Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Balada Parkir Depan Rumah di Batam

11 Oktober 2014   00:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:33 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14129362341146226777

[caption id="attachment_346993" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Deretan mobil yang diparkir di depan rumah."][/caption]

Memiliki kendaraan roda empat di Kota Batam harus diiringi dengan kemampuan memarkir mobil yang di atas rata-rata, terutama bila Anda tinggal di pemukiman menengah – bukan pemukiman mewah yang memiliki halaman samping atau halaman depan yang cukup luas.

Apa pasal? Penduduk Kota Batam hobi memarkir mobil di depan (pagar) rumah dengan jarak yang cukup mepet, bukan di garasi seperti yang umumnya dilakukan pemilik roda empat yang tinggal di kota-kota besar lain, seperti Jakarta, Bekasi, Bogor dan lainnya. Wilayah Batam yang dikelilingi laut sepertinya membuat para pemilik mobil tidak terlalu khawatir mobil mereka digondol maling. Sehingga dengan santainya ditangkringkan di depan rumah.

Selain merasa aman, pemilik kendaraan yang mobilnya disimpan di depan rumah juga dikarenakan rumah mereka yang direnovasi. Halaman depan yang seharusnya untuk car port, mereka ubah menjadi ruang tamu atau tambahan kamar. Sehingga, tempat untuk mobil tersisih dan semakin bergeser mendekati jalan lingkungan.

Kondisi Pulau Batam yang berbukit-bukit juga membuat sebagian rumah tidak memungkinkan untuk memiliki garasi. Pemilik rumah yang lebih tinggi dari jalan atau lebih rendah dari jalan umumnya memarkir mobil di pinggir jalan depan rumah. Mereka enggan repot-repot mengkondisikan halaman rumah mereka sehingga dapat diparkiri mobil.

Parkir memarkir mobil di depan rumah ini sebenarnya terkadang memicu masalah tersendiri antar tetangga. Apalagi bila satu rumah memiliki lebih dari satu mobil. Pernah ada tetangga yang selama ini saya nilai sangat santun, marah (lumayan besar) karena ada mobil tetangga lain yang menumpang parkir di depan (pagar) rumahnya, sementara ia juga akan memarkir mobil. Selain itu, suami saya juga pernah mengetok rumah tetangga yang parkir di tempat biasa mobil kami diparkirkan supaya mereka memarkirkan mobil di tempat lain.

Agak tidak enak sebenarnya, tetangga saya tersebut juga sepertinya agak tidak enak harus beradu mult dengan tetangga lain. Hanya saja lahan parkir untuk mobil memang sangat penting. Sepanjang jalan lingkungan di tempat saya tinggal biasanya sudah penuh dengan mobil dan motor yang diparkir. Sehingga, agak sulit mencari tempat parkir kosong.

Perumahan tempat saya tinggal memang sedikit berbukit (baca menanjak). Apalagi pemukiman kami juga cukup banyak rumah-rumah yang membuka kostan sehingga bila sudah lewat dari pukul 17:00 WIB akan ditemukan banyak deretan mobil dan motor yang berjejer di bahu jalan.

Meski saat ini di Batam sedang hangat isu pemecahan kaca mobil dan penggondolan motor, pemilik kendaraan roda empat dan roda dua yang memarkirkan kendaraan di bahu jalan tidak berkurang, mungkin karena butuh. Apalagi di tempat saya tinggal siskamling berjalan cukup baik. Beberapa waktu lalu, ada juga maling motor yang mampir di tempat kami. Ada yang kost dirumah tetangga, hampir kehilangan motor Ninja-nya, untung pelaku pencurian tersebut keburu tertangkap sebelum berhasil menggondol motor.

Saya dan suami sudah mulai gerah memarkir mobil di bahu jalan. Apalagi sudah beberapa kali kejadian saat kami pulang kantor, tiba-tiba sudah ada mobil lain yang menempati lahan parkir tersebut. Dalam waktu dekat sepertinya akan mulai membetulkan halaman samping rumah sehingga mobil tidak lagi diparkir di bahu jalan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun