Play is the work of the child.
(Maria Montessori)
Tidak ada anak yang tidak suka bermain. Anak suka bermain apa saja, dengan siapa saja. Sebab, seperti yang dikatakan oleh Maria Montessori yang saya nukil di paragraf awal, pekerjaan utama anak memang bermain.
Orangtua wajib mengalokasikan waktu bermain untuk anak. Apalagi bermain merupakan salah satu hak anak. Hal tersebut tercantum dalam Undang Undang Perlindungan Anak dan Konvensi Hak-Hak Anak PBB (UN Convention on the Rights of the Child).
Menurut salah satu psikolog anak ternama, Roslina Verauli, yang dikutip detik.com, masa puncak anak-anak bermain adalah usia dua hingga lima tahun. Usia tersebut merupakan the play years. Pada usia itu, dalam satu hari anak-anak dianjurkan bermain sekitar lima jam.
Ada banyak manfaat baik bila anak bermain dengan durasi cukup sesuai usia, mulai dari membantu menyempurnakan keterampilan motorik, meningkatkan kecerdasan bahasa, sosial dan emosional, melatih kreativitas, hingga mengembangkan kemampuan kognitif.
Nah, agar kegiatan bermain si kecil lebih variatif, kita sebagai orang tua dapat memfasilitasi dengan beragam mainan. Terlebih, berdasarkan banyak riset yang sudah dilakukan banyak ahli, mainan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga memberi banyak manfaat baik untuk anak.
Motorik anak yang belum sempurna, dapat dilatih dengan bantuan mainan. Anak bisa bermain bola atau boneka untuk belajar menggenggam dan mengangkat.
Anak juga bisa bermain peran untuk melatih imajinasi dan mengembangkan kreativitas. Saat bermain peran, anak-anak bisa menggunakan mainan barbie, Play-Doh, hingga mainan dinosaurus.