Minyak goreng pertama yang saya sadari hilang adalah Sunco. Minyak goreng merk ini tidak saya temukan baik di supermarket, minimarket, maupun pasar tradisional. Setiap kali saya tanya ke penjual, biasanya mereka akan menjawab stok minyak goreng dengan merk itu kosong.
Namun, berdasarkan hasil obrol-obrol saya dengan salah satu penjual di Pasar Cahaya Garden, Batam, minyak goreng merk tersebut memang sengaja tidak dijual dan dikembalikan ke agen karena harganya yang tergolong masih tinggi.
Berdasarkan pengamatan saya, harga Sunco memang tergolong tinggi dibanding minyak goreng sawit lain. Dulu saat harga minyak goreng meroket dan pemerintah belum ikut campur menentukan harga, harga Sunco Rp 19.900 per liter, sementara harga minyak goreng yang lain Rp 19.000, atau bahkan di bawahnya.
Merk minyak goreng ternama lain yang perlahan menghilang adalah Bimoli dan Filma. Namun, di Pasar Cahaya Garden Batam, ada beberapa yang menjual minyak goreng Bimoli. Akan tetapi, harganya jauh di atas HET yang ditentukan pemerintah.
Jumat, 11 Februari 2022, saya membeli minyak goreng Bimoli kemasan dua liter dengan harga Rp 37.000. Berarti harga per liternya Rp 18.500. Lebih tinggi Rp 4.500 per liter dari HET yang ditentukan pemerintah.
Itu sudah termasuk murah lho. Di pasar yang sama dengan kios dan penjual yang berbeda, ada yang menjual minyak goreng Bimoli Rp 20.000 per liter. Jadi, kalau dua liter jadi Rp 40.000.
Minyak Goreng Mudah Didapat
Meski beberapa merk minyak goreng ternama menghilang, atau kalaupun ada harganya jauh di atas HET, secara umum pasokan minyak goreng di Batam tergolong baik. Minyak goreng mudah didapat, tidak ada kesulitan membeli cairan yang sangat dibutuhkan untuk membuat makanan kriuk-kriuk itu.
Hanya saja di beberapa warung dekat rumah dan kios pasar tradisional, banyak yang hanya menjual minyak goreng dengan merk Hayat dan Panina. Alasannya ya itu, karena harga jualnya sesuai dengan HET yang ditetapkan oleh pemerintah, yakni Rp 14.000 per liter.