[caption caption="Dok ATB/Salah satu intake yang dikelola ATB. Intake tersebut digunakan untuk mengabil air baku dari Dam Duriangkang kemudian diolah menjadi air layak konsumsi sesuai standar Permenkes dan WHO."][/caption]Â 2015 merupakan tahun yang cukup menantang bagi Perusahaan Air Minum (PAM) maupun PDAM. El Nino yang melanda beberapa kota di dunia, menyebabkan curah hujan berkurang sangat signifikan dan mengakibatkan air baku yang akan diolah sebagai air bersih berkurang drastis.
PT. Adhya Tirta Batam (ATB) selaku pengelola air bersih di Pulau Batam bahkan terpaksa harus melakukan penggiliran suplai air (water rationing) untuk menghemat cadangan air baku. Apalagi Batam tidak memiliki sumber air baku alami dan hanya mengandalkan air baku dari air hujan yang ditampung di lima dam. Meski tidak mudah, ATB berhasil melalui masa-masa sulit El Nino. Bagaimana upaya ATB melewati El Nino?
 [caption caption="Dok ATB/Salah satu wilayah pemukiman di Batam."]
Selama mengabdi 20 tahun di Pulau Batam, ATB sudah dua kali mengalami dampak El Nino. Pertama pada medio 1997/1998, kedua pada 2015 lalu. El Nino 1997/1998 tidak terlalu berdampak kepada pelayanan air bersih ATB. Hal tersebut dikarenakan pelanggan ATB saat itu belum terlalu banyak – masih diangka 27.049, sementara air baku sangat berlimpah.
Saat itu air baku yang dimanfaatkan ATB masih sekitar 450 liter/detik, sedangkan cadangan air baku ATB mencapai 3.850 liter/detik. Cadangan air baku yang melimpah, membuat ATB tidak terpengaruh oleh dampak El Nino. Suplai air kepada pelanggan tetap normal.
Baru pada El Nino 2015, Â ATB mulai merasakan dampak El Nino. Curah hujan yang berkurang sangat signifikan membuat ATB was-was tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersih Pulau Batam, akibat air baku yang terus menyusut dengan signifikan. Apalagi air baku di Batam sangat terpengaruh curah hujan karena tidak memiliki sumber air baku alami.
Untuk pemenuhuhan kebutuhan air bersih, Batam hanya mengandalkan air baku yang ditampung di lima dam. Sementara air baku di setiap dam kian susut. Dam Mukakuning mengalami penyusutan 3,39 meter, Dam Sei Ladi 3,20 meter, Dam Nongsa 3,71 meter, Dam Sei Harapan menyusut 3,14 meter, dan Dam Duriangkang yang menjadi tulang punggung air baku Batam juga menyusut hingga 2,22 meter.
Apalagi berdasarkan prediksi beberapa pakar kilmatologi yang dipublikasikan media cetak maupun daring, El Nino bisa berlangsung hingga awal tahun 2016. Alhasil ATB harus mulai menghemat air baku. Apalagi penggunaan air baku di Batam sudah mencapai 3.500 liter/detik, dengan cadangan air baku yang masih diangka 3.850 liter/detik.
Akhirnya dengan sangat terpaksa, per 1 September 2015 ATB mulai memberlakukan penggiliran suplai air (water rationing) untuk menjaga ketersediaan air baku Pulau Batam bertahan lebih lama. ATB memberlakukan water rationing di wilayah suplai Dam Sei Harapan yang melayani sekitar 16.218 pelanggan.
ATB melakukan penggiliran suplai air di wilayah suplai Dam Sei Harapan, karena dam tersebut mengalami penyusutan yang paling mengkhawatirkan. Saat itu, bila ATB tidak melakukan pengurangan produksi, Dam Sei Harapan hanya akan mampu bertahan hingga 50 hari – dengan kata lain, dam yang saat normal memiliki volume air 3.600.000 m3 tersebut hanya akan bertahan hingga awal Oktober 2015.
 [caption caption="Dok ATB/Kondisi salah satu dam yang menyusut parah hingga seperti ini saat El Nino 2015 llau."]