Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ahli Pengelolaan Air Bersih yang Tinggal di Batam

2 Desember 2014   17:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:15 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_357362" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Benny/Benny Andrianto berfoto bersama perwakilan KWWA usai penandatanganan kerjasama pengelolaan air bersih dengan Korea Selatan, di Daejon, Korea Selatan."][/caption]

Benny Andrianto merupakan sosok yang tidak asing di bisnis air minum. Pria asli Yogyakarta tersebut sukses membawa PT. Adhya Tirta Batam (ATB) menjadi perusahaan air minum terbaik di Indonesia. Ia juga berhasil membawa Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi) menjangkau kancah internasional. Ingin tahu seperti apa sosok Benny lebih lanjut? Berikut hasil obrol-obrol saya beberapa waktu lalu.

Bagaimana awalnya Anda terjun di bisnis air minum?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut mungkin ada baiknya saya bercerita bagiamana awalnya saya bisa hijrah ke Kota Batam. Tahun 1990 saya melalui Bangun Cipta Kontraktor (BCK) dipercaya untuk membangun Pelabuhan Batu Ampar. Saat pembangunan Batu Ampar selesai saya sudah bersiap kembali ke Jakarta. Saat itu saya memang belum tertarik untuk menetap di Batam, apalagi kondisi Batam pada tahun 1990 berbeda jauh dengan saat ini.

Namun, saat itu tiba-tiba ada tawaran untuk membangun Dam Duriangkang. Saya yang memang sangat menyukai tantangan langsung tertarik untuk terlibat dalam proyek tersebut. Hal itu dikarenakan Dam Duriangkang merupakan dam estuary pertama di Indonesia, dan saat itu merupakan dam terbesar di Asia Tenggara. Pembangunan Dam Duriangkang merupakan titik awal saya untuk memutuskan tinggal di Kota Batam. Apalagi usai pembangunan dam tersebut saya dipercaya menjadi Kepala Cabang Bangun Cipta Kontraktor (BCK) Batam.

Saat ATB mulai beroperasi, saya sempat ditawarkan perusahaan untuk bergabung (BCK merupakan salah satu pemegang saham ATB). Hanya saja saat itu saya menolak dengan alasan saya tidak memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja di perusahaan air minum.

Hingga pada tahun 2000 akhirnya perusahaan bukan lagi menawarkan saya bergabung di ATB, namun sudah mengharuskan saya untuk terlibat di perusahaan air minum tersebut. Akhirnya tanpa kuasa menolak, saya bergabung di ATB dengan posisi awal sebagai Engineering Director. Lima tahun kemudian, saya didaulat sebagai Vice President Director hingga saat ini.

[caption id="attachment_357363" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Benny/Saat menjadi pembicara di seminar IIICE 2014."]

14174901721247671065
14174901721247671065
[/caption]

Saatpertama kali bergabung apa ada kendala khusus?

Tidak ada kendala yang berarti. Justru dengan latar belakang pendidikan saya di Teknik Sipil dan pengalaman di bidang kontruksi, saya dapat membangun jaringan pipa dan infrastruktur dengan lebih terukur dan berkualitas. Sehingga, lebih hemat waktu dan biaya.

Untuk lebih meningkatkan pengetahuan saya mengenai berbagai hal di perusahaan air minum, saya membaca banyak buku dan refernsi. Kebetulan saya tipe orang yang suka belajar otodidak. Membaca dulu teorinya, kemudian dipraktekan hingga akhirnya saya paham. Kebetulan saya juga hobi membaca beragam buku. Biasanya setiap hari saya menyempatkan diri membaca buku setidaknya satu jam. Setiap kali menjalani sesuatu, saya memang selalu berupaya melakukan sebaik mungkin.

Selain itu, berkaca dari pengalaman saya terlibat di pembangunan Pelabuhan Batu Ampar dan Dam Duriangkang, saya mampu menyelesaikan proyek-proyek tersebut dengan baik, bahkan lebih cepat dari tenggat waktu yang ditetapkan, meski bidang ilmu saya sebenarnya lebih ke kontruksi gedung-gedung bertingkat,

Lalu bagaimana awalnya Anda dapat bergabung dengan DPP Perpamsi hingga menjabat salah satu ketua di organisasi tersebut?

Awalnya saya hanya mewakili ATB sebagai anggota luar biasa di Perpamsi. Saat itu ATB hanya sebagai anggota luar biasa karena perusahaan air swasta, bukan BUMD. Kemudian status keanggotaan ATB meningkat menjadi anggota biasa. Setelah itu, saya dipercaya menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Riau-Kepri.

