Tanah Ini Milik Suherman (aduh saya lupa namanya….kalau ga salah namanya Suherman memang). Tanah yang dipatok tersebut sangat luas dan hampir sepanjang jalan – kiri dan kanan.

[caption id="attachment_368326" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Barisan bukit. Saat di Pulau Galang Baru saya bahkan sempat melihat gunung, sayang tidak sempat di foto. Padahal selama di Pulau Batam, tidak pernah melihat gunung karena memang tidak ada."]

1423635818980119748
1423635818980119748
[/caption]

Hingga beberapa meter dari jalan masuk tersebut, tidak terlihat bangunan sama sekali. Sejauh mata memandang hanya terlihat hamparan lahan kosong yang ditumbuhi rumput dan pepohonan. Namun setelah beberapa menit berkendara, ada banguanan semi permanen. Saat kami melintas ada beberapa orang yang berkumpul, lengkap dengan beberapa motor yang diparkirkan di pinggir jalan.

[caption id="attachment_368330" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Melihat pemandangan di galang berasa sedang berjalan di pedesaan."]

14236359311800455184
14236359311800455184
[/caption]

Sementara itu, saat di jalan utama kami melihat bangunan-bangunan memanjang yang dibangun diatas bukit. Kami tidak tahu itu bangunan apa, namun sepertinya kandang ayam. Ada juga beberapa rumah penduduk hingga tempat servis elektronik yang menyambi menjual bensin eceran.

Ada juga vihara – lupa nama viharanya yang terlihat kosong, mungkin karena kami datang sore hari dan menyangka itu Vietnam Camp =D. Vihara tersebut hanya dijaga oleh berekor-ekor anjing yang terlihat lumayan galak.

Semakin jauh kami berkendara – hingga ke Galang Baru Jembatan 6 – semakin sedikit bangunan yang terlihat. Pemandangan umumnya didominasi oleh pepohonan dan rumput liar. Pohon-pohon yang berderet tersebut terlihat sangat cantik. Bila di foto sepertinya akan memancarkan gambar seperti serpihan salju – sayang tidak sempat berfoto.

Pencabutan status quo sepertinya memang sangat tepat untuk di gesa. Bukan apa-apa, bila dibiarkan terlalu lama, khawatirnya akan banyak masyarakat yang mematok lahan. Padahal berdasarkan berita yang dirilis Tanjung Pinang Pos, edisi Rabu 11 Februari 2015 halaman 16, BP Batam belum mengalokasikan lahan di Rempang-Galang. Kalaupun ada yang mematok itu tidak resmi dan bisa dibatalkan.

Hanya saja, pembatalan belum tentu semulus yang direncanakan. Beberapa kali di Pulau Batam terjadi demonstrasi dan bentrok terkait kepemilikan lahan. Khawatirnya nanti, bila dibiarkan, para “pemilik” lahan di Rempang-Galang tidak terima saat dibatalkan. Apalagi bila semakin banyak lahan yang sudah dipatok.

Ah, semoga lahan di Rempang-Galang semakin cepat bisa dimanfaatkan. Apalagi lahan di Pulau Batam sendiri sudah mulai penuh terisi. Perumahan-perumahan baru sudah mulai merambah kearah Jembatan Barelang. Harga-harga rumah juga sudah sangat-sangat mahal, bahkan untuk ukuran rumah tipe sederhana.

Pencabutan status quo Rempang-Galang menurut saya sudah sangat tepat. Semakin cepat dicabut, akan semakin cepat memberi manfaat bagi pemerintah - baik pusat maupun daerah. apalagi wilayah tersebut sepertinya sangat cocok untuk dijadikan destinasi wisata pantai dan resort. di pulau tersebut terdapat Pantai Mirota yang berpasir putih. Salam Kompasiana! (*)

Kota Batam

Rabu, 11 Februari 2015

Pukul: 1:32 pm

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun