Â
Sejak dua tahun lalu, saya sebenarnya sudah mulai memperkenalkan ibadah-ibadah di bulan Ramadan kepada si kecil. Hanya saja, karena waktu itu usianya masih tiga tahun, saya hanya mengenalkan sepintas lalu.
Saya mengajaknya sahur, berpuasa, berbuka puasa, hingga salat tarawih di masjid dekat rumah. Namun, tidak serius. Hanya asal dia tahu saja. Ooh... selama Ramadan itu, harus begini dan begitu.
Saat dia meminta makan dan minum karena haus dan lapar, saya tetap memberikannya kapanpun ia minta. Tidak tega rasanya meminta anak balita berpuasa. Lagi pula belum saatnya.
Nah, Ramadan tahun ini, saat usianya sudah semakin besar dan sudah bersekolah di TK A, saya mulai serius mengajarinya beribadah Ramadan. Target saya tahun ini, ia mulai belajar beribadah Ramadan dengan lebih serius.
Bila tahun-tahun sebelumnya ikut sahur suka-suka, tahun ini diusahakan setiap hari harus sahur. Kalau pun masih mengantuk ya harus bangun, memaksakan diri untuk makan dan minum sebelum waktu imsak tiba.
Kalau tahun-tahun sebelumnya bisa makan dan minum kapan saja, meski usai sahur diniatkan untuk berpuasa Ramadan, tahun ini diupayakan ada target tertentu. Setidaknya setengah hari. Usai azan zuhur berkumandang. Namun, bila tidak kuat bisa berbuka lebih cepat dari itu.
Setidaknya ia mulai belajar berkomitmen. Tahu bahwa saat menjalankan ibadah puasa, kita tidak bisa makan dan minum kapan saja. Ada waktu tertentu yang memperbolehkan kita makan dan minum.
Jika tahun-tahun sebelumnya saat salat tarawih lebih banyak bermain dengan teman-teman sebaya, dan lebih sering berlari-lari di pelataran masjid, tahun ini diupayakan untuk lebih tertib. Setidaknya, bila letih ikut salat tarawih dan witir karena rakaatnya lumayan banyak, bisa duduk diam, tidak mengganggu jamaah yang lain.
Lalu, apa yang saya lakukan agar target mendampingi si kecil beribadah lebih serius di bulan Ramadan ini tercapai?