Setelah menjabat sebagai Ketua DPD Riau-Kepri, saya dipercaya mengemban tugas sebagai Ketua Dewan Kemitraan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perpamsi, kemudian setelah jabatan tersebut purna tugas, saya dipercaya menjabat sebagai Ketua Departemen Advokasi di DPP Perpamsi hingga saat ini.

Jabatan tersebut membuat saya berkesempatan untuk terlibat lebih jauh dengan perusahaan air minum, apalagi Perpamsi merupakan organisasi yang menaungi seluruh perusahaan air minum di Indonesia, baik BUMD maupun swasta. Saat ini ada 410 PDAM/PAM swasta yang bernaung di Perpamsi.

Saya berkesempatan ke berbagai negara seperti Jerman, Inggris, Denmark, Prancis, Jepang, hingga Korea Selatan untuk menjalin kerjasama terkait pengelolaan air bersih di Indonesia. Apalagi saat ini di Indonesia lebih dari setengah PDAM merupakan PDAM Sakit. Sehingga perlu beragam upaya untuk membuat PDAM tersebut sehat. Salah satunya dengan menjalin kerjasama seperti itu.

Selain keluar negeri, saya juga berkesempatan ke berbagai wilayah di Indonesia. Apalagi dengan jabatan saya saat ini sebagai Ketua Departemen Advokasi di DPP Perpamsi, saya harus menjembatani antara kepentingan PDAM dengan kebijakan-kebijakan pemerintah sehingga sejalan.

[caption id="attachment_357364" align="aligncenter" width="450" caption="Dok Benny/Menanam pohon di daerah resapan air Dam Duriangkang."]

14174902471147582105
14174902471147582105
[/caption]

Apa tantangan dari jabatan tersebut?

Saya berkarir di perusahaan air minum swasta, sementara perusahaan air yang yang saya advokasi umumnya BUMD sehingga saya harus lebih banyak belajar terkait kebijakan-kebijakan yang mengatur PDAM. Apalagi kebijakan antara perusahaan air swasta dengan BUMD tentu berbeda.

Selain itu, kebijakan pemerintah juga belum sepenuhnya mendukung perusahaan air minum. Salah satu contohnya dapat dilihat melalui konsistensi pemerintah menjaga daerah tangkapan air. Terkadang daerah tangkapan air malah beralih fungsi menjadi perumahan. Begitupula dengan sumber air baku. Dam dan sungai tidak sedikit yang mengalami pendangkalan sehingga kapasitas menampung air baku berkurang.

Masukan-masukan dari organisasi perusahaan air minum juga belum seperti di luar negeri. Bila negara-negara tetangga sangat memperhatikan saran dari organisasi sejenis Perpamsi sehingga kebijakan pemerintah sangat mendukung keberlangsungan air, di Indonesia belum seperti itu.

Pemerintah saat ini sedang berupaya membangun dam agar ketahanan air dapat berlangsung lebih lama. Sehingga, saat hujan air tidak meluber, dan saat musim kemarau tidak kekeringan. Hanya saja, selain membangun dam, pemerintah juga diharapkan memperhatikan dan menjaga daerah tangkapan air agar selalu terjaga dengan baik. Salah satunya dengan penanaman pohon, dan tidak melakukan kegiatan yang mengancam keberlangsungan dam dan daerah tangkapan air. Bila dam dibangun namun daerah tangkapan air tidak berfungsi secara maksimal, dam tersebut tidak akan dapat dimanfaatkan secara optimal.

Khusus di Batam, ATB secara berkala melakukan penanaman pohon. Setiap Hari Bumi dan Hari Lingkungan Hidup ATB menanam ribuan pohon di daerah tangkapan air, fasilitas umum hingga sekolah. Pohon-pohon tersebut tidak hanya ditanam, namun juga dirawat hingga dapat tumbuh mandiri.

Selain aktif di Perpamsi, apa ada organisasi lain yang di ikuti?

Selain di Perpamsi, saat ini saya juga menjabat sebagai Ketua Forum Komunikasi Air Minum Swasta (Forkasta) yang menaungi 35 perusahaan air minum swasta di Indonesia. Ke depan perusahaan air minum swasta akan lebih banyak berperan dalam pengelolaan air bersih, apalagi ada kebijakan pemerintah yang mengatur hal tersebut.

Ada KPS – Kerjasama Pemerintah Swasta, seperti yang dilakukan ATB dan pemerintah saat ini. Ada juga kerjasama Business to Business (B to B) yang memungkinkan PDAM langsung bekerjasama dengan perusahaan swasta tanpa campur tangan pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Kerjasama B to B akan cukup menguntungkan PDAM maupun swasta. Selain birokrasinya yang tidak begitu berbelit bila dibandingkan dengan KPS, juga akan lebih tepat sasaran terkait apa yang akan dikerjasamakan. Hal tersebut dikarenakan kerjasama itu dilakukan sesuai dengan kebutuhan PDAM, tidak dilakukan secara menyeluruh.

Beberapa pihak terkadang sedikit alergi dengan privatisasi. Hal tersebut disebabkan mereka salah mendefinisikan swastanisasi. Pihak tersebut beranggapan, saat PDAM diprivatisasi, PDAM tersebut akan merugikan masyarakat karena dikuasai oleh swasta. Padahal tidak seperti itu, PDAM tersebut nantinya akan diserahkan kembali ke pemerintah saat kondisinya sudah sehat. Apalagi ada banyak perusahaan swasta yang tidak hanya berorientasi kepada keuntungan., namun bersama-sama ingin memajukan perusahaan air tersebut.

[caption id="attachment_357365" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Benny/Berkumpul bersama komunitas sepeda."]

14174903261920825158
14174903261920825158
[/caption]

Menurut Anda bagaimana gambaran perusahaan air di Indonesia saat ini?

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, saat ini ada 50 persen lebih PDAM Sakit. PDAM tersebut umumnya memiliki pelanggan di bawah 10.000. Untuk beberapa wilayah di Indonesia, kesadaran masyarakat untuk mendapatkan sambungan air bersih dari PDAM memang masih rendah. Mereka umumnya lebih memilih untuk memanfaatkan air tanah dari sumur atau dari mata air.

Padahal air tersebut belum tentu higienis, apalagi bila sumber air tersebut terbuka. Sumber air yang terbuka rentan terkontaminasi kotoran, atau binatang seperti tikus atau yang lainnya. Kita kan tidak tahu bila tiba-tiba ada tikus masuk ke dalam sumur. Bila tidak pernah diuji, tidak tahu juga apakah kandungan logamnya tinggi atau tidak. Air yang mengandung logam terlalu tinggi berbahaya bagi tubuh.

Itu juga yang membedakan negara kita dengan negera-negara maju. Kesadaran masyarakat terkait air higienis masih rendah. Bandingkan saja, Kota Tokyo memiliki sambungan air PDAM sebanyak 7 juta, sementara Indonesia yang memiliki penduduk 200 juta lebih hanya memiliki sambungan air 9 juta. Bila satu sambungan dianggap dimanfaatkan oleh enam orang, berarti hanya sekitar 20 persen orang Indonesia yang menikmati air bersih dari PDAM.

Sebenarnya bagaimana ciri-ciri PDAM sehat?

Definisi PDAM sehat hanya tiga, yakni mampu menjaga kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas air bersih kepada pelanggan. Bila ketiga faktor tersebut terpenuhi, PDAM sudah dapat dikategorikan sebagai PDAM Sehat. Salah satu upaya untuk mengurangi PDAM sakit yaitu kerjasama dengan pihak swasta. Apalagi anggaran pemerintah juga terbatas.

Melihat aktifitas Anda yang begitu padat, bagaimana cara mengatur waktu dengan keluarga?

Pekerjaan dan kegiatan organisasi saya upayakan dilakukan pada hari kerja. Sementara, akhir pekan saya alokasikan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Saya berupaya agar waktu yang dihabiskan bersama keluarga berkualitas, sehingga pekerjaan dan keluarga tetap seimbang.

Selain berkumpul bersama keluarga, saya juga biasanya menghabiskan akhir pekan untuk menyalurkan hobi bersepeda bersama teman-teman satu komunitas. Selain lebih sehat, juga dapat lebih menjalin komunikasi dengan rekan-rekan sesama anggota. Selain bersepeda, saya juga hobi bermain golf. Biasanya setiap kali ada kesempatan, saya bermain golf.

Terakhir, apa pesan Anda untuk masyarakat Batam pada khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya?

Saya berharap seluruh masyarakat memberikan kontribusi yang terbaik bagi daerahnya. Misalkan masyarakat Batam memberikan kontribusi yang baik untuk Kota Batam, begitupula dengan masyarakat di kota lain. Sehingga, Indonesia ke depan akan semakin baik. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun