Batam merupakan kota yang cukup istimewa. Kota yang berbentuk kalajengking ini memiliki dua otoritas –yakni BP Batam dan Pemerintah Kota Batam, sehingga laju pertumbuhan pembangunan di Kota Batam cukup signifikan. Begitupula dengan laju pertumbuhan ekonomi. Bahkan menurut situs resmi BP Batam www.bpbatam.go.id, laju pertumbuhan ekonomi Batam pada tahun 2013 sekitar 8,39% lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut membuat Batam ditetapkan sebagai salah satu kota dengan status Free Trade Zone (FTZ). Selain itu, Batam juga dijadikan sebagai pendorong laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau, sekaligus pemacu pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Saat ini Batam memiliki sekitar 22 kawasan industri yang tersebar di berbagai titik, mulai dari Batam Centre, Mukakuning, hingga Sekupang. Sektor penggerak ekonomi di Kota Batam juga cukup beragam. Kota yang memiliki luas sekitar 415 km2 ini tidak hanya fokus pada sektor industri dan alih kapal, namun juga kuat pada sektor komunikasi, listrik, air dan gas, perbankan, hingga perdagangan dan jasa.
Selain itu, produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut juga tidak hanya untuk kebutuhan lokal dan nasional, namun sudah mencapai tingkat internasional, atau dengan kata lain, perusahaan yang beroperasi di Batam juga memproduksi produk untuk komoditi ekspor.
Batam yang terus tumbuh menjadi salah satu kawasan industri yang diperhitungkan di kawasan Asia Pasifik, membuat pemerintah sangat konsen menyediakan infrastruktur yang mumpuni. Selain membangun jalan dan fasilitas pendukung, pemerintah juga menyediakan sumber energi untuk mendukung kegiatan usaha dan industri di Kota Batam melalui bright PLN Batam.
Otorita Batam selaku perpanjangan tangan pemerintah pusat, kala itu sangat sadar bahwa listrik merupakan kebutuhan vital dalam dunia industri dan usaha. Itu makanya, saat sudah banyak investor yang tertarik menanamkan modal di Batam dan mereka cukup kewalahan mengelola kelistrikan di Batam, pengelolaan kelistrikan diserahkan ke PT PLN (Persero) Wilayah Khusus Batam.
Penyerahaan pengelolaan tersebut sangat tepat. Hal tersebut dikarenakan, pasokan listrik di Kota Batam terus meningkat. Bila saat dikelola Otorita Batam suplai tenaga listrik masih dibawah 100 MW, kini daya tersebut sudah meningkat berlipat-lipat seiring dengan pertumbuhan Kota Batam.
Bila diibaratkan dengan masakan, listrik seperti garam. Sehebat apapun kawasan industri, tidak akan berjalan baik bila tidak tersedia sumber energi yang cukup untuk menjalankan industri tersebut. Saat listrik tidak dapat diandalkan, para investor satu persatu pasti akan berpikir ulang untuk menanamkan modal mereka.
Lalu bagiamana dengan kondisi kelistrikan di kota yang berpenduduk sekitar 1,3 juta ini? Berdasarkan berita yang dirilis Antara, kondisi kelistrikan di Batam sedikit mengkhawatirkan. Cadangan daya pada beban puncak harian jauh dari aman, yakni hanya sebesar 20 MW. Bila dirata-rata, beban puncak harian di Kota Batam adalah 320 MW, sementara daya yang yang tersedia adalah 340 MW.
Marjin daya tersebut termasuk tipis. Apalagi pertumbuhan rumah di Kota Batam cukup tinggi. Beberapa titik yang tadinya lahan kosong berubah menjadi perumahan menengah maupun mewah, belum lagi pembangunan hotel dan apartemen baru di beberapa titik di Kota Batam.
Bangunan-bangunan baru tersebut pasti membutuhkan listrik untuk penerangan maupun untuk fasilitas lain. Seperti yang kita tahu, hotel dan apartemen pasti memerlukan listrik yang tidak sedikit. Begitupula dengan perumahan-perumahan baru. Apalagi keseharian masyarakat modern sangat tergantung dengan barang elektronik.
Bila dulu mencuci menggunakan tangan dan papan gilasan, kini masyarakat menggunakan mesin cuci. Bila dulu mandi air hangat harus mendidihkan air terlebih dahulu dengan kompor, kini tinggal menekan tombol water heater, bila dulu mengipas-ngipas dengan kipas atau koran/majalah/buku saat kegerahan, kini tinggal mengandalkan air conditioner (ac). Begitupula dengan memasak, bila dulu harus memasak dengan menggunakan alat masak manual, kini masyarakat banyak yang beralih ke rice cooker.
LAKUKAN EDUKASI KEPADA MASYARAKAT
Sebelum terlambat, mungkin ada baiknya bila bright PLN Batam melakukan edukasi kepada masyarakat Kota Batam terkait pentingnya menjaga keberlangsungan energi di Kota Batam. Media edukasi tersebut dapat dilakukan secara tidak langsung, seperti melalui surat kabar, televisi maupun radio lokal. Bisa juga melalui website resmi bright PLN Batam atau jejaring sosial aktif milik PLN.
Selain melalui media cetak dan elektronik, ada baiknya bright PLN Batam juga melakukan edukasi ke sekolah, perguruan tinggi, atau masyarakat umum terkait pentingnya menjaga keberlangsungan energi listrik di Kota Batam. Edukasi tersebut diharapkan dapat membuka mata masyarakat bahwa sumber energi itu terbatas. Bila masyarakat tidak menggunakan energi tersebut dengan bijak, suatu hari nanti akan tiba saatnya tidak akan ada lagi energi yang cukup untuk digunakan di Kota Batam.
Bright PLN mungkin dapat memberi gambaran yang dapat dimengerti oleh masyarakat. Misalkan, bila masyarakat mematikan komputer, lampu, atau alat lain saat tidak digunakan, akan menghemat berapa energi. Berikan saja ilustrasi dan hitung-hitungan yang cukup mudah dipahami oleh mereka.
Biasanya anak-anak sekolah cepat paham, dengan lugunya mereka juga biasanya akan mengingatkan para orangtua bila menggunakan listrik tidak bijak. Apalagi mereka juga penerus bangsa, yang kita tidak tahu berapa puluh tahun ke depan mungkin akan menjadi salah satu penentu keputusan di Kota Batam. Bila dari kecil sudah paham pentingnya menghemat energi, diharapkan dapat membuat kebijakan yang pro keberlangsungan energi di Kota Batam.
Selain itu, berikan juga gambaran terburuk bila bright PLN Batam tidak dapat lagi mengimbangi laju permintaan listrik dengan daya yang tersedia. Misalkan masyarakat harus membayar tagihan lebih mahal karena PLN harus terus meningkatkan infrastruktur yang cukup tinggi, atau malah Batam akan terus terkena pemadaman bergilir dan investor satu persatu hengkang karena tidak tahan dengan ketiadaan listrik yang handal. Bila investor hengkang, ujung-ujungnya banyak yang tekena PHK.
Terkadang ada saja pelanggan yang merasa sanggup membayar tagihan, sehingga menghambur-hamburkan energi yang harusnya dapat digunakan untuk keperluan lain yang lebih penting. Misalkan, terus menyalakan televisi meski tidak ditonton, atau menyalakan water heater meski tidak lagi digunakan.
Namun, masyarakat Kota Batam umumnya pendatang yang memiliki pikiran terbuka. Mereka juga memiliki tingkat pendidikan dan pola pikir yang baik. Bila secara berkala diberi edukasi terkait pentingnya menjaga keberlangsungan energi, lambat laun mereka paham dan lebih bijak menggunakan energi yang tersedia.
BANGUN PEMBANGKIT LISTRIK BARU
Untuk menjaga kehandalan listrik di Kota Batam, salah satunya adalah membangun pembangkit listrik baru. Namun seperti yang kita tahu, membangun pembangkit listrik itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Biaya membangun pembangkit listrik itu sekitar 1,5 juta US $ per MW.
Bright PLN Batam sepertinya memang sudah merencanakan membangun pembangkit listrik baru, hanya saja terbentur biaya. Perusahaan yang memiliki tagline, Mandiri Tanpa Subsidi tersebut sempat akan menaikan tarif secara progresif, hanya saja kenaikan tarif tersebut tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan.
Bright PLN Batam mungkin ada baiknya menjual saham kepada investor untuk membangun pembangkit listrik baru, toh juga PLN Batam merupakan perusahaan swasta yang kepemilikan sahamnya 99,99 persen dipegang oleh PT PLN (Persero), dan 0,01 persen dpegang oleh Dana Pensiun PT PLN (Persero).
Atau bisa juga bright PLN Batam menjual saham kepada masyarakat Kota Batam yang tertarik. Selain mendapatkan dana segar untuk membangun pembangkit listrik baru, juga masyarakat akan lebih sayang dan terlibat secara langsung dengan pengelolaan listrik di Kota Batam.
Bila penjualan saham tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan PLN dikuasai investor, mungkin ada baiknya hanya menjual saham dengan terukur. Selain itu, jual saham secara berjangka. Misalkan, investor mengucurkan dana sekian dan berhak menerima saham sekian persen, hanya saja jangka kepemilikannya tidak selamanya – hanya pada jangka waktu tertentu, misalkan, 5 tahun atau 10 tahun sehingga pada akhirnya saham tersebut akan kembali kepada PLN dan tidak dikuasai oleh investor.
Bila tidak bisa menjual saham secara berjangka seperti itu, bisa juga mungkin melakukan kerjasama konsesi. Misalkan PLN melakukan kerjasama dengan investor untuk membangun pembangkit listrik baru, investor menyerahkan sejumlah uang untuk membangun pembangkit listrik, dan PLN membagi keuntungan dari laba sesuai dengan perjanjian.
GUNAKAN RUPIAH
Bright PLN Batam sempat mengeluhkan nilai tukar Rupiah kepada Dollar yang beberapa waktu lalu sempat melemah. Hal tersebut menyebabkan pengeluaran PLN sedikit membengkak karena PLN membeli gas dari PGN untuk operasional kelistrikan menggunakan US $, sementara PLN menjual listrik kepada pelanggan dengan menggunakan Rupiah.
Sebaiknya pemerintah mungkin mulai mengimplementasikan Undang-Undang No 7/2011 yang mewajibkan transaksi di Indonesia menggunakan rupiah. Apalagi PGN merupakan isntansi pemerintah. Begitupula dengan Bright PLN Batam. Meski swasta, namun saham perusahaan tersebut dimiliki oleh PLN (Persero). Bila seluruh transaksi di PLN menggunakan Rupiah, setiap kali ada kenaikan nilai tukar Rupiah dengan Dollar, tidak akan berpengaruh secara langsung.
Mudah-mudahan Bright PLN Batam selalu handal melayani kebutuhan listrik di Kota Batam sehingga Batam selalu nyaman untuk ditinggali dan menjadi tujuan investasi bagi para investor, baik investor lokal, nasional, maupun asing. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H